Jumat, 20 November 2009

KIAMAT 2012

Suatu ketika Ibunya Tama, bertanya ke saya,
"Yah..bagaimana kalau kiamat jadi benar-benar datang?"
"Ya..alhamdulillah kalau jadi datang, saya itu sudah lama nunggunya..!" jawab saya.
Mendengar jawaban saya yang dianggap tidak serius itu maka Ibunya Tama bertanya lagi dengan sengit,
"Lho...Ayah ini gimana to, lha wong kiamat datang kok malah senang" ujarnya dengan sedikit marah.

Saya pun jadi teringat, mungkin Ibunya Tama berpandangan begitu karena menganggap kiamat itu hancur-hancuran. Maklum saja, tiga hari sebelum saya menulis blog ini kami sekeluarga nonton bareng film 2012 yang sedang heboh itu. Akibatnya, pandangan kita umumnya akan mengatakan kiamat itu ya... hancur lebur.

Saya punya pandangan lain. Dilihat dari arti kata kiamat itu berasal dari kata kerja qaama-yaquumu-qiyaamatan yang artinya tegak atau bangun. Sehingga agak aneh kalau pengertiannya kemudian menjadi kehancuran. Pemahaman ini hanya bisa dimengerti bila dalam perubahan suatu peradaban selalu ada yang jatuh dan bangun. Hal ini mirip silih bergantinya malam dan siang. Ketika malam hari "tegak" maka "runtuhlah" siang hari. Begitu juga sebaliknya. Bila Siang hari "hadir" maka "pergilah" malam hari.

Dilihat dari segi sejarah pada masa Rasulullah SAW, ketika itu dakwah beliau menang dan mendapat sambutan luar biasa. Maka bisa dikatakan saat itulah tegak (kiamat) nya peradaban Madinatul Munawwarah, dan bersamaan dengan itu hancurlah peradaban Jahiliyah kafir Qurays. Kondisi ini ternyata sama dengan penjelasan Allah, "Jaa al haqqa wa zahaqa albathil, inna al bathila kaana zahuuqa" (Kebenaran telah datang dan kebatilan telah pergi, sungguh kebatilan itu pasti lenyap).

Ada sahabat saya mas Sigit Ahmadi ternyata punya pandangan menarik. Menurut beliau, kiamat itu sudah terjadi berkali-kali. Sebut saja misalnya peristiwa yang menimpa kaum Nabi Nuh, Kaum 'Ad dan Tsamud dan sebagainya. Disamping ada kehancuran selalu ada saja yang diselamatkan. Apakah ini yang menurut bangsa Maya disebut zaman "pemurnian manusia".
Tetapi yang pasti peristiwa jatuh dan bangun itu adalah sunnatullah yang pasti berlaku. Itu sudah seperti pergiliran siang dan malam, Nuur (cahaya) dan Dzulumaat (kegelapan). Itulah mungkin pengertian beriman kepada Yaum al qiyamah yaitu berpandangan dan bersikap hidup dengan ajaran Allah tentang jatuh bangunnya suatu peradaban.

Dalam dialektika yang seperti itulah manusia diminta untuk memilih apakah akan memilih shirat al mustaqim (jalan lurus) ataukah shirat al maghdhub (jalan yang dimurkai Allah) maupun shirat ad dhallin (jalan yang sesat).

Selanjutnya, seorang teman saya bertanya, "Lantas bagaimana tentang angka 2012?"
Saya jawab dengan ringan, "Kalau meramal angka biasanya meleset, tetapi kalau betul saya kira tidak seperti di film-film itu". "Tetapi untuk senam otak ya lumayanlah, yang jelas banyak orang dapat meraup keuntungan akibat informasi ini".

Dan perlu juga harus kita sadari, hancur atau bahkan hilangnya bumi ini di alam semesta ini bukanlah sebuah kerugian bagi alam. Bumi ini dibanding alam semesta adalah ibarat sebutir pasir di pantai yang sangat luas. Apakah kalau hilang sebutir pasir maka akan ada kegoncangan yang signifikan di pantai itu ?

Ah...mengapa kita tak sadar-sadar juga ???
Ya Allah maafkanlah kami ya Allah.....

Senin, 02 November 2009

CICAK BUAYA DAN NYAMUK


Cicak-cicak di dinding
diam-diam merayap
datang seekor nyamuk
hap lha kok buaya


Kabareskrim Polri Susno Duaji melihat keberanian Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memata-matai kepolisian adalah bagaikan tindakan cicak melawan buaya. Hasilnya pasti cicak tak mungkin mengalahkan buaya. Alhamdulillah, Kapolri Bambang Hendarso Danuri sudah minta maaf tentang soal penggunaan istilah ini. Tetapi karena sudah terlanjur popular, agaknya permintaan maaf saja tak cukup.

Cicak melawan buaya telah melahirkan ilmu pasti. Yaitu pasti kalah. Tetapi nanti dulu. Kalau cicaknya dibantu rakyat manusia, buayanya bisa berabe. Buaya boleh saja merasa kuat dengan postur tubuhnya yang besar dan sangar. Tetapi di negara hukum, apalagi bila rakyatnya kritis, logika kekuatan saja tak cukup membuat cicak takut. Maka hati-hatilah kamu wahai buaya.

Cicak walaupun kelihatan lemah ternyata punya kemampuan mengibuli musuh-musuhnya. Dalam keadaan terpaksa binatang yang pandai merayap di dinding itu sering memotong ekornya sendiri demi keselamatan dirinya. Perbuatan ini di biologi di sebut mimikri (?). Lain lagi dengan buaya. Di dunia sastra, binatang ini juga dikenal pandai menipu. Maka muncullah istilah "air mata buaya", yaitu sejenis air mata, tetapi bukan ungkapan kesedihan melainkan hanya kepura-puraan.

Dalam dongeng kancil, buaya dikisahkan pandai menipu dengan cara diam menyaru bagaikan batang kayu hanyut. Reputasi buaya yang lebih besar dan tak mungkin kalah dalam hal tipu menipu muncul juga dalam istilah lawakan: “Buaya lu kadalin, ya..mana bisa…!!?”

Cicak makan nyamuk begitulah adanya. Itulah takdir yang sudah diberikan kepada binatang melata ini. Sehingga saya sering mengatakan kepada Tama anak saya, “Cicak begitu juga kodok adalah obat nyamuk alami yang bisa kesana kemari membantu kita memberantas nyamuk”. Berbicara tentang nyamuk ada hal yang menarik. Bila ditelisik dengan Ilmu Balaghah (Sastra al Qur’an) maka wajhu syabhin-nya sebagaai berikut :
1.Penghisap darah
2.Penyebar penyakit
3.Pengganggu
4.Lahir dari comberan (walaupun ada juga di air yang jernih)

Ciri-ciri ini hampir menyerupai ciri-ciri koruptor
1.Penghisap uang rakyat
2.Penyebar penyakit masalah-masalah sosial
3.Pengganggu ketertiban bermasyarakat

Saya jadi teringat gambaran nyamuk dalam al Qur’an surat al Baqarah :26.
“Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?." Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik”.

Maka lagu cicak agar sesuai dengan “habitat” aslinya

Cicak-cicak di dinding
diam-diam merayap
datang seekor nyamuk
hap lalu ditangkap.


Tetapi tiba-tiba Ibunya Tama yang sering mengikuti berita cicak versus buaya itu bertanya ke saya, “Bagaimana kalau nyamuknya itu ternyata buaya yang sedang over acting ?”
Maka saya pun menjawab dengan enteng, “Ya…hap lalu justru cicak ditangkap..!!!”