Jumat, 18 Desember 2009

SEMANGAT HIJRAH

Barangkali Rasulullah sedang mengajarkan teknik aikido, teknik beladiri dengan memanfaatkan tenaga lawan. Atau mungkin sedang mengajarkan adversity quotient, suatu model kecerdasan yang dipakai tatkala menghadapi kesulitan. Tetapi yang pasti, kanjeng nabi Muhamammad itu sedang mempraktekkan isi prinsip "inna ma'al 'u'sri yusra, fa inna ma'al 'usri yusra".

Secara pandangan orang kafir Qurays,nabi keturunan dari silsilah Ismail ini seolah terusir dari negrinya. Padahal, hijrah adalah langkah yang sejak awal sudah direncanakan. Konsep trilogi: iman (pandangan dan sikap hidup), hijrah dan jihad adalah sesuatu yang built in dalam dakwah. Saat hijrah hanyalah masalah pemilihan momentum yang tepat. Sebab Mekah sudah diketahui bukanlah lahan subur untuk tumbuh kembangnya dakwah. Ibarat menyemai benih padi di bedengan, maka ketika dianggap cukup, tanaman padi-padi yang mulai berdaun itu harus dipindahkan (hijrah) ke tempat yang lebih luas dan diatur jaraknya agar "keadilan" terdistribusi dengan baik.

Peristiwa hijrah bukanlah adegan kekalahan dakwah di Mekah, melainkan justru dengan "metode pembiaran" dengan cara hijrah (ditinggalkan) itulah konstruksi masyarakat jahiliyah Mekah akan ambruk dengan sendirinya. Dengan hijrah "kebaikan-kebaikan" yang ada dimasyarakat itu turut pergi. Karena mereka yang turut hijrah adalah mereka-mereka yang terbaik di masyarakat itu. Akibatnya, masyarakat itu menjadi tanpa harapan akan ada perbaikan. Hal ini persis seperti ratapan ibu nabi Isa bernama Maryam yang menyatakan "Kehidupan sudah bagaikan pohon kurma yang sudah tak berpucuk lagi".

Itulah Nabi kita Muhammad al Musthafa, yang mampu merubah "tantangan" menjadi "peluang". Mengganti "semangat pengusiran" menjadi " semangat kelahiran babak baru", sehingga telah lahir sebuah kota yang becahaya gilang gemilang (Madinatul Munawwarah).Peristiwa ini analog dengan proses kelahiran jabang bayi. Kontraksi perut sang Ibu betapapun sakitnya, tetapi justru itulah rahasia kekuatan yang akan mendorong kekuatan bayi untuk lahir. Itulah berkah tersembunyi yang selalu hadir bersama kesulitan ataupun kesakitan.

Dari fakta-fakta sejarah hijrah, rasanya tak mungkin kalau nabi panutan umat Islam sedunia ini tak mengerti analisa SWOT seperti yang dikuasai ahli-ahli manajemen strategi. Nabi Muhammad adalah nabi yang selain sidik (jujur ilmiah), amanah (kredibel), tabligh (komunikator yang baik) juga fathonah (memiliki kecerdasan).Kekuatan ini makin berkilau tatkala berpadu dengan bimbingan Allah berupa wahyu Al Qur'an. Nah, kalau sudah begini Abu Lahab, Abu Sofyan atau yang lain.....tak akan mampu mengalahkannya.

Benarlah kata Nabi Musa, benarlah nasehat Nabi Muhammad untuk umatnya, "La takhof wa la takhzan innallaha ma'ana (jangan gentar, jangan takut. Sungguh Allah dengan ilmu-Nya bersama kita". Selamat tahun baru Hijriyah 1 Muharram 1431 H. Hakuuna matata....innallaha ma'ana.

Kamis, 10 Desember 2009

BANK HUMAZAH LUMAZAH


Sayang, tim penerjemah al Qur'an dari Depag RI tatkala menerjemahkan istilah humazah lumazah dalam surat al Humazah adalah pengumpat lagi pencela. Walaupun terjemah ini dikaitkan dengan sejumlah kisah dimasa turunnya al Qur'an (asbabun nuzul), namun rasanya tak nyambung. Padahal kalau diamati ayat berikutnya yang berbunyi: "yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung" merupakan penjelasan yang amat clear.

Humazah lumazah adalah istilah yang digunakan Allah untuk menyebut orang ataupun lembaga yang kerjanya melakukan penghimpunan harta (baca: uang) sekaligus melakukan berbagai kalkulasi agar harta atau uang itu dapat menciptakan keuntungan. Inilah yang dalam dunia bisnis dikenal istilah uang menciptakan uang.

Bank adalah penjual jasa. Dengan uang ataupun modal yang dimiliki, bank menawarkan kredit kepada nasabahnya. Dari hasil selisih margin antara meminjamkan uang dan menagih kembali uangnya maka lembaga pengumpul harta/ uang ini mendapat untung. Dan inilah yang oleh masyarakat sekarang ini sering dianggap sebagai solusi keuangan. Dengan logika seperti itu lembaga ini seolah menawarkan "mengatasi masalah tanpa masalah" seperti semboyan lembaga Pegadaian.

Adalah Robert T Kiyosaki, dengan sejumlah tulisannya yang terkenal di beberapa bukunya selalu menunjukkan bahwa sukses adalah apabila kita telah mencapai kebebasan finansial (financial freedom). Kita bukan lagi bekerja agar memperoleh uang akan tetapi uanglah yang justru bekerja untuk kita. Kalau berhasil meraih kondisi tersebut maka kita dalam tahap aman secara finansial sehingga tak mungkin miskin. Itulah manusia-manusia yang berada pada kuadran empat.

Berbeda dengan Kiyosaki, al Qur'an dalam surat al Humazah justru menganggap bahwa biang keladi ketimpangan sosial ekonomi itu akibat munculnya lembaga keuangan yang disebut humazah lumazah itu. Kebebasan finansial yang sering dianggap akan menciptakan kelanggengan kekayaan sebaliknya akan menjadi pemicu munculnya fenomena huthomah. Al Qur'an menegaskan,
"dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya";
"sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah".

Apakah gerangan huthamah?
Lagi-lagi terjemahan versi Depag RI ini terasa tak nyambung dengan permasalahan lembaga keuangan. Dalam terjemah ini huthomah itu suatu keadaan ketika manusia dibakar diatas api neraka yang panasnya sampai kehati. Padahal mestinya huthomah itu adalah rangkaian logis dari adanya konflik yang ditimbulkan adanya kesenjangan sosial ekonomi akibat maraknya humazah lumazah. Dengan kata lain, huthomah yang disebut sebagai :"(yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan" itu asalnya justru dari hati-hati manusia yang keras membatu (kal hijarah). Seperti halnya batu, hati yang sama-sama keras apabila saling berbenturan akan terpercik api. Dan itulah neraka Allah (naarullah) untuk mereka pendukung humazah lumazah.

Kehidupan yang sudah berkubang dengan humazah lumazah seperti ini akan menciptakan jebakan hutang (debt trap) yang akan "memanggang" masyarakat dalam persoalannya yang terasa semakin panjang. Maka wajar saja Allah dalam penutupan ayat ini menegaskan akhir model hidup seperti ini adalah, "(sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang". Jadi escaping the debt trap adalah sesuatu yang sulit.

Kisruh bank Century maupun bank-bank yang pernah ada bahkan juga bank-bank internasional di negara besar adalah bukti bahwa sistim humazah lumazah pasti merupakan: "mengatasi masalah dengan menimbulkan masalah".

Wallahu 'alam bi al shawab.

Kamis, 03 Desember 2009

21-12: OTHAK ATHIK GATHUK (LAGI)


Sebenarnya saya nggak begitu suka OAG (othak athik gathuk), tetapi kegiatan ini terus saja memancing rasa penasaran saya.

Adalah mas Dwiarto Setiabudi, ketika selesai "pengajian" di rumahnya dengan nonton bersama film Kiamat 2012 dilanjutkan dengan diskusi ala "saur manuk" seperti biasanya, tiba-tiba beliau nyeletuk:
"Kata bangsa Maya, kiamat itu kan 21 Desember 2012. Nah, sekarang mbok ya coba dibuka al Qur'an surat 21 dan ayatnya 12 (bulan Desember), kira-kira cocok apa enggak ya?"
Kami pun lantas pada tertawa karena hoby OAG-nya ini kumat lagi.

Walaupun dengan rasa tak percaya tetapi weladalah, surat 21 (al Anbiya') dan ayat 12 itu mengisyaratkan terjadinya bencana:
"Maka tatkala mereka merasakan azab Kami, tiba-tiba mereka melarikan diri dari negerinya."

Ayat ini seolah mengingatkan adegan pada film tersebut tentang orang-orang yang pada berlarian mencoba melarikan diri. Bahkan tokoh utama film itu pontang-panting berusaha lari dari negrinya yang hancur lebur menuju tempat lain yang lebih aman.

Lebih dahsyat lagi pada surat al Anbiya' tersebut ayat 11-nya berkata,
"Dan berapa banyaknya (penduduk) negeri yang zalim yang telah Kami binasakan, dan Kami adakan sesudah mereka itu kaum yang lain (sebagai penggantinya). "

Dari ayat itu tampak bahwa "kiamat" versi al Qur'an tersebut masih akan ada kaum yang diselamatkan. Bukankah dalam film itu juga ada manusia yang diselamatkan mirip kisah Bahtera Nuh (Noah Ark). Kok bisa pas ya ?! Cuma masalahnya, saya tak begitu percaya kalau yang diselamatkan adalah golongan manusia seperti itu.

Menurut para pakar dari LAPAN (Lembaga Penelitian Antariksa Nasional), bencana -walaupun hanya sebatas kiamat teknologi komunikasi akibat badai matahari (solar flare), akan terjadi pada kisaran 2011-2012. Rupanya angka 11 dan 12 ini agaknya angka-angka gawat.Yang cukup menarik adalah betapa negara-negara maju itu-walau cuma fiksi, kelihatannya telah siap dengan akan munculnya bencana yang selalu unpredictable.

Nah, kalau kita malah sibuk mencari dalil tentang nonton film itu halal apa haram ya? Menonton film itu dianggap akan dapat merusak rukun iman yang ke lima. Padahal kita tahu, dengan film itu barangkali kita akan menjadi masyarakat yang sadar bencana. Bukankah justru negri kita itulah negri seribu bencana karena terletak dalam ring of fire.

Dan sudah terbukti bahwa setiap bencana datang ke negri kita maka pemerintah kalangkabut. Mungkin republik ini adalah negri tanpa persiapan. Persiapan untuk menghadapi bencana maupun yang lainnya. Kalau memang begitu, sadarkah kita bahwa negri kita itu negri asal-asalan? Sebuah negri yang "Tanpa pedoman dan tanpa ada kitab yang menerangi". Wadoouuuhh !!!

Jumat, 20 November 2009

KIAMAT 2012

Suatu ketika Ibunya Tama, bertanya ke saya,
"Yah..bagaimana kalau kiamat jadi benar-benar datang?"
"Ya..alhamdulillah kalau jadi datang, saya itu sudah lama nunggunya..!" jawab saya.
Mendengar jawaban saya yang dianggap tidak serius itu maka Ibunya Tama bertanya lagi dengan sengit,
"Lho...Ayah ini gimana to, lha wong kiamat datang kok malah senang" ujarnya dengan sedikit marah.

