Jumat, 18 Desember 2009

SEMANGAT HIJRAH

Barangkali Rasulullah sedang mengajarkan teknik aikido, teknik beladiri dengan memanfaatkan tenaga lawan. Atau mungkin sedang mengajarkan adversity quotient, suatu model kecerdasan yang dipakai tatkala menghadapi kesulitan. Tetapi yang pasti, kanjeng nabi Muhamammad itu sedang mempraktekkan isi prinsip "inna ma'al 'u'sri yusra, fa inna ma'al 'usri yusra".

Secara pandangan orang kafir Qurays,nabi keturunan dari silsilah Ismail ini seolah terusir dari negrinya. Padahal, hijrah adalah langkah yang sejak awal sudah direncanakan. Konsep trilogi: iman (pandangan dan sikap hidup), hijrah dan jihad adalah sesuatu yang built in dalam dakwah. Saat hijrah hanyalah masalah pemilihan momentum yang tepat. Sebab Mekah sudah diketahui bukanlah lahan subur untuk tumbuh kembangnya dakwah. Ibarat menyemai benih padi di bedengan, maka ketika dianggap cukup, tanaman padi-padi yang mulai berdaun itu harus dipindahkan (hijrah) ke tempat yang lebih luas dan diatur jaraknya agar "keadilan" terdistribusi dengan baik.

Peristiwa hijrah bukanlah adegan kekalahan dakwah di Mekah, melainkan justru dengan "metode pembiaran" dengan cara hijrah (ditinggalkan) itulah konstruksi masyarakat jahiliyah Mekah akan ambruk dengan sendirinya. Dengan hijrah "kebaikan-kebaikan" yang ada dimasyarakat itu turut pergi. Karena mereka yang turut hijrah adalah mereka-mereka yang terbaik di masyarakat itu. Akibatnya, masyarakat itu menjadi tanpa harapan akan ada perbaikan. Hal ini persis seperti ratapan ibu nabi Isa bernama Maryam yang menyatakan "Kehidupan sudah bagaikan pohon kurma yang sudah tak berpucuk lagi".

Itulah Nabi kita Muhammad al Musthafa, yang mampu merubah "tantangan" menjadi "peluang". Mengganti "semangat pengusiran" menjadi " semangat kelahiran babak baru", sehingga telah lahir sebuah kota yang becahaya gilang gemilang (Madinatul Munawwarah).Peristiwa ini analog dengan proses kelahiran jabang bayi. Kontraksi perut sang Ibu betapapun sakitnya, tetapi justru itulah rahasia kekuatan yang akan mendorong kekuatan bayi untuk lahir. Itulah berkah tersembunyi yang selalu hadir bersama kesulitan ataupun kesakitan.

Dari fakta-fakta sejarah hijrah, rasanya tak mungkin kalau nabi panutan umat Islam sedunia ini tak mengerti analisa SWOT seperti yang dikuasai ahli-ahli manajemen strategi. Nabi Muhammad adalah nabi yang selain sidik (jujur ilmiah), amanah (kredibel), tabligh (komunikator yang baik) juga fathonah (memiliki kecerdasan).Kekuatan ini makin berkilau tatkala berpadu dengan bimbingan Allah berupa wahyu Al Qur'an. Nah, kalau sudah begini Abu Lahab, Abu Sofyan atau yang lain.....tak akan mampu mengalahkannya.

Benarlah kata Nabi Musa, benarlah nasehat Nabi Muhammad untuk umatnya, "La takhof wa la takhzan innallaha ma'ana (jangan gentar, jangan takut. Sungguh Allah dengan ilmu-Nya bersama kita". Selamat tahun baru Hijriyah 1 Muharram 1431 H. Hakuuna matata....innallaha ma'ana.

Kamis, 10 Desember 2009

BANK HUMAZAH LUMAZAH


Sayang, tim penerjemah al Qur'an dari Depag RI tatkala menerjemahkan istilah humazah lumazah dalam surat al Humazah adalah pengumpat lagi pencela. Walaupun terjemah ini dikaitkan dengan sejumlah kisah dimasa turunnya al Qur'an (asbabun nuzul), namun rasanya tak nyambung. Padahal kalau diamati ayat berikutnya yang berbunyi: "yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung" merupakan penjelasan yang amat clear.

Humazah lumazah adalah istilah yang digunakan Allah untuk menyebut orang ataupun lembaga yang kerjanya melakukan penghimpunan harta (baca: uang) sekaligus melakukan berbagai kalkulasi agar harta atau uang itu dapat menciptakan keuntungan. Inilah yang dalam dunia bisnis dikenal istilah uang menciptakan uang.

Bank adalah penjual jasa. Dengan uang ataupun modal yang dimiliki, bank menawarkan kredit kepada nasabahnya. Dari hasil selisih margin antara meminjamkan uang dan menagih kembali uangnya maka lembaga pengumpul harta/ uang ini mendapat untung. Dan inilah yang oleh masyarakat sekarang ini sering dianggap sebagai solusi keuangan. Dengan logika seperti itu lembaga ini seolah menawarkan "mengatasi masalah tanpa masalah" seperti semboyan lembaga Pegadaian.

Adalah Robert T Kiyosaki, dengan sejumlah tulisannya yang terkenal di beberapa bukunya selalu menunjukkan bahwa sukses adalah apabila kita telah mencapai kebebasan finansial (financial freedom). Kita bukan lagi bekerja agar memperoleh uang akan tetapi uanglah yang justru bekerja untuk kita. Kalau berhasil meraih kondisi tersebut maka kita dalam tahap aman secara finansial sehingga tak mungkin miskin. Itulah manusia-manusia yang berada pada kuadran empat.

