Kamis, 20 November 2008

TANGAN


Betapa pentingnya tangan dalam kehidupan kita sehingga berbagai hal sering dikatkan dengan tangan. Misalnya:

1. Ringan Tangan
2. Tangan Hampa
3. Tanda Tangan
4. Tangan kanan (andalan)
5. Kaki Tangan (spionase)
6. Ditangani (dihandle)
7. Cuci Tangan (lepas tanggung jawab)
8. Panjang Tangan (pencuri)
7. Tangan diatas lebih baik dari tangan di bawah
8. Bertepuk sebelah tangan
9. Gatal tangan (keinginan untuk segera menampar/ memukul)

Tangan sarana untuk bekerja, beribadah, berkarya seni, mengamuk, mencuri, menyakiti dan juga mengelus untuk menunjukkan kasih sayang. Tangan ternyata "pandai bicara" dengan bahasanya sendiri. Bahkan seringkali kemampuan berbicaranya lebih fasih dibandingkan mulut.

Oleh karena tangan kadang berbuat baik tetapi sering juga berbuat jahat, maka Rasulullah SAW mengajari kita dalam berwudhu harus membasuh kedua tangan kita. Semua itu dilakukan agar tangan kita selalu bersih dan terjaga dari perbuatan-perbuatan yang salah dan tak diridhai Allah SWT.

BAGAI JERUK DALAM GENGGAMAN


Dalam surat al Baqarah, Allah berfirman:"Inilah al Kitab (al Qur'an) yang isi didalamnya tak diragukan lagi , menjadi petunjuk bagi orang yang bertakwa". Al Qur'an sebagai petunjuk memang sudah pas. Alasannya, kalau pencipta alam semesta itu adalah Allah maka petunjuk yang paling tepat untuk mengelola alam adalah dari penciptanya itu sendiri. Dari sinilah maka pengertian ini benar dengan sendirinya (self evident truth).

Al Qur'an memang berbeda dengan buku-buku pada umumnya. Kalau buku yang dikarang manusia biasanya didahului dengan permintaan maaf karena banyaknya kekurangan dan kelemahan penulisnya, sedangkan al Qur'an justru menegaskan bahwa dia adalah al Kitab (buku) yang tak disangsikan lagi kebenarannya. Malah bagi siapapun yang meragukannya, al Qur'an justru menantang untuk membuat tandingannya.

Mengingat cakupan pembahasan al Qur'an itu sangat luas dan luar biasa maka wajar kalau teman saya mengatakan,"Kalau kita menguasai al Qur'an maka alam ini ibarat jeruk dlam genggaman.."

Wah.... betul-betul luar biasa.

Harusnya kalau memang demikian, umat Islam mestinya menjadi bangsa-bangsa paling unggul dan terbaik di dunia, seperti pada jaman Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyidin dulu.Namun mengapa sampai hari ini mayoritas kita (umat Islam) justru terpuruk. Mungkin ada benarnya tesis Syaikh Muhammad Abduh :"Al Islam mahjubun bil muslimin". (Al Islam tertutup oleh penganutnya). Sekilas tesis ini kelihatran paradoks, namun apa yang mau disampaikan adalah nyata. Oleh karena itu, hendaknya para penganut Islam benar-benar kembali ke al Islam secara benar dan akurat, sehingga justru tak akan menjadi mahjubun (tirai) bagi al Islam itu sendiri. Wallahu a'lam.

SENYUM PRAMUGARI


Pramugari biasanya murah senyum dan tampak sumringah. Sehingga orang yang memandang biasanya kesengsem dan sangat seang dengan suasana itu.

Suatu ketika saya berkunjung ke Jogja Expo Center di bulan Nopember 2008. Bersama anak dan istri mengunjungi berbagai stand yang ada. Tepat disebuah stand kosmetika tangan saya ditarik oleh seorang pramuniaga laki-laki. Sambil terus menawarkan produknya tersebut pramuniaga itu mengoleskan produk kosmetikanya di lengan saya sambil merawat (membersihkan) tangan saya dengan produknya itu. Dia kelihatan ramah dan murah senyum.