Saya pun jadi teringat, mungkin Ibunya Tama berpandangan begitu karena menganggap kiamat itu hancur-hancuran. Maklum saja, tiga hari sebelum saya menulis blog ini kami sekeluarga nonton bareng film 2012 yang sedang heboh itu. Akibatnya, pandangan kita umumnya akan mengatakan kiamat itu ya... hancur lebur.

Saya punya pandangan lain. Dilihat dari arti kata kiamat itu berasal dari kata kerja qaama-yaquumu-qiyaamatan yang artinya tegak atau bangun. Sehingga agak aneh kalau pengertiannya kemudian menjadi kehancuran. Pemahaman ini hanya bisa dimengerti bila dalam perubahan suatu peradaban selalu ada yang jatuh dan bangun. Hal ini mirip silih bergantinya malam dan siang. Ketika malam hari "tegak" maka "runtuhlah" siang hari. Begitu juga sebaliknya. Bila Siang hari "hadir" maka "pergilah" malam hari.

Dilihat dari segi sejarah pada masa Rasulullah SAW, ketika itu dakwah beliau menang dan mendapat sambutan luar biasa. Maka bisa dikatakan saat itulah tegak (kiamat) nya peradaban Madinatul Munawwarah, dan bersamaan dengan itu hancurlah peradaban Jahiliyah kafir Qurays. Kondisi ini ternyata sama dengan penjelasan Allah, "Jaa al haqqa wa zahaqa albathil, inna al bathila kaana zahuuqa" (Kebenaran telah datang dan kebatilan telah pergi, sungguh kebatilan itu pasti lenyap).

Ada sahabat saya mas Sigit Ahmadi ternyata punya pandangan menarik. Menurut beliau, kiamat itu sudah terjadi berkali-kali. Sebut saja misalnya peristiwa yang menimpa kaum Nabi Nuh, Kaum 'Ad dan Tsamud dan sebagainya. Disamping ada kehancuran selalu ada saja yang diselamatkan. Apakah ini yang menurut bangsa Maya disebut zaman "pemurnian manusia".
Tetapi yang pasti peristiwa jatuh dan bangun itu adalah sunnatullah yang pasti berlaku. Itu sudah seperti pergiliran siang dan malam, Nuur (cahaya) dan Dzulumaat (kegelapan). Itulah mungkin pengertian beriman kepada Yaum al qiyamah yaitu berpandangan dan bersikap hidup dengan ajaran Allah tentang jatuh bangunnya suatu peradaban.

Dalam dialektika yang seperti itulah manusia diminta untuk memilih apakah akan memilih shirat al mustaqim (jalan lurus) ataukah shirat al maghdhub (jalan yang dimurkai Allah) maupun shirat ad dhallin (jalan yang sesat).

Selanjutnya, seorang teman saya bertanya, "Lantas bagaimana tentang angka 2012?"
Saya jawab dengan ringan, "Kalau meramal angka biasanya meleset, tetapi kalau betul saya kira tidak seperti di film-film itu". "Tetapi untuk senam otak ya lumayanlah, yang jelas banyak orang dapat meraup keuntungan akibat informasi ini".

Dan perlu juga harus kita sadari, hancur atau bahkan hilangnya bumi ini di alam semesta ini bukanlah sebuah kerugian bagi alam. Bumi ini dibanding alam semesta adalah ibarat sebutir pasir di pantai yang sangat luas. Apakah kalau hilang sebutir pasir maka akan ada kegoncangan yang signifikan di pantai itu ?

Ah...mengapa kita tak sadar-sadar juga ???
Ya Allah maafkanlah kami ya Allah.....

Senin, 02 November 2009

CICAK BUAYA DAN NYAMUK


Cicak-cicak di dinding
diam-diam merayap
datang seekor nyamuk
hap lha kok buaya


Kabareskrim Polri Susno Duaji melihat keberanian Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memata-matai kepolisian adalah bagaikan tindakan cicak melawan buaya. Hasilnya pasti cicak tak mungkin mengalahkan buaya. Alhamdulillah, Kapolri Bambang Hendarso Danuri sudah minta maaf tentang soal penggunaan istilah ini. Tetapi karena sudah terlanjur popular, agaknya permintaan maaf saja tak cukup.

Cicak melawan buaya telah melahirkan ilmu pasti. Yaitu pasti kalah. Tetapi nanti dulu. Kalau cicaknya dibantu rakyat manusia, buayanya bisa berabe. Buaya boleh saja merasa kuat dengan postur tubuhnya yang besar dan sangar. Tetapi di negara hukum, apalagi bila rakyatnya kritis, logika kekuatan saja tak cukup membuat cicak takut. Maka hati-hatilah kamu wahai buaya.

Cicak walaupun kelihatan lemah ternyata punya kemampuan mengibuli musuh-musuhnya. Dalam keadaan terpaksa binatang yang pandai merayap di dinding itu sering memotong ekornya sendiri demi keselamatan dirinya. Perbuatan ini di biologi di sebut mimikri (?). Lain lagi dengan buaya. Di dunia sastra, binatang ini juga dikenal pandai menipu. Maka muncullah istilah "air mata buaya", yaitu sejenis air mata, tetapi bukan ungkapan kesedihan melainkan hanya kepura-puraan.

Dalam dongeng kancil, buaya dikisahkan pandai menipu dengan cara diam menyaru bagaikan batang kayu hanyut. Reputasi buaya yang lebih besar dan tak mungkin kalah dalam hal tipu menipu muncul juga dalam istilah lawakan: “Buaya lu kadalin, ya..mana bisa…!!?”

Cicak makan nyamuk begitulah adanya. Itulah takdir yang sudah diberikan kepada binatang melata ini. Sehingga saya sering mengatakan kepada Tama anak saya, “Cicak begitu juga kodok adalah obat nyamuk alami yang bisa kesana kemari membantu kita memberantas nyamuk”. Berbicara tentang nyamuk ada hal yang menarik. Bila ditelisik dengan Ilmu Balaghah (Sastra al Qur’an) maka wajhu syabhin-nya sebagaai berikut :
1.Penghisap darah
2.Penyebar penyakit
3.Pengganggu
4.Lahir dari comberan (walaupun ada juga di air yang jernih)

Ciri-ciri ini hampir menyerupai ciri-ciri koruptor
1.Penghisap uang rakyat
2.Penyebar penyakit masalah-masalah sosial
3.Pengganggu ketertiban bermasyarakat

Saya jadi teringat gambaran nyamuk dalam al Qur’an surat al Baqarah :26.
“Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?." Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik”.

Maka lagu cicak agar sesuai dengan “habitat” aslinya

Cicak-cicak di dinding
diam-diam merayap
datang seekor nyamuk
hap lalu ditangkap.


Tetapi tiba-tiba Ibunya Tama yang sering mengikuti berita cicak versus buaya itu bertanya ke saya, “Bagaimana kalau nyamuknya itu ternyata buaya yang sedang over acting ?”
Maka saya pun menjawab dengan enteng, “Ya…hap lalu justru cicak ditangkap..!!!”

Jumat, 23 Oktober 2009

PRESIDEN VS DUKUH


Untuk membandingkan Presiden dan Dukuh saya punya kata mutiara asli susunan saya sebagai berikut :

KESEL NANGING ORA KASIL
(lelah tetapi tiada hasil)
Yang dilakukan orang kecil (rakyat jelata), sudah pontang panting kesana kemari bekerja sangat keras (memeras keringat membanting tulang) tetapi hasilnya sangat kecil. Orang kecil bekerja dengan cara "Endas tak nggo sikil lan sikil tak nggo endas" (Kepala dipakai sebagai kaki dan kaki dipakai sebagai kepala) alias kerja jungkir balik tetapi hasilnya sangat tidak signifikan.

KASIL NANGING ORA KESEL
(hasinya ada tetapi tidak lelah)
Yang dilakukan orang gedhe (pejabat-pejabat tinggi), presiden, mentri, pengusaha besar dll. Manusia yang menurut Robert T Kiyosaki sudah hidup di kuadran IV sehingga mengalami financial freedom.

Gaji Presiden dibanding gaji Pak Dukuh di dusun saya sangat jauh bedanya. Padahal keduanya oleh Allah hanya diberi waktu 24 jam sama persis. Kerajinan Pak Wagimin (Pak Dukuh) di kampung saya tak kalah rajin dengan sang presiden. Dulu waktu pelantikannya tidak memakan uang rakyat bermilyar-milyar seperti para anggota DPR. Padahal kontribusi Pak Dukuh sangat jelas, tetapi mengapa gajinya"harus" sedikit ? Padahal putra-putrinya juga butuh pendidikan dan kesehatan. Dan semua itu bermakna uang. Kalau paradigma pembangunan Nasional masih seperti ini terus maka tujuan nasional "menuju masyarakat adil makmur" itu mustahil tercapai. Nggak percaya ? Buktikan aja nanti....

ORANG BAIK


Ada seorang teman memberi nasehat kepada saya bahwa eksistensi kita sebagai manusia itu akan hampa apabila kita tidak memposisikan sebagai "orang yang baik" dan "orang yang bermanfaat" bagi orang lain. Ya ... bahkan kepada "musuh" kita. Sehingga wajar jika Rasulullah SAW. memberi nasehat, "Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain". Dalam kaitannya dengan itu, teman saya memberi nasehat kalau kamu bertemu seseorang maka lakukanlah minimal empat hal.

Pertama, kalau kita bisa dan memiliki sesuatu maka bantulah orang tersebut.
Kedua, kalau kita yang pertama tidak punya atau tidak bisa maka berikanlahlah nasehat. Siapa tahu kelak nasehat itu kan bermanfaat baginya.
Ketiga, kalau yang kedua kita tidak mampu maka tersenyumlah. Karena senyum adalah shadaqah sekaligus dapat memberi semangat.
Dan terakhir kalau ketiga-tiganya nggak punya dan nggak bisa maka do'akanlah agar orang tersebut dalam kebaikan.

Wah.., kalau semua orang bersikap seperti itu maka rasanya "syurga" itu terasa dekat. Dan tak perlu menunggu ganti presiden dan ganti mentri tujuh kali. Fenomena seperti ini muncul kalau kita mau menginap di hotel berbintang. Sejak dibukakan pintu, check in, sarapan dan sebagainya kita disambut dengan keramahan dan antusias yang tinggi. Yang membedakan adalah para pegawai hotel itu melaksanakan "bisinis keramahan" itu karena uang. Sehingga mungkin bagi para tamu hotel yang datang hal itu indah, tetapi bagai pegawainya merupakan kepura-puraan.

Ada seorang guru saya yang menerangkan bahwa menuju masyarakat adil makmur itu tidak perlu harus sekian periode kita lalui. Sejak orde penjajahan, orde lama, orde, baru dan orde reformasi ternyata tujuan itu tak kunjung tercapai. Sebenarnya "besok pagi" pun masyarakat adil makmur itu dengan mudah akan tercapai. Caranya ? Masing-masing anggota masyarakatnya bersedia untuk berbagi.