Berbeda dengan Kiyosaki, al Qur'an dalam surat al Humazah justru menganggap bahwa biang keladi ketimpangan sosial ekonomi itu akibat munculnya lembaga keuangan yang disebut humazah lumazah itu. Kebebasan finansial yang sering dianggap akan menciptakan kelanggengan kekayaan sebaliknya akan menjadi pemicu munculnya fenomena huthomah. Al Qur'an menegaskan,
"dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya";
"sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah".

Apakah gerangan huthamah?
Lagi-lagi terjemahan versi Depag RI ini terasa tak nyambung dengan permasalahan lembaga keuangan. Dalam terjemah ini huthomah itu suatu keadaan ketika manusia dibakar diatas api neraka yang panasnya sampai kehati. Padahal mestinya huthomah itu adalah rangkaian logis dari adanya konflik yang ditimbulkan adanya kesenjangan sosial ekonomi akibat maraknya humazah lumazah. Dengan kata lain, huthomah yang disebut sebagai :"(yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan" itu asalnya justru dari hati-hati manusia yang keras membatu (kal hijarah). Seperti halnya batu, hati yang sama-sama keras apabila saling berbenturan akan terpercik api. Dan itulah neraka Allah (naarullah) untuk mereka pendukung humazah lumazah.

Kehidupan yang sudah berkubang dengan humazah lumazah seperti ini akan menciptakan jebakan hutang (debt trap) yang akan "memanggang" masyarakat dalam persoalannya yang terasa semakin panjang. Maka wajar saja Allah dalam penutupan ayat ini menegaskan akhir model hidup seperti ini adalah, "(sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang". Jadi escaping the debt trap adalah sesuatu yang sulit.

Kisruh bank Century maupun bank-bank yang pernah ada bahkan juga bank-bank internasional di negara besar adalah bukti bahwa sistim humazah lumazah pasti merupakan: "mengatasi masalah dengan menimbulkan masalah".

Wallahu 'alam bi al shawab.

Kamis, 03 Desember 2009

21-12: OTHAK ATHIK GATHUK (LAGI)


Sebenarnya saya nggak begitu suka OAG (othak athik gathuk), tetapi kegiatan ini terus saja memancing rasa penasaran saya.

Adalah mas Dwiarto Setiabudi, ketika selesai "pengajian" di rumahnya dengan nonton bersama film Kiamat 2012 dilanjutkan dengan diskusi ala "saur manuk" seperti biasanya, tiba-tiba beliau nyeletuk:
"Kata bangsa Maya, kiamat itu kan 21 Desember 2012. Nah, sekarang mbok ya coba dibuka al Qur'an surat 21 dan ayatnya 12 (bulan Desember), kira-kira cocok apa enggak ya?"
Kami pun lantas pada tertawa karena hoby OAG-nya ini kumat lagi.

Walaupun dengan rasa tak percaya tetapi weladalah, surat 21 (al Anbiya') dan ayat 12 itu mengisyaratkan terjadinya bencana:
"Maka tatkala mereka merasakan azab Kami, tiba-tiba mereka melarikan diri dari negerinya."

Ayat ini seolah mengingatkan adegan pada film tersebut tentang orang-orang yang pada berlarian mencoba melarikan diri. Bahkan tokoh utama film itu pontang-panting berusaha lari dari negrinya yang hancur lebur menuju tempat lain yang lebih aman.

Lebih dahsyat lagi pada surat al Anbiya' tersebut ayat 11-nya berkata,
"Dan berapa banyaknya (penduduk) negeri yang zalim yang telah Kami binasakan, dan Kami adakan sesudah mereka itu kaum yang lain (sebagai penggantinya). "

Dari ayat itu tampak bahwa "kiamat" versi al Qur'an tersebut masih akan ada kaum yang diselamatkan. Bukankah dalam film itu juga ada manusia yang diselamatkan mirip kisah Bahtera Nuh (Noah Ark). Kok bisa pas ya ?! Cuma masalahnya, saya tak begitu percaya kalau yang diselamatkan adalah golongan manusia seperti itu.

Menurut para pakar dari LAPAN (Lembaga Penelitian Antariksa Nasional), bencana -walaupun hanya sebatas kiamat teknologi komunikasi akibat badai matahari (solar flare), akan terjadi pada kisaran 2011-2012. Rupanya angka 11 dan 12 ini agaknya angka-angka gawat.Yang cukup menarik adalah betapa negara-negara maju itu-walau cuma fiksi, kelihatannya telah siap dengan akan munculnya bencana yang selalu unpredictable.

Nah, kalau kita malah sibuk mencari dalil tentang nonton film itu halal apa haram ya? Menonton film itu dianggap akan dapat merusak rukun iman yang ke lima. Padahal kita tahu, dengan film itu barangkali kita akan menjadi masyarakat yang sadar bencana. Bukankah justru negri kita itulah negri seribu bencana karena terletak dalam ring of fire.

Dan sudah terbukti bahwa setiap bencana datang ke negri kita maka pemerintah kalangkabut. Mungkin republik ini adalah negri tanpa persiapan. Persiapan untuk menghadapi bencana maupun yang lainnya. Kalau memang begitu, sadarkah kita bahwa negri kita itu negri asal-asalan? Sebuah negri yang "Tanpa pedoman dan tanpa ada kitab yang menerangi". Wadoouuuhh !!!