Setelah selesai berkunjung di tempat tersebut saya bilang sama istri saya.
"Bu...mengapa ya...dia kok mau-maunya membersihkan tangan saya sambil tersenyum. Bukankah saya ini bukan orang penting dan tak ada yang kenal.."
"Itu senyum dengan pamrih Yah..., karena dilihat Ayah mungkin punya uang dan mau membeli produknya", kata istri saya.
"Kalau begitu beda ya dengan senyum mbah Uti kalau melihat dik Tama cucunya..?" tanya saya ke Istri.
"Ya jelas beda to, senyum mbah Uti itu berangkat dari hati yang tulus, sedang senyum pramuniaga maupun para pramugari senyum kapitalisme." jawab istri saya.
"Berarti Ayah harus hati-hati lho, sekarang ini banyak orang ramah, suka senyum, suka bikin janji muluk tetapi dibalik itu semua ada kepentingan-kepentingan tertentu", istri saya terus menasehati.
"Wah repot ya...senyum saja kok banyak rekayasa, pasti capek senyumnya..." jawab saya.

Kamis, 06 November 2008

MEMBACA SEKALI LAGI MEMBACA

Membaca adalah memahami persoalan. Memahami persoalan adalah separo dari solusi. Maka wajar bila dalam surat al 'Alaq Allah memerintahkan Iqra'(bacalah !) dua kali. itulah penegasan betapa pentingnya membaca. Hanya saja, membaca yang diperintahkan Allah tersebut adalah "membaca dengan bismirabbika" . Yakni membaca dengan perpektif ilmu Tuhan pembimbing hidupmu. Bukan membaca yang subyektif (sak geleme dhewe).


Inilah model membaca yang tak dikenal masyarakat jahiliyah Qurays waktu itu. Membaca "dengan kaca mata ajaran Tuhan" adalah model membaca yang diperkenalkan Allah melalui Jibril kepada Muhammad SAW. Inilah starting point bila kita bertanya tentang "dari mana kita mulai" ? Maka jawabnya adalah mulai dari memahami persoalan dan itu bisa dilakukan dengan membaca dan sekali lagi membaca. Itulah "Jalan kemuliaan" yang ditawarkan Allah kepada manusia.


Baca dahulu dengan frame of reference dari Allah untuk membaca "asal usul dan proses kejadian manusia yang dari 'alaq". Dengan memahami bahwa pada hakekatnya manusia memiliki asal usul yang sama yaitu 'alaq (zygot) maka menimbulkan implikasi "man equal behind the law". Musa min 'alaq. Fir'aun min 'alaq, George W. Bush min 'alaq, Soeharto min 'alaq, SBY min 'alaq. Pokoknya semua manusia (kecuali Nabi Adam as.) berasal dari asal usul yang sama yaitu 'alaq (hasil perpaduan ovum dan sperma).


Maka tak wajar kalau, Fir'aun merasa lebih unggul banding Musa. Begitu Juga Hitler merasa lebih super banding ras lain. Semua sikap diskriminatif yang seperti itu sumber dari berbagai permasalahan di dunia ini. Rasulullah SAW. bersabda "Manusia itu seperti gigi-gigi sisir, tak ada kelebihan bangsa Arab atau non Arab. Tak ada beda antara yang berkulit merah maupun hitam ..dst". Kesimpulannya: "Sesungguhnya yang paling mulia dalam pandangan Allah adalah yang paling bertaqwa".

ORANG TUA DAN ANAK MUDA

Ada sebuah kata mutiara yang patut kita renungkan bersama:
"Wahai para orang tua dan anak muda ",

"Bila kita melihat orang tua, hendaknya kamu menyadari bahwa orang tua itu lebih banyak amalnya dibanding kita. Namun bila kita melihat anak muda, sadarilah bahwa anak itu pasti lebih sedikit kesalahannya dibanding kita".

Juga ada nasehat lain:

"Jika kamu melihat orang yang usianya lebih dari kamu, hormatilah dia. Siapa tahu ketika kecil dulu kamu pernah digendongnya atau bahkan mungkin kamu pernah mengompol dipangkuannya. Sedangkan bila kamu melihat anak muda maka sayangilah dia, sebab siapa tahu kelak nanti kamu akan menjadi tanggungannya atau bahkan kematian kamu dialah yang akan menguburkannya".

Dengan modal seperti itu kita akan bersikap untuk selalu menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang masih muda.

MUKMIN SEPERTI LEBAH (II)


Allah berfirman dalam surat an Nahl : 68-69

Dan Tuhan pembimbing hidupmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia", kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhan pembimbing hidupmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat bukti-bukti(peragaan) bagi orang-orang yang memikirkan.