Rumusnya :
Yang pandai mengajar yang bodoh
Yang kuat menolong yang lemah
Yang sehat membantu yang sakit
Yang berkuasa menghormati yang tidak berkuasa

maka benarlah firman Allah :
"Dan tolong menolonglah kalian dalan kebaikan dan ketaqwaan dan jangan tolong menolong dalam salah dan dosa"

Nah itulah "syurga dunia akhirat", yang isinya orang baik-baik. Kapan ya itu terjadi ???

Sabtu, 03 Oktober 2009

MISTERI GEMPA DAN TEORI "OAG"

Saya mendapatkan SMS dari keponakan. Isinya memberi tahu bahwa gempa yang melanda di Sumatera Barat itu tepat pada jam 17:16 WIB. Dan setelah saya cek pada harian Kompas ternyata betul. Selanjutnya dalam SMS itu dikatakan bahwa ternyata angka tersebut bersesuaian dengan surat al Isra’ ayat 16. Isinya tentang kehancuran suatu kawasan karena tidak mentaati Allah. Untuk lengkapnya saya kutipkan surat 17 ayat 16 sebagai berikut:

“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menta`ati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.”

Menurut ceritanya, konon keponakan saya itu bergetar lantaran takut membaca ayat itu. Selanjutnya dia minta pendapat saya mengenai hal tersebut.

Saya jadi teringat teori kakak saya, yaitu teori OAG (Othak Athik Gathuk). Teori ini selalu menghubungkan peristiwa tertentu dengan hal-hal yang berbau mistis ataupun agamis. Seolah dalam teori ini membedah “pesan-pesan rahasia” Tuhan dalam berbagai peristiwa. Ternyata gejala OAG ini juga melanda dimana-mana. Sebut saja misalnya gambar-gambar yang selalu dikaitkan dengan tulisan Allah dan Muhammad yang muncul di awan, pohon, kulit binatang, kerang, pring pecah dan sebagainya. Menurut sebagian orang peristiwa itu untuk menambah ketebalan Iman.

Lain lagi dengan istri saya, ketika terjadi bencana jebolnya tanggul Situ Gintung ternyata muncul “keajaiban”. Ada sebuah masjid yang masih utuh tegak berdiri, padahal segala bangunan lainnya seperti rumah telah hancur tersapu banjir. Menurutnya, itulah bukti “kebesaran kekuasaan” Allah. Pendapat ini makin diperkuat dengan munculnya sebuah ceramah dari seorang ustadz di sebuah TV swasta yang menyatakan hal itu merupakan bukti “mukjizat” dari Allah. Nah, ketika terjadi gempa di Padang Sumatera Barat ini ada sebuah Masjid bernama Nurul Iman ternyata hancur juga. Kemudian saya berkata pada istri saya, “Hancur atau tidak hancur sebuah masjid itu adalah sunnatullah yang selalu obyektif, dan semua itu sama-sama menunjukkan kebesaran kekuasaan Allah”. Istri saya kelihatannya belum puas atas jawaban saya. “Tetapi begitulah ! Logika Tuhan (God Logic) itu tidak harus selalu sama dengan logika kita manusia yang kadang sangat naif dan lemah” jawab saya lebih lanjut.

Di harian Kedaulatan Rakyat yang terbit di Yogyakarta, pada kolom “Sungguh-sungguh Terjadi” mengaitkan bahwa Gempa Sumatera itu ada hubungannya dengan G 30 S PKI. Keduanya sama-sama terjadi pada tanggal 30 September dan sama-sama memakan korban yang sangat banyak. Bolehlah pendapat itu ya ...!

Ternyata gejala OAG ini tidak hanya melanda kalangan awam tetapi bahkan kalangan akademisi. Sebut misalnya Ustadz Fahmi Basya dalam bukunya Matematika Al Qur’an yang sangat mengagumkan itu, ternyata kadang-kadang ada hal-hal yang ”dihubung-hubungkan yang sebenarnya masih sulit terhubung”. Saya mempunyai CD berbagai hal keajaiban alam yang berkaitan dengan al Qur’an karya Ustadz Fahmi Basya. Sebagian memang benar-benar ”gathuk” (obyektif) tetapi sebagian terlalu dipaksakan. Begitu juga dalam bukunya ”One Million Phenomena”. Dalam buku itu terasa sekali gejala ”OAG” sangat kental. Sebetulnya hal tersebut baik-baik saja, hanya saja kadang menghilangkan jiwa kritis kita terhadap suatu hal.

Bukti yang lain tentang gejala OAG misalnya terdapat pada tulisan Mas Ary Ginanjar Agustian (ESQ Power) penemu dan pelopor training ESQ yang sangat terkenal itu. Secara keseluruhan buku itu sangat bagus dan bermanfaat. Hanya memang karena terkena gejala OAG maka kadang kurang kristis. Misalnya angka ajaib dalam ESQ Ways yang selalu mengacu pada 165. Penjelasannya 1 = Ihsan, 6 = Rukun Iman dan 5 = Rukun Islam. Yang konon katanya angka ini sesuai dengan angka rumah mas Ary Ginanjar. Dan ini diperkuat oleh Ustadz Fahmi Basya yang katanya itu adalah angka ajaib (Matematika al Qur’an). Padahal, kalau kita mau kritis sedikit angka itui tidak tepat.


Angka itu didasarkan pada Hadits Jibril tentang, ”Ma huwal Iman, ma huwal Islam, ma huwal Ihsan”. Yang dilupakan oleh beliau adalah ”matas Sa’ah?”. Padahal lengkapnya hadits itu ada tentang Sa’ah. Sa’ah ternyata ”disembunyikan”, jadi tidak ada angkanya. Nah gimana ini ?!!!

Kamis, 01 Oktober 2009

SALAH, LUPA DAN MEMINTA MAAF

Manusia dalah makhluk sering salah dan lupa. Sebuah peribahasa menyatakan al Insanu makhalul khata' wa nisyan. Salah dan lupa sudah sangat melekat pada diri manusia. Oleh karena itu sebaik-baik manusia bukanlah orang yang tak pernah salah melainkan orang yang pernah salah lalu mau memperbaikinya untuk kembali ke jalan yang benar.

Dalam tradisi bangsa Indonesia, bulan Syawal sering di pakai untuk saling meminta maaf dan memberi maaf. Kebiasaan ini disebut halal bil halal. Di kantor-kantor maupun di kampung-kampung sangat marak kegiatan yang konon asli dari bangsa kita ini. Memang, meminta maaf seyogyanya dilakukan sesegera mungkin kepada orang yang kita sakiti. Tetapi, kadang-kadang ada beberapa ganjalan psikologis yang membuat seseorang enggan sesegera mungkin untuk minta maaf. Maka ditunggulah saat acara syawalan untuk berikrar saling meminta maaf.

Meminta maaf sering dianggap merendahkan diri sendiri. Anggapan bahwa orang menjadi kehilangan muka ketika minta maaf bahkan menjadi turun derajatnya adalah tidak benar. Orang yang punya inisiatif meminta maaf justru menunjukkan orang tersebut berjiwa besar. Apalagi kalau dilakukan oleh seorang atasan kepada karyawannya, majikan kepada buruhnya, guru kepada muridnya, presiden kepada rakyatnya maka tentu akan lebih pas. Dan jangan dibalik. Karena kebiasan selama ini justru yang dibawah meminta maaf kepada yang di atas. Padahal kita tahu kesalahan itu justru lebih banyak kepada mereka yang sedang berkuasa.

Meminta maaf itu mudah dan memberi maaf jauh lebih sulit. Apalagi kalau seseorang merasa di zalimi dengan sangat menyakitkan. Tetapi kalau memberi maaf itu dilakukan, maka jiwa orang itu jauh lebih besar dibanding yang meminta maaf.

Konon, dahulu Rasulullah setiap berangkat ke masjid sering ada seseorang yang selalu meludah dihadapan beliau untuk melecehkannya. Rasulullah tetap ramah dan merasa tidak terganggu atas ulah orang tersebut. Kejadian ini berlangsung cukup lama. Hingga pada suatu saat ketika Rasulullah berangkat ke masjid seperti biasanya, beliau tidak melihat orang yang selalu meludah tersebut. Rasulullah pun bertanya kepada para sahabatnya mengapa orang itu tak kelihatan seperti biasanya. Para sahabat memberi tahu beliau bahwa orang tersebut sedang sakit. Maka sepulang dari masjid, Rasulullah menjenguk orang tersebut seolah seperti sedang merindukannya. Orang yang suka meludah dihadapan Rasulullah pun terharu dan akhirnya minta maaf dan masuk Islam. Subhannallah.

Maaf telah merubah energi kebencian (negatip) menjadi kecintaan (positip). Hal ini akan mengeliminir munculnya hormon kecemasan secara berlebihan yang akan mengganggu metabolisme tubuh. Grafik gelombang otak (brain wave) akan lebih tenang (normal) sehingga memungkinkan seseorang merasakan perasaan lebih bahagia. Kelistrikan tubuh menjadi stabil karena telah mengalami grounding dengan cara saling meminta dan memberi maaf. Kelihatannya sepele memang, tetapi yakinlah dengan cara seperti itu tubuh dan jiwa jauh akan lebih sehat. Insya Allah.

Maka melalui blog yang sederhana ini kami sekeluarga mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan semoga kita semua bahagia. Amien.

Jumat, 25 September 2009

KETUPAT LEBARAN

Di keluarga orang tua saya rasanya belum lebaran kalau belum membuat ketupat, membersihkan rumah dengan mencat kembali dengan warna putih, beli pakaian baru, sungkeman dan saling mengunjungi tetangga maupun handai taulan. Itu sudah tradisi yang berlangsung lama sejak saya masih kecil. Adapun tradisi yang mulai hilang adalah membuka tabungan dengan memecahkan celengan dari gerabah (keramik). Maklum anak-anak sekarang banyak yang mulai menabung di Bank maupun tabungan warna-warni dari seng (logam) dengan gambar super hero idolanya.

Tradisi membuat ketupat menurut Prof. Dr. Mahfudz MD (Ketua Mahkamah Konstitusi) konon berasal dari para Wali Sanga yang kesohor itu. Ketupat yang bahasa Jawa disebut Kupat adalah singkatan dari laKU paPAT (perbuatan empat) yang dilakukan setiap selesai puasa dan menyambut 'Idul Fithri. Orang Jawa khususnya Jawa tengah menyebut Idul Fithri itu sebagai Bakdo (dari kata ba'da yang artinya sesudah) dan juga disebut lebaran (lebar dalam bahasa jawa yang juga berarti sesudah).

Adapun Laku Papat ketika lebaran itu adalah :
1. Lebar
Artinya puasanya sudah selesai dan selanjutnya memasuki babak baru yaitu syawwal (peningkatan).
2. Lebur
Artinya hancur, hilang, musnah. Dengan selesainya puasa Ramadhan diharapkan segala dosa dan kesalahan dapat hilang musnah dan mendapatkan ampunan dari Allah SWT.
3. Luber
Artinya melimpah ruah. Dengan "kemudahan-kemudahan" dalam hal "mencari pahala" di bulan Ramadhan maka akibatnya "ganjaran" itu melimpah ruah. Juga dapat berarti karena banyaknya berderma maka ibarat ember yang penuh air maka infaq dan shadaqah itu melimpah ruah di bulan penuh berkah itu.
4. Labur
Artinya cat dengan warna putih (dari batu gamping). Hasil "training" Ramadhan diharapkan akan lahir pribadi-pribadi yang putih bersih laksana terlahir kembali.

