Selasa, 31 Maret 2009

HADIAH MIRAGE 2000 DARI QATAR

Mirage 2000


Dulu, menristek Habibie pernah “disalahkan” karena mengambil hadiah dari Jerman berupa kapal-kapal perang tua. Tetapi, meskipun dicaci maki, diam-diam banyak juga yang mendukung keputusan beliau dan setuju. Sebabnya, Indonesia memang tak punya uang, sedangkan sebagai negara maritim, kapal adalah suatu keniscayaan. Maka jadilah kapal bekas dari Jerman, ditarik ke Indonesia. Akhirnya, kapal-kapal rusak itu bisa disulap (diperbaiki) di PT PAL Surabaya dan menjadi kapal-kapal tangguh yang menjaga kedaulatan Republik ini. Habibie tentu yakin, produk-produk teknologi Jerman tentulah luar biasa, mirip mobil Mercedes Benz yang melegenda.

Baru-baru ini, menurut Rozi Munir, Dubes Indonesia di Qatar, negri kita mau dapat hadiah gratis berupa pesawat terbang Mirage 2000 dari negara kaya minyak itu. Tetapi, melalui Mentri Pertahanan Indonesia Prof. Juwono Sudarsono, kita memilih menolak hadiah tersebut. Alasannya, menurut mantan dosen UI tersebut, Indonesia tak punya aggaran untuk memelihara (ngopeni-Jawa) pesawat berpilot tunggal itu. Dikhawatirkan, bila negara kita menerima hadiah itu, maka perencanaan anggaran pembelajaan Alutsista (Alat utama sistim pertahanan) kita akan berbelok arah. Yang semula anggaran sudah direncanakan untuk membeli pesawat angkut jenis Hercules, menjadi tidak fokus. Padahal, pesawat canggih yang mau dihibahkan tersebut sebanyak satu skuadron (12 pesawat). (Lihat Koran Tempo, 20 Maret 2009).

Ketika berita penolakan hadiah Mirage itu saya ceritakan ke teman-teman pengajian (Forum Thalabul ’Ilmi), komentarnya pating ceblung (macam-macam). Inilah beberapa komentarnya.

”Oalah kasihan engkau Indonesia..., lha wong mau punya pesawat Sukhoi saja pada zaman Ibu Megawati direwangi hutang sana-sini. Lha ini, ada yang mau ngasih hadiah pesawat Mirage 2000 satu skuadron dan masih bagus kok malah ditolak”.

”Emangnya kalau nggak kuat memelihara apa tidak bisa ditaruh di Museum Dirgantara untuk pendidikan, atau untuk mengganti pesawat bobrok yang ada di taman Kiai Langgeng Magelang, yang harga karcis masuk ke pesawat mogok tersebut Rp. 7.000.”

”Kalau saya setuju hadiah itu diterima, selanjutnya pesawat itu untuk mengganti pesawat yang nongkrong di Gembira Loka dan sudah karatan bin bobrok itu”.

”Ya kalau nggak punya duit untuk memelihara, yang penting hadiah itu diterima dulu, soal biaya operasional dipikirkan nanti bersama para anggota dewan terpilih”.

”Wah, saya itu bingung bagaimana pertimbangan para profesor itu. Satu Profesor Habibie dan lainnya Profesor Juwono Sudarsono. Dua-duanya melihat angle yang berbeda, akibatnya keputusan beda-beda. Apa ya ...lebih baik tak usah pakai profesor ?”.

Mendengar itu semua, kita sama-sama tertawa terbahak-bahak karena bingung dan lucu. Mentertawakan diri sendiri dan juga mentertawakan logika-logika para pemimpin kita hingga akhirnya ada yang bertanya:
”Sebenarnya siapa sih yang bodoh itu?”
”Yang bodoh ya kita-kita, lha wong kita tak pernah protes !”

