Jumat, 17 Oktober 2008

KUBURAN KAMBING (CERITA MBAH BAKIR 1)


Saya memanggil bapak saya selalu menggunakan kata mbah, membahasakan anak saya. Namanya Mbah Bakir . Usianya sekarang sudah sangat renta. Maklum saja teman-temannya di Legiun Veteran RI sudah pada "habis". Dulu, mbah Bakir ini adalah tentara jaman TKR. Tetapi oleh ayahnya di daulat menjadi seorang Kiai disebuah dusun yang sangat sepi. Antara keinginan untuk menjadi pejuang dan menunggui masjid sering menjadi dilema baginya. Pejuang harus selalu berpindah. sedangkan kiai yang menunggu masjid harus selalu berada di tempat. akibatnya, mbah Bakir mulai kesulitan keuangan.

Dalam situasi serba sulit itu muncul gagasan mbah Bakir untuk memelihara beberapa ekor kambing sebagai upaya mengais nafkah. Namun sayang ada kambingnya yang cukup besar tiba-tiba mati mendadak. Maka betapa sedihnya mbah Bakir. Kambing yang diharapkan dapat menyambung hidupnya justru telah jadi bangkai. Untuk menjual bangkai kambing mbah Bakir tak mau. Alasannya, menjual bangkai apalagi makan dagingnya hukumnya haram. Maka walau dengan hati masygul, akhirnya jasad kambing kesayangannya itupun dikubur di samping rumahnya.

Tetapi tiba-tiba betapa terkejutnya mbah Bakir. Begitu beliau selesai mengubur kambing tersebut kemudian banyak orang berdatangan. Orang-orang tersebut meminta kepada mbah Bakir agar diperkenankan menggali kuburan kambing itu. Dengan terpaksa mbah bakir membolehkannya. ketika selesai membongkar kuburan dan mengambil jasad kambing orang-orang itu sambil pulang dengan sambil berbicara dengan yang lainnya.

Kata orang orang-orang itu,

"Mbah Bakir itu bodoh ya....Beliau nggak tahu kalau kuburan kambing itu bukan tanah tetapi perut".

Mbah Bakir pun lantas tersenyum kecut mendengarnya.

WANITA

Asem kecut
gula legi
prawan ngentut
jaka wedi

Kata-kata diatas yang puitis itu oleh orang jawa disebut parikan. Kata tersebut sesungguhnya sedang memotret betapa seorang wanita (apalagi yang masih gadis perawan) itu sebaiknya menjaga kepribadiannya termasuk rasa malu. Bahkan dalam parikan itu dikatakan, kentut pun jangan sampai terjadi dan kalau terjadi jangan sampai kedengaran orang lain apalagi mencium baunya. Kalau "kentut" itu betul betul terjadi maka akibatnya sang "jejaka" akan takut (wedi). Tetapi mungkin parikan ini pas untuk orjamdul. Betapa kita lihat sekarang dunianya sudah lain dan berubah. gadis perawan sudah tak malu-malu melakukan apa saja termasuk perbuatan sing ora ilok (yang tak pantas). Mungkin parikannya jadi berubah.

Asem kecut
gula legi tur rada pahit
malah rada reget pisan
lan akeh semute
prawan ngentut
tur bola bali
lan malah mambu banget
we ladalah
malah ngguya-ngguyu
tur rada edan pisan
jakane wedi
wedi ngedohi
malah kesenengen
we ladalah jakane uga ngentut pisan
dadine sak jagad mambu kabeh

Demikianlah parikan orjamrang. Memang sengaja nggak usah di terjemahkan ke Bahasa Indonesia, agar tak kehilangan gregetnya. kalau pembaca ingin tahu artinya maka tanyalah sahabat anda yang bisa bahasa jawa. Mungkin kita perlu merenungkan kembali sabda Rasulullah SAW, bahwa"Hakekat rasa malu itu adalah bagian dari Iman". Hal ini selaras dengan kata mutiara:

Wanita itu tak harus secantik bunga mawar
tetapi
Wanita itu harus seharum bunga melati.
Wallahu a'lam.