Selain yang diatas, ternyata di kampung saya ada pantun (parikan -Bhs Jawa) yang berkaitan dengan ketupat.

Kupat janure tuwa
Kula lepat nyuwun ngapura
Kupat dudue santen
Kula lepat nyuwun pangapunten

(Ketupat janurnya tua
Saya salah minta dimaafkan
Ketupat kuahnya santan
Saya salah minta dimaafkan).

Sekian dulu para sahabat semua :
Taqabbalallahu minna wa minkum
minal 'aidin wal faizin !!!!!

Selasa, 15 September 2009

POLITIK SANG KANCIL

Kancil adalah binatang yang hebat. Barangkali dialah satu-satunya binatang yang menyandang gelar ‘zoon politicon’. Betapa tidak. Anjing, harimau, gajah dan buaya adalah beberapa korban dari ‘politici on lie’-nya.

Debut Sang Kancil dipercaturan politik rimba raya cukup menimbulkan kekaguman. Bahkan reputasinya mampu menenggelamkan mitos kura-kura si pemilik akal bulus. Meskipun demikian, binatang yang tidak lebih besar dari anak kambing itu, bukanlah binatang cerdas. Tetapi lebih tepat kiranya bila dikatakan binatang licik: licin plus cerdik.

Sebagai pembual, Sang Kancil tidak pernah tanggung-tanggung. Untuk keselamatannya dalam pertarungan rimba raya, tokoh dongeng ini tanpa malu-malu mencatut nama ‘The Great Solomon King of Israel’. “Aku ini duta yang diutus untuk menjaga benda-benda pusaka milik Kanjeng Nabi Sulaiman”, katanya setiap kali terjepit.

Awal kisahnya, Sang Kancil pernah ditangkap Pak Tani, pemilik kebun mentimun yang sering dicuri Kancil. Tetapi berkat kelicikannya, pencuri mentimun itu berhasil lolos dari kurungan Pak Tani. Lolosnya Sang Kancil ini merupakan pengalamannya yang pertama dalam hal kibul-mengibul. Dan sungguh fantastis, yang ditipu kali ini adalah binatang yang terkenal cerdas: anjing.

Banyak yang mengakui, bahwa anjing adalah binatang pandai - sehingga ada anjing yang menjadi astronot maupun polisi - tapi dalam dongeng ini, anjing terpaksa mengakui keunggulan Sang Kancil. Anjing itu mau menggantikannya sebagai tahanan Pak Tani dengan satu janji: siapapun yang yang dikurung Pak Tani akan diambil menjadi menatunya. Anjing terpikat bujukan itu, Sang Kancil pun bebas.

Prestasi Sang Kancil berikutnya yang pantas diacungi jempol adalah ketika pelanduk itu mengecoh gajah. Dengan sukarela binatang gemuk ini mau masuk sumur, menggantikan Sang Kancil yang terperosok di dalamnya. Dasar gajah binatang goblok, ketika Sang Kancil mengatakan: “Lihatlah keatas Jah ..., langit sudah bergerak, sebentar lagi akan ambruk, dan dunia akan kiamat. Yang selamat hanyalah mereka yang ada di dalam sumur !” Binatang berhidung panjang itu mau saja menelan mentah-mentah bujukan pembual licin itu. Besar tubuh dan ototnya ternyata tidak mampu menolongnya agar terhindar dari tipuan Sang Kancil yang brilian.

Nasib apes berhadapan dengan Sang Kancil, ternyata juga dihadapi Raja Rimba: macan loreng. Carnivora yang memiliki gigi runcing dan kuku tajam serta power hebat itu, ternyata harus tertipu tiga kali.

Pertama, ketika dia ingin memin-jam ‘Sabuk Sulaiman’ yang dijaga Sang Kancil. Dengan trik yang jitu penipu ulung itu behasil mempraktekkan taktik ‘devide et impera’. Sehingga, meskipun akhirnya menang, raja rimba terpaksa babak belur bertarung dengan ular.

Kedua ketika raja rimba itu ingin mendengarkan suara merdu ‘Gong Sulaiman’ yang juga dijaga oleh Sang Kancil. Maka habislah badan raja hutan itu disengat lebah yang marah karena rumahnya terusik.

Dan yang terakhir, sungguh sial. Carnivora itu harus mati secara tragis. Pemakan daging itu tergencet lidahnya hingga putus ketika meminjam ‘Seruling Sulaiman’ yang dijaga Sang Kancil.

Kepiawaian puncak Sang Kancil dalam menerapkan jargon ‘menjadi politikus harus pandai menipu’, tampaknya semakin mantap. Hal ini dbuktikan ketika dia berhasil mempecundangi buaya, Si Raja Air.

Sebagai tukang tipu, buaya sangat terkenal. Sebutan ‘air mata buaya’ misalnya, merupakan bukti pengaku-an yang diberikan kepadanya karena keahliannya berpura-pura itu. Selain itu, teknik menyaru sehingga mirip kayu hanyut, adalah kepandaian lainnya yang juga dimiliki binatang melata tersebut.

Kalau anjing, gajah, harimau, buaya, semuanya menyerah, tidak adakah yang mampu mengalahkan Sang Kancil? Konon, ada satu jenis binatang yang mampu menga-lahkannya. Anehnya binatang ini mengalahkan Kancil bukan karena kelebihan kekuatan yang dimilikinya, melainkan karena kelemahannya. Bukan karena sangat cepat larinya, tetapi justru sangat lambat jalannya. Dialah Sang Keong yang berhasil menundukkan Sang Kancil dalam lomba adu balap.

Kancil yang terlalu percaya diri, menjadi sombong dan lupa. Kecerdikan dan kelicinan yang dimiliki Sang Kancil, ditaklukkan oleh keuletan dan kesabaran yang dimiliki Sang Keong. Sang Keong bukanlah korban: ‘wong bodho dadi dadi pangane wong pinter’ (orang bodoh makanan empuk bagi orang pandai). Sehingga binatang yang memiliki falsafah hidup: alon-alon waton kelakon dan gliyak gliyak waton kecandak itu, tidak bisa ‘dipinteri’, tidak bisa dikalahkan Sang Kancil.

Dalam pertarungan-pertarungan politik, agaknya keuletan, kesabaran dan kejelian juga diperlukan. Dan bukannya sekedar tipu-menipu, kibul-mengibul, ‘asu-asunan’. Malah, kalau politik akhirnya terjerumus ala politik Sang Kancil, pada akhirnya akan ‘al ghayyah tubarir bil washilah’ (tujuan menghalalkan cara). Di sini, Sang Kancil perlu belajar. Di atas langit masih ada langit. Di atas yang pintar masih ada yang lebih pintar lagi. Dan satu lagi pesan buat Sang Kancil: politik tidak harus berbau busuk.

Senin, 14 September 2009

LAUK PALING LEZAT

Saya pernah menganggap makanan paling lezat adalah sate. Sehingga setiap melewati warung sate - apalagi kalau sate kambing , perut terus keroncongan minta di isi. Sate bagi saya waktu itu makanan nomor satu yang tidak setiap hari mampu dibeli. Tetapi dahulu ketika bersama kawan-kawan mendirikan warung sate kambing di Yogyakarta, pendirian saya itu berubah. Mungkin karena setiap hari makan sate maka saya menganggap bahwa sate bukanlahlah makanan yang paling nikmat. Rupanya saya mengalami kebosanan (jeleh -bahasa Jawa). Pada saat itu saya berpendapat tempe gorenglah lauk yang paling lezat. Rupanya saya kembali kepada kesukaan di waktu kecil. Saya suka sekali tempe goreng yang hangat yang berasal dari tempe karya tetangga di dusun kami. Tempe tersebut ketika mentah dibungkus dengan daun pisang dan diperam sampai keluar jamur tempenya menyeluruh.

Itulah rupanya keinginan manusia itu selalu berubah-ubah. Saya yang setiap hari makan tempe selalu merindukan sate dan ketika saya setiap hari makan sate kemudian merindukan tempe. Begitu juga orang pergi berwisata. Kalau orang desa seperti saya yang setiap hari melihat sawah, pematang, gunung serta sungai, kalau berswisata inginnya pergi ke kota. Tetapi seorang sahabat saya yang hidup di kota besar selalu bilang ke saya kalau hidup di desa seperti saya itu nikmat. Oleh karena itu setiap dia bertandang ke rumah saya selalu ingin berjalan-jalan menikmati alam pemandangan pedesaan. Nah.... aneh kan ?

Suatu ketika saya makan bareng bersama mbah Bakir. Mungkin karena waktu itu mbah Bakir melihat makan saya tak bersemangat kemudian menasehati, "Tahukah kamu, apakah lauk yang paling lezat itu ?".
Saya pun dengan mantap menjawab, "Tentu sate, tongseng dan makanan-makanan mahal di restoran mbah !" Dengan tersenyum mbah Bakir yang pernah malang melintang menjadi sopir truk Jogja-Cilacap menjelaskan, "Dari pengalaman saya jajan di warung-warung maupun restoran maka lauk yang paling lezat adalah rasa lapar dan haus."

Ketika di bulan Romadhon tahun ini mbah Bakir telah tiada karena beliau meninggal dunia 2 Agustus 2009. Saya pun teringat nasehatnya itu. Rupanya di bulan penuh berkah ini Allah sedang memberikan lauk yang paling lezat untuk orang-orang yang berpuasa. Allah melalui "pelatihan shaum romadhaon" mengembalikan "rasa lapar kita" agar kita dapat merasakan kembali nikmatnya makan-minum.

Selamat berpuasa dan menikmati "lauk yang paling lezat" !!!

Minggu, 06 September 2009

RENUNGAN SURAT AL FALAQ

Seperti juga an Naas, al Falaq merupakan bentuk ta'awudz yang lain. Dalam surat ini kita oleh Allah diingatkan bahwa dalam hidup itu selalu mengintai empat "bahaya (kejahatan)" besar. Agak berbeda dengan surat an Naas yang cenderung menghadapi "bahaya (kejahatan) psikologis", maka dalam surat yang ke 113 ini lebih mengarah ke kejahatan (bahaya) fisik.

Bahaya (kejahatan) yang pertama adalah yang ditimbulkan oleh apa saja yang telah menjadi ciptaan Allah (ma khalaq). Bahaya jenis ini cenderung alami misalnya: bencana alam, kecelakaan, diserang binatang buas dll.

Bahaya (kejahatan) yang kedua adalah yang timbul akibat "malam apabila semakin gelap gulita". Semakin malam semakin berbahaya. Mengapa ? Ya, karena pada saat seperti itu akan keluar binatang-binatang malam. Tetapi saya menduga, kalimat "malam apabila semakin gelap gulita". Ghasiqin idza waqab merupakan ungkapan untuk menunjukkan bahaya kehidupan sosial, politik dan ekonomi yang semakin tidak menentu. Ketika kehidupan semakin kacau maka apapun bisa terjadi. Apabila terjadi kesenjangan ekonomi yang tajam maka kriminalitas meraja lela. Begitu juga apabila konflik-konflik politik itu semakin menjadi-jadi, maka pembunuhan politik pun akan sangat mungkin terjadi. Bila dalam dakwah bertemu suasana demikian, maka akan sulit membedakan mana kawan mana lawan. Persis kalau kita ditimpa kegelapan di malam hari. Kita akan sangat sulit melihat dan membedakan wajah orang. Oleh karena ketidak mampuan inilah, maka kita perlu berta'awudz kepada Allah SWT.