Setelah puas sama-sama tertawa, saya jadi teringat guyonan SBY (Si Butet Yogya) yang bertanya :
”Apa beda pesawat Indonesia dengan Amerika Serikat ?”.
Setelah semua terdiam tak ada yang menjawab, maka Butet si Raja Monolog inipun menjelaskan,
”Kalau pesawat Amerika agar jatuh maka harus di tembak dulu, sedangkan pesawat Indonesia, tidak diapa-apakan sudah jatuh sendiri”.

Itulah ”potret kita” yang kalau menurut almarhum Jendral (purn) Edi Sudrajat: ”Senjata kita itu sebagian besar sudah tua dan usang”. Maka wajar saja, apabila pernah ada berita tentang kapal amfibi kita dalam suatu latihan perang, walaupun tidak tertembak apapun tetapi tenggelam karena bocor.

Akhirnya, walaupun persenjataan kita kuno, tetapi toh kita ”masih gagah” , yakni menolak pemberian Mirage 2000 dari Qatar. Ya...walaupun alasannya nylekutis (sepele): bahwa kita itu ternyata melarat. Nah...!!!!

Rabu, 25 Maret 2009

MAGMA ASPIRASI BUMI


Ketika bumi bergetar dahsyat.

Gunung-gunungpun tremor.

Gempa mengguncang-guncang bumi.

Magma dari perut bumi sontak keluar.

Erupsi membuncah ke permukaan bumi.


Manusia saling bertanya, "Mengapa bumi begini?"

Saat itulah tiba masanya: "Bumi menyampaikan kabar beritanya".

Itulah saat sunnatullah musti dilaksanakan bumi.


Pada saat itu, segala apa yang terpendam di dalam dada manusia,
tampil mewujud menjadi berbagai macam perilaku.


Barangsiapa yang berbuat baik, walaupun seberat partikel terkecil sekalipun, akan tampak hasilnya.

Begitu juga barangsiapa yang berbuat jahat,
walau seberat debu yang sangat kecil,
akhirnya akan kelihatan akibatnya.


(inspirasi dari QS Al Zalzalah)


Bumi ibarat hati manusia. Didalamnya tersimpan magma berupa aspirasi-aspirasi yang terus bergejolak. Sewaktu-waktu aspirasi ini akan "menggetarkan" jagad perpolitikan kita. Bahkan, bila sampai "meledak" tak terkendali, akan membuat setiap insan di republik ini bertanya:"Apa yang sebenarnya telah terjadi?, Mengapa konstelasi perpolitikan kita jadi begini ?"

Itulah saatnya pembuktian, "Siapa yang emas tetaplah emas dan siapa yang loyang tetaplah loyang". Hati-hatilah, karena "magma panas" menerjang kemana-mana.
Sementara itu, "gempa-gempa susulan" terus akan terjadi.

Tetaplah ingat firman Allah:
"Takutilah oleh kalian kehidupan yang bagaikan api yang bergejolak,
yang penyulutnya manusia-manusia yang berhati dan kepala batu !"

Ya Allah...lindungilah bangsa ini. Amiiin.

G O M B A L

Sudah cuma gombal, amoh lagi
Masih adakah gunanya
Ye…
Walaupun cuma gombal
Dan robek-robek
Tetap masih berguna
Asal saja
Tidak kotor

Dia rela berkotor-kotor
Asal yang disenggolnya
Jadi bersih
Akh…luar biasa jasamu


Amoh = robek
Maret 2004

WAKIL RAKYAT


Ketika angin tidak lagi membawa semilir
Lantas apa yang dibawa ?
Apakah tinggal bau busuk ?

Ketika matahari tidak lagi membawa hangat
Lantas apa yang dibawa ?
Apakah tinggal gerah ?

Ketika musik tidak lagi membawa hibur
Lantas apa yang dibawa ?
Apakah tinggal bunyi duuuut?

