Jumat, 01 Mei 2009

MALIK GREMBYANG


Malik grembyang, adalah ungkapan bahasa jawa untuk menyebut sesuatu itu berubah total ataupun setengah total. Seseorang yang sebelumnya bicara A sore harinya mengatakan B adalah contoh malik grembyang. Biasanya itu semua dilakukan untuk menyiasati (baca: mengelabuhi) peraturan ataupun produk hukum agar tidak terjerat.

Di dalam ranah politik “penyakit” itu terjadi juga misalnya pada perubahan nama-nama partai. Sebut misalnya : Partai Keadilan menjadi Partai Keadilan Sejahtera, Partai Republik menjadi Partai Republika Nusantara. Bahkan pernah terjadi Partai Bulan Bintang hampir menjadi Partai Bintang Bulan.

Mungkin karena terinspirasi hal itu maka acara "Empat Mata" yang dibawakan thukul Arwana karena ditegur KPI maka judulnya diganti ”Bukan Empat Mata”, yang acaranya sama dengan Empat Mata sebelumnya.

Rupanya penyakit ini menular juga ke dunia sinetron. Sinetron Hareem -- yang menceritakan carut marut keluarga muslim yang berpoligami-- kemudian mendapat protes keras dari berbagai kalangan, akhirnya berubah (malik grembyang). Semula sinetron yang berhias wanita muslimah berjilbab tapi suka intrik itu, akhirnya hilang sudah jilbabnya. Yang muncul adalah wanita-wanita tanpa jilbab yang menjadi istri-istri Romo sebagai gantinya sebutan untuk Abi.

Dari gambaran diatas, maka pantaslah kita oleh Bung Karno dulu disebut sebagai bangsa Tempe. Tempe yang sebenarnya sangat baik bagi kesehatan, tetapi dalam hal ini dilihat dari sisi lain. Persis seperti ungkapan ”Esuk dele sore tempe”, yang artinya pagi harinya masih berupa kedelai, eh...sore harinya sudah berubah menjadi tempe. Dan hebatnya makin enak ! Wah...gimana ini ???