Bahaya (kejahatan) ke tiga adalah bahaya yang diakibatkan berhembusnya provokasi, agitasi yang cenderung menghasut sehingga menimbulkan fitnah dimana-mana. Antara bahaya kedua diatas dan bahaya ketiga ini sering terjadi secara bersamaan. Munculnya manusia-manusia yang suka "meniup-niup buhul tali" adalah awalnya sebuah lemparan gagasan yang mampu merusak sendi-sendi kemasyarakatan berupa kontrak sosial. Bila ini berketerusan maka akan terjadi masyarakat tanpa hukum (lawlessness). Ibarat benang, tali temali kemasyarakatan sudah terlanjur kusut sehingga sulit diurai. Dan ini tentu saja suatu kondisi yang sangat berbahaya.

Bahaya (kejahatan) yang keempat adalah bahaya yang ditimbulkan oleh orang yang dengki bila orang tersebut mewujudkan kedengkiannya (hasidin idza hasad). Kalau yang dengki itu seorang penguasa, maka akan terjadilah tirani ala Fir'aun menindas Nabi Musa. Dan ini terjadi lagi pada masa Nabi Muhammad dengan munculnya sepak terjang Abu Jahal dan konco-konconya. Situasi ini tentu saja sangat berbahaya. Permusuhan sudah dilakukan terang-terangan. Kedengkian yang semula masih terpendam di dalam dada sudah mewujud menjadi sebuah konflik yang terbuka.

Dari ke empat bahaya (kejahatan) tersebut, kapankah akan terjadi ? Jawabannya adalah selama "dakwah kebenaran ajaran Allah itu dikumandangkan" maka ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan akan terjadi. Intensitas itu akan semakin meninggi terutama bahaya ke 2,3 dan 4 seiring dalam kehidupan ini sedang terjadi proses transsisi. Transisi semisal Orde penjajahan ke orde merdeka, orde lama ke orde baru, orde baru ke orde reformasi dan seterusnya merupakan tempat suburnya bahaya tersebut.

Transisi atau peralihan itulah falaq (pecah, membelah). Peristiwa ini mirip dengan proses pergantian dari malam hari yang gelap menuju fajar yang terang. Dan kita tahu pemroses kejadian itu tidak lain adalah Allah selaku Rabbul Falaq.

Menghadapi berbagai macam bahaya (kejahatan) yang seperti uraian diatas selain berusaha menghindar, tentu saja juga senantiasa mohon perlindungan dari Allah SWT.

Wallahu 'alam bi al shawab

Kamis, 03 September 2009

RENUNGAN SURAT AN NAAS

Surat ini menurut sebagian para mufasir merupakan surat yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW karena beliau konon kena sihir (santet). Sehingga kebanyakan masyarakat muslim menganggap surat an Naas adalah "obat" bagi mereka yang terkena sihir, santet maupun tenung. Saya sendiri setelah mencoba mencermati message yang ada didalamnya semakin tidak percaya kalau surat ini "dihadiahkan" Allah kepada manusia hanya sebatas hal tersebut. Kalau memang betul surat ini berkait dengan tukang sihir, maka surat yang ke 114 ini menjadi kurang fungsional. Mengapa? Ya, karena bukankah di jaman sekarang walaupun masih banyak tukang sihir tetapi jauh lebih banyak persoalan-persoalan yang tidak melibatkan hal itu.

Surat an Naas di-nuzulkan jauh lebih luas dari pada menjawab dunia santet-menyantet. Yang pasti surat ini menyadarkan kita bahwa dalam hidup kita selalu ada "kekuatan-kekuatan jahat" yang mengitari kita. Kekuatan jahat itu paling tidak menurut surat an Naas ini terbagi dua. Pertama, kekuatan jahat yang disebabkan faktor tak terlihat (al Jinnat). Sedangkan kekuatan jahat yang kedua adalah faktor yang terlihat dan regular (an Naas). dari dua model kekuatan itu semuanya bisa bersifat merusak (destruktif) terutama dari sisi psikologis manusia. Pusat kesadaran manusia (shudhurin naas) menjadi sangat terganggu akibat pressure yang bisa dilakukan dua kekuatan jahat tersebut.

Kita ambil contoh misalnya media massa. Sebagai pembuat public opinion, dia bisa memfitnah, melakukan black campaign bahkan bisa sampai melakukan stigmatisasi sehingga seseorang menjadi hancur reputasinya (character assasination). Mass media menjadi kekuatan tak terlihat (al Jinnat) karena bergerak pada dunia informasi dan komunikasi yang terlalu abstrak. Kekuatan ini menurut surat al Lahab disimbulkan dengan simbol "pembawa kayu bakar" (hamalatal khatob). Secara fisik mungkin perlawanannya tidak frontal, tetapi melalui "jalur tersembunyi" yang justru lebih berbahaya. Sedangkan kekuatan al Naas, pressure yang dilakukan lebih frontal dan terlihat. Dalam dunia preman dengan selalu menunjukkan kekuatannya ototnya. Dalam sebuah negara barangkali dengan memperlihatkan kekuatan militer beserta mesin-mesin perangnya. Semua itu dilakukan untuk melakukan perang urat syaraf (psywar) agar lawan takut sebelum bertarung.

Dari uraian diatas maka saya melihat surat ta'awudz ini dipersiapkan guna menghadapi perang urat syaraf yang dilakukan oleh musuh-musuh Rasulullah SAW ketika berdakwah. Goncangan-goncangan jiwa bisa terjadi akibat intimidasi dan teror sehingga menimbulkan perasaan ragu-ragu (al waswas) pada pusat kesadaran manusia. Perasaan bimbang terhadap terhadap ajaran Allah yang dibawa Rasulullah SAW itulah yang ingin di bidik oleh musuh-musuh dakwah.

Didalam surat an Naas ini juga dijelaskan sifat al waswas yang selalu hilir mudik datang (al khonnas). Dalam salah satu kamus dinyatakan itulah yang disebut pikiran/inspirasi jahat (fikrun sirirun) yang selalu datang dan pergi menghinggapi pikiran dan hati manusia. Nah menghadapi musuh yang model inilah yang kan membuat kita sebagai manusia kesulitan. Mengapa ? Ya karena musuh itu telah merasuk dan melekat pada psikologi diri kita.

Dalam tarikh dikisahkan bahwa, stigmatisasi Rasulullah SAW sebagai pribadi yang gila (majnun) cukup efektif, sehingga Muhammad bin Abdullah yang dulunya dikenal sebagai orang yang sangat kredibel (al Amin) menjadikan orang ragu untuk mendukungnya. Dalam kaitan ini, apabila tak kuat menghadapinya maka seseorang akan bisa mengalami stress maupun depresi.
Untuk mengantisipasi hal tersebut Allah SWT memberikan "obat" yaitu surat an Naas ini. Dan hanya dengan melakukan semacam auto sugesti dengan cara"'menyandarkan" hidup kepada rabb , malik dan ilah manusia maka "perebutan" kawasan hati dalam tubuh manusia bisa dimenangkan. Dari sinilah insya Allah akan hadir kemantapan hati (liyathmainal qalbi).
Selanjutnya dengan modal itu, semangat dan optimisme muncul kembali.

Inilah bukti pernyataan, La takhof wala tahzan innallaha ma'ana, (Jangan takut dan jangan bersedih Tuhan bersama kita).

Wallahu 'alam bi al showab.

Selasa, 18 Agustus 2009

SELAMAT JALAN MBAH BAKIR


Mbah Bakir, yang pernah saya tulis di blog ini telah berpulang ke rahmatullah pada tanggal 2 Agusutus 2009 jam 4.30 wib pagi hari di rumah kami. Innalillahi wa inna ilaihi raji'un. Semoga segala kesalahannya di ampuni dan amal kebajikannya mendapatkan balasan dari Allah SWT. Amein. Dan melalui blog ini saya memohonkan maaf kepada para pembaca blog barangkali selama hayatnya ada kesalahan beliau maka kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Banyak kenangan yang saya terima dari mbah Bakir. dari hal-hal yang lucu-lucu maupun yang filosofis. Dan ternyata yang merasa beruntung pernah kenal beliau sangat banyak. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya para pelayat yang membludak di pelataran Masjid Ngijon tempat kami.

Sebenarnya ingin sekali saya menuliskan cerita-cerita beliau di blog ini agar bermanfaat bagi orang lain, tetapi maaf , akhir-akhir ini saya belum muncul semangat lagi untuk menulis. Mungkin kalau waktu benar-benar sedang "mood" insya Allah akan menulis lagi.

Salah satu nasehat yang selalu beliau ulang-ulang adalah sebuah nasehat yang katanya diambil dari kitab "Matan Adzkiya'". Dalam salah satu paragraf kitab tersebut dikatakan :

"Berqana'ahlah kamu dalam hal berkeinginan untuk berpakaian yang serba glamour, menyantap makanan seba enak dan tempat tinggal yang bermewah-mewah ".

Kata beliau dengan berqana'ah maka menjadikan kita bisa hidup lebih sakinah serta sabar dalam menghadapi berbagai persoalan. Dan ternyata gaya hidup ini diterapkan dalam pribadinya yang selalu sabar dan sumeleh.

Beliau juga pernah menasehati saya bahwa kalau kita mau memasarkan ide-ide baru itu pasti akan mengundang pro dan kontra. Maka beliau selalu mengatakan dalam menghadapi setiap omongan orang dengan sikap: "Yo ben dan yo wis". Artinya , "Ya biarin aja, ya sudah acuhkan saja". Dengan cara seperti itu maka kita tidak gampang stress menghadapi apapun.

Ada satu surat yang selalu menjadi favorit beliau setiap mengisi Kultum di masjid kampung kami yaitu surat al-'Ashr, yaitu surat yang mengingatkan kita agar senantiasa menghargai waktu dengan beriman dan beramal saleh serta saling menasehati agar tetap dalam kebenaran dan kesabaran. Agaknya surat itulah yang selalu menjadikan beliau menjadi pribadi yang "enthengan" suka menolong orang lain.

Salah satu kelebihan pribadi beliau terhadap tetangga, pembantu maupun murid-muridnya adalah setiap nasehat dalam bidang ekonomi (wirausaha) rata-rata berhasil paling tidak untuk tumbuhnya wirausahawan-wirausahawan yang kecil-kecil. Saya sendiri kesulitan menghitung berapa banyak orang yang pernah "tersentuh" nasehat mbah Bakir dan berhasil. Namun ada juga salah satu muridnya yang berhasil memiliki usaha transportasi bus antar kota yang asetnya sampai lima puluhan bus.