Ketika wakil Rakyat tidak lagi membawa aspirasi.
Lantas apa yang dibawa?
Apakah tinggal janji-janji kosong?
Yogyakarta, 29 Nov. 1992

Rabu, 18 Maret 2009

TIAP HARI


Tiap hari harus melaksanakan kewajiban pada Allah
walaupun harus memaksakan diri

Tiap hari harus berdo’a keselamatan dan kesejahteraan
walaupun bersifat umum

Tiap hari harus tadarus al Qur’an
walaupun cuma satu ruku’

Tiap hari harus melakukan berdzikir
walaupun kadang-kadaang masih lupa

Tiap hari harus merawat diri
walaupun cuma minimalis

Tiap hari harus merawat rumah
walaupun yang pokok-pokok saja

Tiap hari harus menulis
walaupun cuma satu lembar

Tiap hari harus olah raga walaupun ringan

Tiap hari harus istighfar
Walau merasa tak berbuat dosa besar

Tiap hari harus membaca buku
Meskipun buku itu pernah dibaca

Tiap hari harus selalu bersyukur
Walaupun kadang ada keinginan yang belum tercapai


Bapake Tama Januari 2004

YANG PENTING ISI ATAU ORANGNYA


Lima tahun yang lalu saya mengisi pengajian di sebuah kampung. Saat itu menjelang pemilu seperti sekarang ini. Tiba saat tanya jawab ada pendengar yang bertanya tentang kriteria memilih calon pemimpin bangsa. Dengan spontan saya jawab agar memilih pemimpin gunakan saja bagaimana Allah memilih para nabi dan rasulnya. Kriteria itu kelak disebut sifat wajib bagi nabi dan rasul, yaitu shidiq, amanah, tabligh dan fatonah. Mengapa kriteria itu bisa dipakai? Alasan saya karena Allah memakai kriteria itu untuk memilih yang terbaik. Oleh karena itu nabi Muhammad dijuluki al Musthafa (yang terpilih).

Selanjutnya, ketika saya mengenal blog di internet, masalah ini saya tulis di blog ini (bapaketama.blogspot.com) dengan judul "SIFAT WAJIB BAGI CALON WAKIL RAKYAT". Selengkapnya tulisan yang saya tulis pada hari Kamis 1 Januari 2008 itu saya sisipkan disini kembali agar pembaca lebih mudah membacanya :

Dalam mata pelajaran agama Islam di SD maupun SMP terdapat adanya sifat wajib bagi nabi/ rasul. Sifat wajib itu adalah sifat yang senantiasa ada dan terus melekat pada diri pribadi setiap nabi maupun rasul. Sifat tersebut merupakan keniscayaan yang menjadi prasyarat utama bagi kemunculan seorang nabi/ rasul.

Rasanya mustahil bila seorang nabi/ rasul tidak memiliki sifat itu.
Adapun sifat itu antara lain :
1. Sidiq (Jujur ilmiah)
2. Amanah (Dapat dipercaya/ mempunyai integritas dan kredibilitas)
3. Tabligh (Komunikatif)
4. Fathonah (Cerdas/ cendikiawan)
5. Syaja'ah (Berani)6. Adil

Pada saat sekarang ini, ketika kita dihadapkan pilihan pada Pemilu untuk calon DPR dan DPRD maka kiranya patokan sifat ini rasanya relevan, bila kita pakai untuk memilih calon wakil rakyat tersebut. Nha...kalau mereka tak memiliki sifat tersebut....ya nggak usah milih... He...he...hee..!!!

Seperti itulah tulisan saya tentang wakil rakyat di blog ini. Pembaca bisa mencarinya pada halaman sebelumnya.

