Kamis, 18 Oktober 2012

TAK ADA YANG SIA-SIA


BAPAK saya Muhammad Bakir almarhum, pernah mondok di sebuah pesantren tradisional di kawasan Jejeran Wonokromo Bantul. Salah satu tips yang beliau lakukan ketika ingin mendapatkan lauk agar lebih lezat adalah dengan melakukan pekerjaan lebih rajin dibanding biasanya. Pagi-pagi sekali setelah shalat subuh, beliau segera menimba air di sumur dan mengisi genthong (tempayan) serta bak air yang ada di rumah bapak Kiai. Tidak berhenti sampai disitu, beliau kemudian menyapu halaman sampai bersih. Menurut cerita beliau, biasanya setelah semua pekerjaan itu dilakukan, hidangan sarapan paginya akan memakai telur ayam atau bahkan lebih enak lagi . Rupanya, walaupun tanpa meminta secara verbal, bapak saya telah berhasil mengambil hati keluarga Pak Kiai tempat beliau mondok. Hasilnya, hidangan nan lezat pun terhidang.

Saya pernah bertanya kepada bapak saya, “Bagaimana kalau Bapak waktu itu sudah bekerja rajin melebihi dari biasanya tetapi ternyata makanan dan lauk yang terhidang hanyalah tempe dan krupuk?” Dengan entengnya beliau menjawab, “Aku akan menerimanya dengan ikhlas dan senang hati, karena toh aku telah berbuat baik untuk keluarga pak Kiai. Mudah-mudahan segala kegiatanku mendapat ganjaran dari Allah SWT”. Katanya sambil tersenyum.

Secara sederhana, cara berpikir bapak saya di atas adalah memberi dulu baru kemudian meminta. Berbuat baik dulu kepada orang lain baru akan mendapatkan kebaikan pula. Cara berpikir seperti itu oleh para pakar motivasi disebut berpikir dengan otak kanan. Suatu model berpikir yang kreatif yang tidak menggunakan angka-angka matematika biasa atau bahkan seringkali harus keluar dari logika biasa (out of the box). Biasanya, dalam hidup yang semakin sulit ini kita cenderung berpikir dengan otak kiri yang cenderung logis dan matematis. Inginnya diberi makanan dan lauk yang lezat dulu barulah kita akan lebih giat dari biasanya. Kita cenderung tidak mau rugi dulu apalagi dengan hasil yang belum pasti .

Sebenarnya bagi orang yang beriman dan beramal saleh, hidup ini tidak ada yang sia-sia dan rugi (Al-Ashr 1-3). Tidak ada doa yang yang tak dikabulkan (Al-Mu’min : 60). Tidak ada amal saleh yang tak berbalas. Tidak ada nafkah yang hilang. Allah berfirman, “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui (Al-Baqarah:261).

Nah, dalam hidup yang singkat ini, marilah kita segera berbuat baik kepada seluruh makhluk. Insya Allah, dengan cara itu kita dapat “membeli” kebahagiaan. Amin!