Oh ya barang kali ada yang belum tahu biografi mbah Bakir

Lahir tahun 1921
1. Pendiri dan Imam Masjid Timoho Sendangagung Minggir Sleman
2. Pernah cukup lama Sopir Truk Jogja - Cilacap
3. Menjadi Instrukur Kursus Montir dan Stir Mobil "Madjoe" di Lempuyangan
4. Menjadi TKR dan Anggota Legiun Veteran Republik Indonesia
- Ikut Perang 10 Nopember 1945 di Surabaya bersama Bung Tomo
- Ikut Perang dalam Palagan Ambarawa 1945
- Ikut Perang Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta (Yogya Kembali)
5. Perintis TK Aisyiah Bustanul Athfal di Ngijon
6. Perintis SD Muhammadiyah Ngijon di Moyudan
7. Perintis SMP Muhammadiyah I Gedongan Minggir
8. Sesepuh Takmir Masjid Ngijon Minggir
9. Pernah Menjabat Ketua Muhammadiyah Cabang Minggir
10. Pendiri Masjid Al Hidayah Daratan Minggir
11. Perintis KUD Tani Manunggal Sendang rejo Minggir
12. Perintis Kelompok Ternak Sapi Handini Arum Ngijon Sendangarum
13. Pamong Desa sebagai Kepala Bagian Sosial Desa Sendangarum (1965-1992)
14. Pj. Lurah Desa Sendangarum 1992-1995
15. Wiraswasta Jualan Sarana Produksi Pertanian

Mbah Bakir tidak pernah mengenyam pendidikan formal. Pendidikanya antara lalin :
1. Mengaji di Pesantren Kiai Abdul Ghani Jejeran Wonokromo
2. Mengaji dei Pesantren Al Falah Yogyakarta
3. Penataran-penataran yang diberikan oleh Pemerintah RI.

Itu dulu kisah tetang mbah Bakir, semoga lain kali bisa disambung lagi. Insya Allah.

Jumat, 01 Mei 2009

MALIK GREMBYANG


Malik grembyang, adalah ungkapan bahasa jawa untuk menyebut sesuatu itu berubah total ataupun setengah total. Seseorang yang sebelumnya bicara A sore harinya mengatakan B adalah contoh malik grembyang. Biasanya itu semua dilakukan untuk menyiasati (baca: mengelabuhi) peraturan ataupun produk hukum agar tidak terjerat.

Di dalam ranah politik “penyakit” itu terjadi juga misalnya pada perubahan nama-nama partai. Sebut misalnya : Partai Keadilan menjadi Partai Keadilan Sejahtera, Partai Republik menjadi Partai Republika Nusantara. Bahkan pernah terjadi Partai Bulan Bintang hampir menjadi Partai Bintang Bulan.

Mungkin karena terinspirasi hal itu maka acara "Empat Mata" yang dibawakan thukul Arwana karena ditegur KPI maka judulnya diganti ”Bukan Empat Mata”, yang acaranya sama dengan Empat Mata sebelumnya.

Rupanya penyakit ini menular juga ke dunia sinetron. Sinetron Hareem -- yang menceritakan carut marut keluarga muslim yang berpoligami-- kemudian mendapat protes keras dari berbagai kalangan, akhirnya berubah (malik grembyang). Semula sinetron yang berhias wanita muslimah berjilbab tapi suka intrik itu, akhirnya hilang sudah jilbabnya. Yang muncul adalah wanita-wanita tanpa jilbab yang menjadi istri-istri Romo sebagai gantinya sebutan untuk Abi.

Dari gambaran diatas, maka pantaslah kita oleh Bung Karno dulu disebut sebagai bangsa Tempe. Tempe yang sebenarnya sangat baik bagi kesehatan, tetapi dalam hal ini dilihat dari sisi lain. Persis seperti ungkapan ”Esuk dele sore tempe”, yang artinya pagi harinya masih berupa kedelai, eh...sore harinya sudah berubah menjadi tempe. Dan hebatnya makin enak ! Wah...gimana ini ???

Selasa, 31 Maret 2009

HADIAH MIRAGE 2000 DARI QATAR

Mirage 2000


Dulu, menristek Habibie pernah “disalahkan” karena mengambil hadiah dari Jerman berupa kapal-kapal perang tua. Tetapi, meskipun dicaci maki, diam-diam banyak juga yang mendukung keputusan beliau dan setuju. Sebabnya, Indonesia memang tak punya uang, sedangkan sebagai negara maritim, kapal adalah suatu keniscayaan. Maka jadilah kapal bekas dari Jerman, ditarik ke Indonesia. Akhirnya, kapal-kapal rusak itu bisa disulap (diperbaiki) di PT PAL Surabaya dan menjadi kapal-kapal tangguh yang menjaga kedaulatan Republik ini. Habibie tentu yakin, produk-produk teknologi Jerman tentulah luar biasa, mirip mobil Mercedes Benz yang melegenda.

Baru-baru ini, menurut Rozi Munir, Dubes Indonesia di Qatar, negri kita mau dapat hadiah gratis berupa pesawat terbang Mirage 2000 dari negara kaya minyak itu. Tetapi, melalui Mentri Pertahanan Indonesia Prof. Juwono Sudarsono, kita memilih menolak hadiah tersebut. Alasannya, menurut mantan dosen UI tersebut, Indonesia tak punya aggaran untuk memelihara (ngopeni-Jawa) pesawat berpilot tunggal itu. Dikhawatirkan, bila negara kita menerima hadiah itu, maka perencanaan anggaran pembelajaan Alutsista (Alat utama sistim pertahanan) kita akan berbelok arah. Yang semula anggaran sudah direncanakan untuk membeli pesawat angkut jenis Hercules, menjadi tidak fokus. Padahal, pesawat canggih yang mau dihibahkan tersebut sebanyak satu skuadron (12 pesawat). (Lihat Koran Tempo, 20 Maret 2009).

Ketika berita penolakan hadiah Mirage itu saya ceritakan ke teman-teman pengajian (Forum Thalabul ’Ilmi), komentarnya pating ceblung (macam-macam). Inilah beberapa komentarnya.

”Oalah kasihan engkau Indonesia..., lha wong mau punya pesawat Sukhoi saja pada zaman Ibu Megawati direwangi hutang sana-sini. Lha ini, ada yang mau ngasih hadiah pesawat Mirage 2000 satu skuadron dan masih bagus kok malah ditolak”.

”Emangnya kalau nggak kuat memelihara apa tidak bisa ditaruh di Museum Dirgantara untuk pendidikan, atau untuk mengganti pesawat bobrok yang ada di taman Kiai Langgeng Magelang, yang harga karcis masuk ke pesawat mogok tersebut Rp. 7.000.”

”Kalau saya setuju hadiah itu diterima, selanjutnya pesawat itu untuk mengganti pesawat yang nongkrong di Gembira Loka dan sudah karatan bin bobrok itu”.

”Ya kalau nggak punya duit untuk memelihara, yang penting hadiah itu diterima dulu, soal biaya operasional dipikirkan nanti bersama para anggota dewan terpilih”.

”Wah, saya itu bingung bagaimana pertimbangan para profesor itu. Satu Profesor Habibie dan lainnya Profesor Juwono Sudarsono. Dua-duanya melihat angle yang berbeda, akibatnya keputusan beda-beda. Apa ya ...lebih baik tak usah pakai profesor ?”.

Mendengar itu semua, kita sama-sama tertawa terbahak-bahak karena bingung dan lucu. Mentertawakan diri sendiri dan juga mentertawakan logika-logika para pemimpin kita hingga akhirnya ada yang bertanya:
”Sebenarnya siapa sih yang bodoh itu?”
”Yang bodoh ya kita-kita, lha wong kita tak pernah protes !”

Setelah puas sama-sama tertawa, saya jadi teringat guyonan SBY (Si Butet Yogya) yang bertanya :
”Apa beda pesawat Indonesia dengan Amerika Serikat ?”.
Setelah semua terdiam tak ada yang menjawab, maka Butet si Raja Monolog inipun menjelaskan,
”Kalau pesawat Amerika agar jatuh maka harus di tembak dulu, sedangkan pesawat Indonesia, tidak diapa-apakan sudah jatuh sendiri”.

Itulah ”potret kita” yang kalau menurut almarhum Jendral (purn) Edi Sudrajat: ”Senjata kita itu sebagian besar sudah tua dan usang”. Maka wajar saja, apabila pernah ada berita tentang kapal amfibi kita dalam suatu latihan perang, walaupun tidak tertembak apapun tetapi tenggelam karena bocor.

Akhirnya, walaupun persenjataan kita kuno, tetapi toh kita ”masih gagah” , yakni menolak pemberian Mirage 2000 dari Qatar. Ya...walaupun alasannya nylekutis (sepele): bahwa kita itu ternyata melarat. Nah...!!!!

Rabu, 25 Maret 2009

MAGMA ASPIRASI BUMI


Ketika bumi bergetar dahsyat.

Gunung-gunungpun tremor.

Gempa mengguncang-guncang bumi.

Magma dari perut bumi sontak keluar.

Erupsi membuncah ke permukaan bumi.


Manusia saling bertanya, "Mengapa bumi begini?"

Saat itulah tiba masanya: "Bumi menyampaikan kabar beritanya".

Itulah saat sunnatullah musti dilaksanakan bumi.


Pada saat itu, segala apa yang terpendam di dalam dada manusia,
tampil mewujud menjadi berbagai macam perilaku.


Barangsiapa yang berbuat baik, walaupun seberat partikel terkecil sekalipun, akan tampak hasilnya.

Begitu juga barangsiapa yang berbuat jahat,
walau seberat debu yang sangat kecil,
akhirnya akan kelihatan akibatnya.


(inspirasi dari QS Al Zalzalah)


Bumi ibarat hati manusia. Didalamnya tersimpan magma berupa aspirasi-aspirasi yang terus bergejolak. Sewaktu-waktu aspirasi ini akan "menggetarkan" jagad perpolitikan kita. Bahkan, bila sampai "meledak" tak terkendali, akan membuat setiap insan di republik ini bertanya:"Apa yang sebenarnya telah terjadi?, Mengapa konstelasi perpolitikan kita jadi begini ?"

Itulah saatnya pembuktian, "Siapa yang emas tetaplah emas dan siapa yang loyang tetaplah loyang". Hati-hatilah, karena "magma panas" menerjang kemana-mana.
Sementara itu, "gempa-gempa susulan" terus akan terjadi.

Tetaplah ingat firman Allah:
"Takutilah oleh kalian kehidupan yang bagaikan api yang bergejolak,
yang penyulutnya manusia-manusia yang berhati dan kepala batu !"

Ya Allah...lindungilah bangsa ini. Amiiin.

G O M B A L

Sudah cuma gombal, amoh lagi
Masih adakah gunanya
Ye…
Walaupun cuma gombal
Dan robek-robek
Tetap masih berguna
Asal saja
Tidak kotor

Dia rela berkotor-kotor
Asal yang disenggolnya
Jadi bersih
Akh…luar biasa jasamu


Amoh = robek
Maret 2004

WAKIL RAKYAT


Ketika angin tidak lagi membawa semilir
Lantas apa yang dibawa ?
Apakah tinggal bau busuk ?

Ketika matahari tidak lagi membawa hangat
Lantas apa yang dibawa ?
Apakah tinggal gerah ?

Ketika musik tidak lagi membawa hibur
Lantas apa yang dibawa ?
Apakah tinggal bunyi duuuut?

