Senin, 30 Desember 2013

MENULIS RESOLUSI 2014

            Beberapa hari lagi kita memasuki tahun 2014. Dalam menyambut tahun baru , seringkali kita mendapat nasehat agar pada momentum seperti ini hendaknya kita melakukan evaluasi diri (muhasabah) sekaligus membuat membuat rencana untuk  tahun yang akan datang.
                Rencana yang ditulis dan berisi sebuah penegasan keinginan   itu disebut resolusi. Oleh karena itu sebuah resolusi merupakan sebuah rencana sekaligus juga harapan (doa). Sebagai sebuah rencana  maka resolusi perlu disusun sebaik-baiknya. Para motivator menjelaskan resolusi yang baik adalah yang memenuhi kriteria  SMART:  Spesifik, Measurable (dapat diukur), Attainable (dapat dicapai), Relevan, Time-bound (dalam  ikatan waktu tertentu).
                Resolusi yang berkualitas harus  ditulis secara spesifik, khusus, fokus  sehingga menjadi mudah untuk dicapai. Resolusi  akan efektif bila  tujuan dirumuskan tidak terlalu luas  (nggladrah-bhs Jawa). Sebaiknya resolusi ditulis singkat , padat  tetapi tetap jelas.  
                Resolusi  mestilah mudah diukur tingkat keberhasilannya dan mudah dievaluasi. Maka sebaiknya  resolusi jangan terlalu abstrak. Resolusi harus juga melihat kemampuan kita untuk mencapainya, sehingga realistis dan tidak idealistis.
                Resolusi hendaknya menyentuh hal-hal yang memang relevan dengan kegiatan yang telah kita lakukan selama ini. Dengan rumusan yang relevan tentu akan  lebih memudahkan tercapainya sebuah resolusi.
                Pada hakekatnya, resolusi sebenarnya sebuah niat ataupun janji. Oleh karena itu, sebaik apapun resolusi itu disusun, tetapi kalau tidak dilaksanakan akhirnya akan sia-sia belaka. Maka, dalam rangka memenuhi janji tersebut sebagai orang beriman, mestilah kita senantiasa berdoa dan berusaha  dengan ikhlas, sabar dan tawakal. Kita sadar bahwa manusia memang bisa membuat rencana tetapi akhirnya Allah jua  yang menentukan.
                Allah mengingatkan kita dalam Alquran, “Dan jangan sekali-kali engkau  mengatakan: ‘Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini esok’, kecuali (dengan menyebut): insya Allah...” (Al-Kahfi : 23-24). Dari ayat tersebut  terkandung  pesan, agar orang beriman  dilarang untuk memastikan apa yang akan terjadi di masa datang kecuali dengan menyandarkannya kepada kehendak Allah. Sebab , segala yang berlaku di alam semesta ini hanya bisa terjadi  apabila dikehendaki oleh Allah SWT. Semoga dengan begitu resolusi yang kita buat untuk tahun 2014 senantiasa dimudahkan oleh Allah SWT.

Minggu, 29 Desember 2013

SYARAT KE SURGA

                 