Mengapa ini saya angkat kembali di blog ini? Karena pagi tadi (Rabu, 18 maret 2009) sehabis mengantarkan anak saya Tama, saya membaca head line di harian Republika mengangkat topik tersebut yang keluar dari mulut Wapres Jusuf Kalla (JK). Untuk lebih lengkapnya saya kutipkan berita tersebut sebagai berikut :

'Pilih Pemimpin Seperti Nabi'
Sehari setelah partai politik peserta pemilu mendeklarasikan kampanye damai, tokoh-tokoh partai mulai berkampanye di sejumlah daerah. Beragam isu yang mereka angkat dalam kampanye dan beragam bentuk kampanye yang mereka lakoni.Ketua Umum Partai Golkar, Jusuf Kalla (JK), misalnya, berkampanye di Sumatra Utara. Tapi, dia belum melakukan kampanye rapat umum. Dia memilih menyambangi Pesantren Baabussalam di Langkat, temu kader di Medan, serta menghadiri Maulid Nabi di Binjai.Pada peringatan Maulid, JK berpesan kepada masyarakat agar berhati-hati memilih pemimpin. Dia menyarankan masyarakat memilih pemimpin yang memenuhi empat kriteria umum kepemimpinan Nabi Muhammad SAW, yaitu amanah, fathanah, tabligh, dan shiddiq. Kriteria itu, kata JK, diperlukan karena para pemimpin yang dipilih haruslah dapat dipercaya, dapat mengemban tugasnya dengan baik sesuai aspirasi rakyat, dan tentu saja cerdas. ''Pilih pemimpin seperti itu, agar rakyat sejahtera dan maju,'' kata JK.


Tulisan saya dan ceramah JK, secara tinjauan substansi sama. Tetapi kata istri saya ada dua hal yang membedakan .
1. Nasib saya (Bapake Tama) berbeda jauh dengan JK
2. Tulisan saya tak ada satu koran pun yang membuat head line besar-besar, walaupun muncul lebih dulu. (Harap maklum, lha wong bukan siapa-siapa).

Mendengar ucapan itu, saya pun tersenyum dan teringat ucapan sahabat Ali bin Abu Thalib r.a. "Perhatikanlah apa yang menjadi isi (materi) pembicaraan. Dan jangan memperhatikan siapa yang menyampaikannya".

Namun seiring usia bertambah, saya meyakini kalau ucapan itu hanya cocok untuk mencari kebenaran dalam arti luas. Untuk masalah politik seperti akhir-akhir ini, saya justru ingin membalik logika ucapan sang Khalifah ke IV itu dengan :
"Nggak penting tentang apa isi omongan (pembicaraan), justru yang penting orangnya".

Dan "rumusan" ini pun ternyata ada benarnya. Karena menurut al Qur'an, "Innaha kalimatun huwa qailuha (sesungguhnya kata itu sangat bergantung pada pembicaranya)".

Semoga bermanfaat.

Minggu, 15 Maret 2009

OMONG KOSONG


Mungkin hampir setiap hati bangsaku
Sudah membatu
Setiap mulut yang bisa bicara
Hanya saling bicara
Setiap mata yang mampu melihat
Telah menjadi buta
Itulah laknat untuk negriku
Yang pongah
Tak membutuhkan "sinar terang"

Apalagi yang harus diratapi
Apalagi yang harus ditangisi
Itulah pilihan bangsaku
Akh…sungguh malang
Mengapa negri surga ini
Harus menjadi api
Akh…mengapa
Kapal besar ini
Memilih meneggelamkan diri

Setiap hari
Seperti membikin istana pasir
Di tepi pantai yang gemuruh
Bangsaku membangun negri
Hingga suatu hari
Ombak besar itu datang
Memusnahkan sebuah mimpi
Gemah ripah loh jinawi

Aku baru sadar
Setelah istana pasir itu rata kembali
Ternyata…
Janji-janji mereka itu omong kosong

vvv

Disusun dengan kegelisahan oleh Bapake Tama satu tahun sebelum gelombang tsunami meluluhlantakkan Aceh

Minggu, 01 Maret 2009

KELAK KAMI PANGGIL ZABANIYAH

Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian)
niscaya Kami tarik ubun-ubunnya,
(yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka.
maka biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya),
kelak Kami akan memanggil malaikat Zabaniyah
(Terjemahan dari Al Qur'an Digital surat Al 'Alaq 15-18)