Ketika wakil Rakyat tidak lagi membawa aspirasi.
Lantas apa yang dibawa?
Apakah tinggal janji-janji kosong?
Yogyakarta, 29 Nov. 1992

Rabu, 18 Maret 2009

TIAP HARI


Tiap hari harus melaksanakan kewajiban pada Allah
walaupun harus memaksakan diri

Tiap hari harus berdo’a keselamatan dan kesejahteraan
walaupun bersifat umum

Tiap hari harus tadarus al Qur’an
walaupun cuma satu ruku’

Tiap hari harus melakukan berdzikir
walaupun kadang-kadaang masih lupa

Tiap hari harus merawat diri
walaupun cuma minimalis

Tiap hari harus merawat rumah
walaupun yang pokok-pokok saja

Tiap hari harus menulis
walaupun cuma satu lembar

Tiap hari harus olah raga walaupun ringan

Tiap hari harus istighfar
Walau merasa tak berbuat dosa besar

Tiap hari harus membaca buku
Meskipun buku itu pernah dibaca

Tiap hari harus selalu bersyukur
Walaupun kadang ada keinginan yang belum tercapai


Bapake Tama Januari 2004

YANG PENTING ISI ATAU ORANGNYA


Lima tahun yang lalu saya mengisi pengajian di sebuah kampung. Saat itu menjelang pemilu seperti sekarang ini. Tiba saat tanya jawab ada pendengar yang bertanya tentang kriteria memilih calon pemimpin bangsa. Dengan spontan saya jawab agar memilih pemimpin gunakan saja bagaimana Allah memilih para nabi dan rasulnya. Kriteria itu kelak disebut sifat wajib bagi nabi dan rasul, yaitu shidiq, amanah, tabligh dan fatonah. Mengapa kriteria itu bisa dipakai? Alasan saya karena Allah memakai kriteria itu untuk memilih yang terbaik. Oleh karena itu nabi Muhammad dijuluki al Musthafa (yang terpilih).

Selanjutnya, ketika saya mengenal blog di internet, masalah ini saya tulis di blog ini (bapaketama.blogspot.com) dengan judul "SIFAT WAJIB BAGI CALON WAKIL RAKYAT". Selengkapnya tulisan yang saya tulis pada hari Kamis 1 Januari 2008 itu saya sisipkan disini kembali agar pembaca lebih mudah membacanya :

Dalam mata pelajaran agama Islam di SD maupun SMP terdapat adanya sifat wajib bagi nabi/ rasul. Sifat wajib itu adalah sifat yang senantiasa ada dan terus melekat pada diri pribadi setiap nabi maupun rasul. Sifat tersebut merupakan keniscayaan yang menjadi prasyarat utama bagi kemunculan seorang nabi/ rasul.

Rasanya mustahil bila seorang nabi/ rasul tidak memiliki sifat itu.
Adapun sifat itu antara lain :
1. Sidiq (Jujur ilmiah)
2. Amanah (Dapat dipercaya/ mempunyai integritas dan kredibilitas)
3. Tabligh (Komunikatif)
4. Fathonah (Cerdas/ cendikiawan)
5. Syaja'ah (Berani)6. Adil

Pada saat sekarang ini, ketika kita dihadapkan pilihan pada Pemilu untuk calon DPR dan DPRD maka kiranya patokan sifat ini rasanya relevan, bila kita pakai untuk memilih calon wakil rakyat tersebut. Nha...kalau mereka tak memiliki sifat tersebut....ya nggak usah milih... He...he...hee..!!!

Seperti itulah tulisan saya tentang wakil rakyat di blog ini. Pembaca bisa mencarinya pada halaman sebelumnya.

Mengapa ini saya angkat kembali di blog ini? Karena pagi tadi (Rabu, 18 maret 2009) sehabis mengantarkan anak saya Tama, saya membaca head line di harian Republika mengangkat topik tersebut yang keluar dari mulut Wapres Jusuf Kalla (JK). Untuk lebih lengkapnya saya kutipkan berita tersebut sebagai berikut :

'Pilih Pemimpin Seperti Nabi'
Sehari setelah partai politik peserta pemilu mendeklarasikan kampanye damai, tokoh-tokoh partai mulai berkampanye di sejumlah daerah. Beragam isu yang mereka angkat dalam kampanye dan beragam bentuk kampanye yang mereka lakoni.Ketua Umum Partai Golkar, Jusuf Kalla (JK), misalnya, berkampanye di Sumatra Utara. Tapi, dia belum melakukan kampanye rapat umum. Dia memilih menyambangi Pesantren Baabussalam di Langkat, temu kader di Medan, serta menghadiri Maulid Nabi di Binjai.Pada peringatan Maulid, JK berpesan kepada masyarakat agar berhati-hati memilih pemimpin. Dia menyarankan masyarakat memilih pemimpin yang memenuhi empat kriteria umum kepemimpinan Nabi Muhammad SAW, yaitu amanah, fathanah, tabligh, dan shiddiq. Kriteria itu, kata JK, diperlukan karena para pemimpin yang dipilih haruslah dapat dipercaya, dapat mengemban tugasnya dengan baik sesuai aspirasi rakyat, dan tentu saja cerdas. ''Pilih pemimpin seperti itu, agar rakyat sejahtera dan maju,'' kata JK.


Tulisan saya dan ceramah JK, secara tinjauan substansi sama. Tetapi kata istri saya ada dua hal yang membedakan .
1. Nasib saya (Bapake Tama) berbeda jauh dengan JK
2. Tulisan saya tak ada satu koran pun yang membuat head line besar-besar, walaupun muncul lebih dulu. (Harap maklum, lha wong bukan siapa-siapa).

Mendengar ucapan itu, saya pun tersenyum dan teringat ucapan sahabat Ali bin Abu Thalib r.a. "Perhatikanlah apa yang menjadi isi (materi) pembicaraan. Dan jangan memperhatikan siapa yang menyampaikannya".

Namun seiring usia bertambah, saya meyakini kalau ucapan itu hanya cocok untuk mencari kebenaran dalam arti luas. Untuk masalah politik seperti akhir-akhir ini, saya justru ingin membalik logika ucapan sang Khalifah ke IV itu dengan :
"Nggak penting tentang apa isi omongan (pembicaraan), justru yang penting orangnya".

Dan "rumusan" ini pun ternyata ada benarnya. Karena menurut al Qur'an, "Innaha kalimatun huwa qailuha (sesungguhnya kata itu sangat bergantung pada pembicaranya)".

Semoga bermanfaat.

Minggu, 15 Maret 2009

OMONG KOSONG


Mungkin hampir setiap hati bangsaku
Sudah membatu
Setiap mulut yang bisa bicara
Hanya saling bicara
Setiap mata yang mampu melihat
Telah menjadi buta
Itulah laknat untuk negriku
Yang pongah
Tak membutuhkan "sinar terang"

Apalagi yang harus diratapi
Apalagi yang harus ditangisi
Itulah pilihan bangsaku
Akh…sungguh malang
Mengapa negri surga ini
Harus menjadi api
Akh…mengapa
Kapal besar ini
Memilih meneggelamkan diri

Setiap hari
Seperti membikin istana pasir
Di tepi pantai yang gemuruh
Bangsaku membangun negri
Hingga suatu hari
Ombak besar itu datang
Memusnahkan sebuah mimpi
Gemah ripah loh jinawi

Aku baru sadar
Setelah istana pasir itu rata kembali
Ternyata…
Janji-janji mereka itu omong kosong

vvv

Disusun dengan kegelisahan oleh Bapake Tama satu tahun sebelum gelombang tsunami meluluhlantakkan Aceh

Minggu, 01 Maret 2009

KELAK KAMI PANGGIL ZABANIYAH

Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian)
niscaya Kami tarik ubun-ubunnya,
(yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka.
maka biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya),
kelak Kami akan memanggil malaikat Zabaniyah
(Terjemahan dari Al Qur'an Digital surat Al 'Alaq 15-18)

Zabaniyah adalah sebuah istilah yang dapat kita temukan dalam surat al-'Alaq. Beberapa penjelasan dari terjemahan dan tafsir yang ada tak pernah memuaskan dahaga keingintahuan saya. Malah, kadang-kadang penjelasan dalam beberapa terjemahan itu justru membingungkan. Akibatnya, dengan terpaksa, saya harus mempercayainya walaupun tanpa sebuah informasi yang memadai.

Zabaniyah dikatakan sebutan untuk malaikat tertentu yang tugasnya sangat berbeda dengan sepuluh malaikat lain yang lebih populer. Ketika gerakan dakwah Rasulullah SAW diganggu, apalagi dihambat dan dilecehkan, maka kelak Zabaniyah akan didatangkan. Dari ayat itu tampak bahwa Zabaniyah bukan untuk membawa rahmat melainkan justru bencana. Bahkan sangat mengerikan.

Dalam ayat tentang kehadiran malaikat penghancur itu seolah Allah mau menjelaskan, "Hukum sebab akibat itu tidak hanya terjadi di alam fisika saja". Hutan gundul akan mengakibatkan banjir, sudah menjadi hukum alam yang mesti berlaku, kalau kita semena-mena terhadap hutan. Dan kaidah ini sangat diketahui oleh mereka yang belajar ilmu pengetahuan alam (IPA). Oleh karena memang hukum tersebut sangat mudah dilihat dan dibuktikan.

Namun dalam masalah dakwah, hukum sebab akibat seperti dalam ilmu fisika itu nyaris tak pernah disadari apalagi diketahui. Dari sebab itu, melalui ayat ini manusia seolah diberi tahu sebuah kaidah : "Barang siapa mengganggu gerak lajunya dakwah yang disampaikan Rasulullah SAW, walaupun mereka mendatangkan para penolongnya - kelak akan dihancurkan oleh kekuatan yang disebut Zabaniyah."

Prinsip efek timbal balik ini mirip sebuah kaidah yang berlaku dalam kehidupan kita :

Barang siapa menabur angin akan menuai badai.
Barang siapa menggali lobang maka dia akan terperosok ke dalamnya .
Barang siapa menanam tentulah mengetam.
Sopo gawe nganggo (siapa berbuat pastilah menuai akibatnya).
Barang siapa menepuk air di dulang terpercik muka sendiri.

Dari surat al 'Alaq itu kita tahu, Zabaniyah akan selalu hadir untuk menghancurkan musuh-musuh yang menentang lajunya gerak dakwah ajaran Allah. Jadi sebenarnya, Zabaniyah itu selalu datang dan datang. Hanya saja mungkin kita tak pernah sadar dan tak tahu bahwa dia telah datang dengan mengujud melalui berbagai bencana. Hal ini mirip seperti tak pernah sadarnya kita dengan kehadiran malaikat maut Izrail. Paling-paling yang bisa kita ketahui hanyalah fenomena kematian, misalnya berhentinya detak jantung maupun berhentinya nafas. Dan seperti biasanya, malaikat maut itupun lenggang kangkung datang dan pergi begitu saja. Begitulah cara kerja malaikat.

Pertanyaannya, "Apakah gerakan dakwah yang dilakukan kita (umat Islam) sudah dibantu Zabaniyah ?". Jawabannya mungkin dengan pertanyaan juga, "Apakah sebagai umat Islam kita sudah dilecehkan sehingga perlu dibantu Zabaniyah?". Kalau itu masih sulit juga kita menjawab, ada pertanyaan satu lagi, "Sudahkah kita menjadi umat Islam dengan kualifikasi seperti gambaran al Qur'an, sehingga pantas dibantu dengan dikirim oleh Allah Zabaniyah?".