INDIKATOR IMAN


Menurut al Qur'an, Iman itu sebenarnya lebih kepada cinta yang sangat. Percaya saja bahwa Tuhan itu ada, tak menjamin seseorang menjadi beriman. Beriman kepada Allah bukan sekedar percaya saja, melainkan cinta yang sangat kepada Allah. Al Qur'an banyak mengajukan petunjuk indikator apakah seseorang itu ada benih iman ataukah tidak. Indikator itu antara lain :

1. Bila di sebut namaNya bergetar hatinya.
2. Bila dibacakan ayat-ayatnya semakin bertambahlah iman (cinta)Nya.
3. Ingin selalu membaca suratNya.
4. Rela berkorban untuk yang dicintaiNya.
5.Ingin selalu berdekatan (taqarub) kepadaNYa.
6. Ingin hidup bersama dengan (ajaran)Nya.
Gejala seperti ini sesuai dengan pernyataan Rasulullah SAW dalam HR Ibnu Majah bahwa iman itu sekurang-kurangnya mencakup tiga wilayah :
1. Wilayah hati
2. Wilayah ucapan
3. Wilayah seluruh angota badan
(al Iman 'aqdun bil qalbi wa iqrarun bil lisani wa 'amalalun bil arkan).

Selanjutnya Iman itu dapat digambarkan sabagai sebuah pohon
1. Akar yang terpendam dalam tanah yang tidak tampak ibarat hati
2. Batang yang mencuat ke permukaan tanah (kelihatan) adalah ucapan (ikrar)
3.Cabang, ranting, daun dan buah yang merupakan hasil pertumbuhan pohon adalah perwujudan segala perbuatan sebagai hasil iman.

Kamis, 16 Oktober 2008

RAYAP


Pernahkah Anda memperhatikan rayap? Kebetulan rumah saya adalah rumah kuno yang di sana sini banyak rayap berkembang biak. Ada hal yang menarik dari rayap. Kelihatan mereka sangat sibuk bahkan mungkin agresif sekali. Kesibukannya tak kalah dengan semut maupun lebah. Rayap juga membentuk koloni, pembagian tugas serta memiliki kemampuan bertahan hidup yang menakjubkan. Tahukah Anda apakah yang membedakan koloni rayap dengan semut maupun lebah ? Semut dan Lebah selalu "sibuk berbuat" guna memperbesar bangunan koloninya, sedangkan rayap untuk membangun koloninya justru melahap habis dengan menggerogoti kayu tempat tinggalnya. Coba bandingan dengan seorang insinyur teknik sipil yang sedang membangun proyek jembatan. Apakah Dia ingin membangun jembatan yang benar-benar kuat sehingga rela berkorban dengan pikiran dan tenaganya ataukah dia berpikir bagaimana caranya agar dalam membangun jembatan itu dapat meraup keuntungan sebanyak-banyaknya dengan mengambil yang bukan haknya dari proyek tersebut. Kalau yang ada adalah yang terakhir maka kehancuran jembatan itu hanyalah soal waktu saja. Mental insinyur tersebut walaupun "sibuk berbuat" tetapi tak lebih dari rayap. Bagaimana dengan dokter, polisi, guru serta profesi lainnya? Samakah...? Kalau sama maka kehancuran bangsa ini hanya tinggal menunggu waktu saja. Na'udzubillahi in dzalik...

LILIN



Lilin adalah lampu penerang dikala kita kegelapan. Jelas sekali obor kecil itu amat bermanfaat. Banyak sudah orang memuja lilin. Lilin telah menjadi simbol cahaya terang. Bahkan di Gereja rasanya tak lengkap tanpa lilin. Ada ungkapan menarik tentang lilin. Lilin adalah lampu penerang tatkala kita kegelapan, namun sayang dia sendiri harus hancur karena melakukan tugas "penerangan" itu. Harusnya sang "Lilin" selain mampu menerangi orang-orang disekitarnya, juga bermanfaat untuk "menerangi" dirinya sendiri. Ironis memang !!!

Rabu, 15 Oktober 2008

TERSERAH YANG DI ATAS



Sering kita mendengar selebriti ketika ditanya soal perceraiannya mereka menjawab: "Semua itu saya serahkan pada yang diatas, toh jodoh di tangan Tuhan?". Selanjutnya biasanya mengatakan "Bukankah Tuhan mengetahui apa yang yang terbaik buat kita. Sehingga mungkin bercerai itu adalah jalan terbaik menurut Tuhan". Benarkah ucapan seperti ini? Jodoh memang ditangan Tuhan dan itu bagian dari mafatihul ghaib (kunci-kunci keghaiban). tetapi bukan berarti bahwa semua kesalahan manusia yang bertanggung jawab adalah Tuhan. Bukankah Tuhan selalu menyuruh manusia untuk menikah dan membangun keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah? Dan menurut Rasulullah SAW, perkara yang halal tetapi tak disukai Allah adalah bercerai. Dengan dalil seperti itu akankah kita "mengkambinghitamkan" Tuhan sebagai biang perceraian para selebriti? Bukankah penyebab perceraian itu karena adanya selingkuh dan mungkin akibat gaya hidup yang permisive serta hedonistik? Ah kasihan.... sekali !!!