Zabaniyah adalah sebuah istilah yang dapat kita temukan dalam surat al-'Alaq. Beberapa penjelasan dari terjemahan dan tafsir yang ada tak pernah memuaskan dahaga keingintahuan saya. Malah, kadang-kadang penjelasan dalam beberapa terjemahan itu justru membingungkan. Akibatnya, dengan terpaksa, saya harus mempercayainya walaupun tanpa sebuah informasi yang memadai.

Zabaniyah dikatakan sebutan untuk malaikat tertentu yang tugasnya sangat berbeda dengan sepuluh malaikat lain yang lebih populer. Ketika gerakan dakwah Rasulullah SAW diganggu, apalagi dihambat dan dilecehkan, maka kelak Zabaniyah akan didatangkan. Dari ayat itu tampak bahwa Zabaniyah bukan untuk membawa rahmat melainkan justru bencana. Bahkan sangat mengerikan.

Dalam ayat tentang kehadiran malaikat penghancur itu seolah Allah mau menjelaskan, "Hukum sebab akibat itu tidak hanya terjadi di alam fisika saja". Hutan gundul akan mengakibatkan banjir, sudah menjadi hukum alam yang mesti berlaku, kalau kita semena-mena terhadap hutan. Dan kaidah ini sangat diketahui oleh mereka yang belajar ilmu pengetahuan alam (IPA). Oleh karena memang hukum tersebut sangat mudah dilihat dan dibuktikan.

Namun dalam masalah dakwah, hukum sebab akibat seperti dalam ilmu fisika itu nyaris tak pernah disadari apalagi diketahui. Dari sebab itu, melalui ayat ini manusia seolah diberi tahu sebuah kaidah : "Barang siapa mengganggu gerak lajunya dakwah yang disampaikan Rasulullah SAW, walaupun mereka mendatangkan para penolongnya - kelak akan dihancurkan oleh kekuatan yang disebut Zabaniyah."

Prinsip efek timbal balik ini mirip sebuah kaidah yang berlaku dalam kehidupan kita :

Barang siapa menabur angin akan menuai badai.
Barang siapa menggali lobang maka dia akan terperosok ke dalamnya .
Barang siapa menanam tentulah mengetam.
Sopo gawe nganggo (siapa berbuat pastilah menuai akibatnya).
Barang siapa menepuk air di dulang terpercik muka sendiri.

Dari surat al 'Alaq itu kita tahu, Zabaniyah akan selalu hadir untuk menghancurkan musuh-musuh yang menentang lajunya gerak dakwah ajaran Allah. Jadi sebenarnya, Zabaniyah itu selalu datang dan datang. Hanya saja mungkin kita tak pernah sadar dan tak tahu bahwa dia telah datang dengan mengujud melalui berbagai bencana. Hal ini mirip seperti tak pernah sadarnya kita dengan kehadiran malaikat maut Izrail. Paling-paling yang bisa kita ketahui hanyalah fenomena kematian, misalnya berhentinya detak jantung maupun berhentinya nafas. Dan seperti biasanya, malaikat maut itupun lenggang kangkung datang dan pergi begitu saja. Begitulah cara kerja malaikat.

Pertanyaannya, "Apakah gerakan dakwah yang dilakukan kita (umat Islam) sudah dibantu Zabaniyah ?". Jawabannya mungkin dengan pertanyaan juga, "Apakah sebagai umat Islam kita sudah dilecehkan sehingga perlu dibantu Zabaniyah?". Kalau itu masih sulit juga kita menjawab, ada pertanyaan satu lagi, "Sudahkah kita menjadi umat Islam dengan kualifikasi seperti gambaran al Qur'an, sehingga pantas dibantu dengan dikirim oleh Allah Zabaniyah?".