Sabtu, 28 Februari 2009

GURUH DAN KILAT


Guruh, memiliki suara sangat menggelegar. Gelegarnya mampu menggetarkan kaca-kaca jendela. Kadang, karena sangat kerasnya suara itu, mampu membuat kecut hati kita.

Kilat yang datang sebelum guruh, sangatlah terang dan menyilaukan mata. Kalau kebetulan kita menatapnya, untuk sesaat mata kita seolah buta. Kilat, seperti namanya, sangatlah cepat. Hanya sekejap mata, perjalanannya sangat jauh.

Dalam atmosphere, guruh dan kilat bermanfaat pada proses terjadinya ozon. Ozon, seperti perkiraan para ilmuwan, sangat bermanfaat untuk mengurangi radiasi sinar matahari yang berbahaya bagi kehidupan. Lapisan ozon di atmosphere, menjadi semacam payung raksasa yang melindungi kita. Allahu akbar.

Dalam mitologi Yunani, guruh dan kilat adalah senjata utama dewa Zeus. Apabila Dewa yang menjadi bapaknya Hercules itu marah, dia akan menghajar dengan lidah api dari angkasa itu. Namun, lain lagi dalam legenda masyarakat Jawa, guruh dan kilat justru pernah dikalahkan dan ditangkap oleh orang sakti Ki Ageng Selo.

Menurut kepercayaan tersebut, ujud guruh dan kilat setelah tertangkap berupa buaya yang mirip naga. Namun, setelah merasa takluk dan mau tunduk pada Ki Ageng sela, makhluk listrik itupun di lepas. Oleh karena itu, apabila kehujanan dan tiba-tiba mendengar guruh dan kilat, orang yang masih percaya mitos itu akan berteriak, "Gandriiiikk.., aku putune (cucunya) Ki Ageng Selo !!!" Konon, dengan teriakan itu, kilat tidak jadi menyambar karena takut.

Di dunia kartun, lahir hero yang memiliki kemampuan lari sangat cepat bagaikan kilat, serta ditangannya keluar petir yang dahsyat. Pahlawan super itu bernama Flash untuk Ameika Serikat, dan Gundala Putera Petir untuk Indonesia.

Di dunia sains, "penakluk" kilat (petir) adalah Benyamin Franklin. Melalui serangkaian uji cobanya dengan bermain layang-layang di waktu hujan, peneliti ini tahu tentang sifat-sifat listrik alam itu. Alhasil, berkat hasil uji cobanya, diketemukanlah penangkal petir. Hampir seluruh gedung-gedung tinggi di jaman sekarang, selalu ada produk temuannya itu.

Guruh dan kilat adalah makhluk ciptaan Allah, yang dilukiskan dalam al Qur'an, senantiasa bertasbih kepada-Nya. Ra'd dan barq untuk sebutan guruh dan kilat, merupakan salah satu "pena" Allah yang dipakai sebagai media pembelajaran manusia. Kalau hidup itu ibarat bertani, guruh dan kilat adalah "tanda" sebentar lagi hari akan hujan. Maka, bagi yang "sudah bercocok tanam", kemudian mendengar guruh dan melihat kilat, akan disikapinya sebagai kabar gembira (basyiran). Air sebentar lagi akan turun dari langit menyiram bumi. Dan hampir bisa dipastikan akan terjadi tahap berikutnya, "menghidupkan bumi setelah matinya (yuhyi al ardha ba'da mautiha)".

Namun bagi yang bukan petani, guruh dan kilat, sering disikapi sebagai sesuatu yang "mengancam". Kalau kita sedang bepergian kemudian guruh dan kilat itu diteruskan hujan, biasanya kita mengatakan "cuaca sedang tidak bersahabat'. Bahkan, kalau kita naik pesawat terbang, maka kita mengatakan "cuaca buruk". Guruh, kilat, dan juga hujan dimaknai sebagai "warning (nadziran)" :bahwa sebentar lagi akan ada cuaca yang berbeda.

Guruh memiliki yang suara paling lantang, sementara kilat memiliki sinar sangat menyilaukan di alam. Hanya orang-orang tuli atau menulikan diri sajalah yang tak mendengar suara gelegar guruh. Begitu juga hanya orang-orang buta dan membutakan diri sajalah yang tak melihat kilauan cahaya kilat. Hampir seperti itulah "pesan" al Qur'an bagaikan ra'd (guruh) dan barq (kilat). Dia adalah kabar gembira (basyiran) dan sekaligus pemberi peringatan (nadziran). Tinggal kita saja apakah mau menyikapinya dalam hidup ini seperti petanikah ataukah yang lain?.

Yang pasti Rasulullah SAW berkata, "Dunia itu ladang buat akhirat". Maka, pilihannya tentu sudah jelas, kalau ingin panen jadilah "petani". Bukankah dunia ini "ladang ?".

Rabu, 25 Februari 2009

BAHASA ABU BAKAR



Bahasa Abu Bakar adalah kejujuran yang benar-benar smart.

Kisah ini saya temukan ada pada ilmu Badie' Tauriyah yang menjadi salah satu pembahasan dalam ilmu Balaghah.

Konon suatu hari Abubakar menemani Nabi Muhammad SAW untuk berhijrah. Dalam perjalanan yang sangat mencekam itu tiba-tiba beliau berdua dicegat oleh seorang pemuda yang menaiki kuda sambil membawa pedang terhunus. Tiba-tiba dengan bersuara lantang pemuda itu bertanya,

"Wahai Abu Bakar, siapa orang disampingmu ini? Saya mau mencari Muhammad yang mengaku Nabi dan memecah belah bangsa Qurays akan saya bunuh".

Abu Bakar sempat terdiam. Bapaknya Aisyah ini mulai berpikir keras tentang bagaimana dapat menyelamatkan sahabatnya (Nabi Muhammad) yang berada disampingnya itu tetapi tetap dalam bingkai kejujuran.

Kemudian dengan tanpa ragu-ragu sahabat Nabi yang terkenal As Shiddiq ini menjawab,
"Orang yang disampingku ini adalah Penunjuk Jalanku!".

Dengan kecewa mendengar penegasan Abu Bakar maka pemuda itu sambil pergi berkata,
"Ya sudah..., kalau dia sekedar penunjuk jalanmu. Yang sedang saya cari itu Muhammad si pembuat onar itu !"

Dari peristiwa ini ada hal yang menarik. Sahabat Nabi yang kelak menjadi khalifah yang pertama itu tetap berhasil mempertahankan integritas kejujurannya, senyampang dengan itu beliau berhasil menyelamatkan manusia yang paling dihormatinya (nabi Muhammad).

Bagi Abu Bakar makna kata kata "Penunjuk Jalanku" adalah penunjuk jalan kehidupan dunia dan akhirat. Itulah sebutan lain untuk Nabi Muhammad yang sangat berarti bagi kehidupan Abu Bakar. Sedangkan bagi pemuda yang mau membunuh itu, "penunjuk Jalanku" dimaknai sekadar guide pasang pasir agar seseorang tidak tersesat dalam perjalanan.

Abu Bakar memahaminya dengan makna yang jauh (ba'id), dan itulah memang yang sejatinya yang dimaksudkan. Sedangkan sang Pemuda yang tergesa-gesa mau membunuh Nabi Muhammad itu memahaminya dengan makna dekat (qarib). Akibatnya maka kelirulah dia.

Barangkali seperti itulah bahasa Al Qur'an yang sudah menjadi bahasa Abu Bakar. Ada unsur kecerdasan sekaligus kejujuran disana. Dan tentu saja untuk mendalaminya bukan sekedar pandai ilmu alat (ilmu bahasa dan lain-lainnya). Modal pandai ilmu alat saja tak cukup. Bukankah waktu itu Abu Jahal maupun pendukungnya sangat pandai bersyair dan menguasai bahasa Arab?. Toh mereka akhirnya tersesat juga.

Saya kira layak direnungkan kembali penegasan Allah dalam al Qur'an, "Dan tak akan menyentuhnya (pesan terdalam al Qur'an) kecuali orang-orang yang bersih (dari berbagai motivasi jahat)".

Wallahu a'lam bi al shawab.

REJEKI CICAK

Seorang Ustadz yang dulu sering tampil di TV pernah berkata,
"Bapak dan Ibu tak usah khawatir, rejeki itu sudah ditentukan oleh Allah sehingga ada bagian dan ukurannya sendiri-sendiri. Tinggallah bisa tidak kita menjemput rejeki itu dengan ikhtiar".
"Lihatlah cicak yang hidupnya menempel pada dinding rumah sedangkan nyamuk makanannya bersayap dan bisa terbang. Toh cicak tak pernah protes, Ya Tuhan kenapa engkau mendisain calon makananku bisa terbang sedangkan aku tidak?".

Selanjutnya sang Ustadz menyimpulkan,
"Dari pelajaran tersebut maka kita bisa kita petik pelajaran, bahwa rejeki kita itu sudah ada yang mengatur. Sehingga kita tak perlu protes kepada Tuhan. Semua makhluk itu sudah disiapkan rejekinya oleh Allah."

Itulah pandangan sang Ustadz yang selalu dicoba ditanamkan kepada seluruh jamaah yang hadir maupun menonton televisi.

Memang benar, Allah telah mengatur rejeki masing-masing makhluk. Nyamuk dimakan cicak sehingga nyamuk adalah rejeki cicak. Sedangkan makanan nyamuk adalah darah, maka darah adalah rejeki nyamuk.

Yang dilupakan sang Ustadz itu bahwa analogi kehidupan cicak dibandingkan dengan manusia dalam mengais rejeki adalah dua hal yang berbeda. Cicak jelas bukan manusia. Kemampuan cicak jauh dibawah kemampuan manusia. Kalau cicak mencari makan sebatas hanya sesuai kebutuhannya. Sedangkan manusia bisa serakah, monopoli, kapitalistik bahkan menjajah dan memperbudak manusia lain. Oleh karena itu penyikapan mencari rejeki seperti cicak adalah kesalahan fatal.

Mungkin pandangan analogi cicak tersebut muncul dari pemahaman yang salah tentang tawakkal (berserah diri kepada Allah). Tawakkal bukanlah seperti cicak dalam mencari makanannya. Tawakkal adalah membiarkan diri kita diatur oleh Allah (ajaran Allah) sehingga hal itu berarti kita menyerahkan seluruh kehidupan kita dikelola sesuai ajaran Allah. Dan itupun tetap harus dilukukan usaha yang maksimal kemudian soal hasil kita serahkan kepastian Allah.

Allah menugaskan Nabi Musa a.s. agar membebaskan Bani Israil dari perbudakan Fir'aun. Manusia tidak dibolehkan membiarkan ketidak adilan, penjajahan maupun pendzoliman manusia lain. Bersikap hanya seperti cicak tak mungkin dilakukan dalam kehidupan manusia. Manusia mampu memiskinkan manusia lain. Makhluk cerdas ini juga mampu membuat manusia lain tak punya peluang dan kesempatan mengais rejeki. Oleh karena itu maka manusia memerlukan pengaturan. Dan itulah fungsi ajaran Allah mengatur kehidupan manusia agar tercapai keadilan.

Yang pasti manusia memerlukan iman, hijrah dan jihad termasuk dalam hal pencarian rejeki Allah, sedangkan cicak tidak.