MANUSIA DAN PATUNG


Manusia kedudukannya jelas lebih hebat dibanding patung. Manusia adalah makhluk hidup sedangkan patung adalah benda mati. Mungkin kalau boleh berandai-andai, patung pun sebenarnya ingin menjadi hidup seperti manusia. Mengapa ? Ya.., karena dengan menjadi manusia dia tidak hanya diam statis melainkan bisa pergi kemanapun ke suatu tempat yang disukainya. Namun di zaman yang serba sulit seperti sekarang ini, manusia justru ingin menjadi patung. Paling tidak dengan menjadi patung kesedihan dan kesengsaraan tak akan menjumpainya. Bukankah patung tak kenal sedih dan gembira? Beberapa waktu yang lalu (Oktober 2008) di Monumen Yogya Kembali Yogyakarta ada kegiatan menarik. Manusia "pura-pura menjadi patung" untuk mendapatkan sekedar nafkah hidup. dengan "pura-pura menjadi patung" orang-orang menjadi rela untuk berbagi dengan sedikit menyisihkan uang kecil. Padahal banyak sekali manusia yang beneran justru sering tak diperhatikan apalagi mendapat recehan. Aneh memang manusia dan kasihan ya ??!!!

Senin, 13 Oktober 2008

MUKMIN ITU IBARAT LEBAH


Rasulullah SAW bersabda :

"Mukmin itu ibarat lebah. Apabila dia makan selalu makan yang baik-baik (sari bunga). Apabila dia mengeluarkan sesuatu, dia selalu mengeluarkan yang baik pula (madu). Dan apabila dia hinggap di atas ranting pepohonan tidaklah membuat ranting itu patah".


Memang benar, mukmin selalu "makan makanan" yang halal dan thayib (yaitu al Qur'an) sehingga hasilnya adalah "hidup sehat dan manis bagaikan madu" itulah al Madinatul Munawwarah, sebuah kota yang kehidupannya diterangi oleh cahaya ajaran Allah.

Jumat, 10 Oktober 2008

PLATO


Plato (bahasa Yunani Πλάτων) (lahir sekitar 427 SM - meninggal sekitar 347 SM) adalah filsuf Yunani yang sangat berpengaruh, murid Socrates dan guru dari Aristoteles. Karyanya yang paling terkenal ialah Republik (dalam bahasa Yunani Πολιτεία atau Politeia, "negeri") di mana ia menguraikan garis besar pandangannya pada keadaan "ideal". Dia juga menulis 'Hukum' dan banyak dialog di mana Socrates adalah peserta utama.

Sumbangsih Plato yang terpenting tentu saja adalah ilmunya mengenai ide. Dunia fana ini tiada lain hanyalah refleksi atau bayangan daripada dunia ideal. Di dunia ideal semuanya sangat sempurna. Hal ini tidak hanya merujuk kepada barang-barang kasar yang bisa dipegang saja, tetapi juga mengenai konsep-konsep pikiran, hasil buah intelektual. Misalkan saja konsep mengenai "kebajikan" dan "kebenaran".

Salah satu perumpamaan Plato yang termasyhur adalah perumpaan tentang orang di gua.
(Sumber Wikipedia)

*Kalau menurut Bapake Tama. Mbah Plato sebenarnya menganut paham bahwa "angan-angan" itulah yang sesungguhnya ada. Sedangkan kenyataan itu sendiri hakekatnya tidaka ada. Nah...bingung kan....ya.. nggak apa-apa !

Selasa, 07 Oktober 2008

BANGUNAN ISLAM


Islam sebagai sebuah ad Diin adalah sistem atau tatanan kehidupan. Bahkan apabila memperhatikan sabda Rasulullah SAW, Islam itu adalah sebuah bangunan (konstruksi) (Buniyal Islamu 'ala khamsin...). Pemahan Islam ada terdiri beberapa rukun (arkanul Islam) agaknya kurang pas. Sebuah bangunan, bagaimanapun juga berbeda dengan sebuah "rukun". Dalam bangunan untuk mendirikannya haruslah ada tahap-tahapan pembangunannya. Ada prioritas manakah yang harus didahulukan dan mana yang diakhirkan. Membangun tanpa menggunakan sistimatika yang benar hasilnya pasti pembangunan yang tak pernah berhasil. Ibaratnya, bagaimana mungkin bila kita membangun rumah tetapi dengan cara memasang genting terlebih dahulu padahal fondasi, pilar dan tiang-tiangnya tak pernah dipersiapkan. Maka hasilnya, rumah itu tidak akan pernah bisa untuk berteduh. Wallahu a'lam.