                 SEMUA orang beriman ingin masuk surga. Tetapi masuk surga  tidaklah mudah . Bahkan  tempat yang sangat membahagiakan tersebut  selalu diselimuti dengan  sesuatu yang tidak disukai. Sebaliknya, neraka justru dipenuhi  oleh hal-hal yang menarik hati. Rasulullah SAW bersabda:  Surga itu dihiasi dengan perkara-perkara yang dibenci sedangkan neraka dihiasi dengan hal-hal yang disukai.” (HR Bukhari dan Muslim).
                Masuk surga hanya dengan bersantai ria adalah tidak mungkin. Dalam Alquran, secara retoris Allah SWT bertanya, “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad  diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar” (Ali-‘Imran: 42).
                Selain modal kesungguhan (jihad) dan kesabaran,  seseorang yang merindukan surga mestilah membuang jauh-jauh  sifat sombong . Sifat tercela tersebut merupakan penghalang  masuk ke surga. “Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan” (Al-A’raf : 40).
                Dari gambaran di atas tampak bahwa meraih surga itu tidak mudah.  Barangkali karena itulah orang jawa menyebutnya sebagai munggah suwarga.   Munggah artinya naik. Digambarkan naik, karena surga ibarat sebuah tempat bagi hal-hal yang tinggi dan mulia. Dan untuk meraih surga tersebut diperlukan usaha yang sungguh-sungguh seperti seseorang yang sedang menaiki sebuah tangga. Sebaliknya, masuk neraka  sering diistilahkan dengan kecemplung  atau gejegur neraka. Neraka diibaratkan sebuah jurang yang penuh dengan nyala api. Apabila manusia tidak berhati-hati maka  bisa  tergelincir lalu terjatuh ke dalam neraka.
                Dari istilah munggah dan kecemplung neraka, jatuh ke  neraka jauh lebih mudah dibandingkan naik ke surga. Walaupun demikian, kita tidak boleh berkecil hati. Menurut  Nabi Muhammad SAW, paling sedikit ada empat hal yang bisa  dilakukan agar kita bisa munggah suwarga.  ”Engkau mengabdi kepada Allah dan tidak menyekutukan sesuatu dengan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan menyambung tali silaturahmi.” (HR.Bukhari dan Muslim).
                Semoga kita termasuk orang-orang yang dapat munggah suwarga dan tidak kecemplung neraka. Aamiin !

Kamis, 28 November 2013

NEGARA BAHAGIA

            KALAU ada sebuah kota, setiap warganya enggan ke luar rumah dan malah memilih berdiam diri di rumah masing-masing, maka kota itu merupakan kota yang sedang sakit. Itulah pandangan Ridwan Kamil Wali kota Bandung. Dari pandangan tersebut bisa diteruskan lebih luas lagi. Kalau ada sebuah negara, setiap warganya  sudah tidak percaya lagi kepada para pemimpinnya,   maka negara itu bukan sekedar sakit melainkan sedang menuju kehancuran.
            Kasus korupsi di BLBI, Century, Hambalang, pengadaan simulator SIM, Mahkamah Konstitusi dan semacamnya, benar-benar mengikis habis kepercayaan rakyat kepada para pemimpinnya. Sungguh, rakyat hanya ingin sekali melihat  negara ini segera menjadi adil, makmur, aman, tentram dan bahagia. Tetapi rupanya rakyat masih harus bermimpi lebih lama lagi. Uang rakyat yang jumlahnya trilyunan lenyap begitu saja dengan mudahnya dan tak ada-ada tanda-tanda  akan kembali. Negara yang seperti ini tentu saja bukanlah  negara yang bahagia.
            Legatum Institut, sebuah lembaga yang cukup kredibel berlokasi di London, belum lama ini meluncurkan laporannya  yaitu Legatum Prosperity Index 2013. Dari laporan indeks kebahagiaan suatu negara tersebut, ternyata Republik Indonesia berada pada posisi 69. Posisi ini jauh lebih rendah dibanding negara-negara tetangga kita seperti Malaysia (40), Sri Lanka (60), Vietnam (62) dan Filipina (66). Dalam kondisi yang seperti ini, artinya rakyat di negara tetangga kita jauh lebih berbahagia dibanding rakyat di negara kita.
            Bagaimanakah menciptakan rakyat dan negara bahagia? Allah menasehati kita agar lebih banyak bersyukur. "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu  kufur, maka pasti azab-Ku sangat berat."(QS Ibrahim: 14).
            Dari ayat di atas jelas bahwa bersyukur adalah lawan dari kufur. Bersyukur sama dengan  berislam secara utuh (kaffah).Yusuf Estes  (dai internasional) menjelaskan, dalam istilah Islam sudah tercakup  ketaatan (obedient), ketulusan (sincerity), ketundukan (submission), penyerahan diri (surrender) dan  perdamaian (peace). Kelima hal tersebut merupakan aspek terpenting dari bersyukur. Sebuah kata mutiara mengatakan, “Bukanlah bahagia dahulu kemudian bersyukur, melainkan bersyukurlah dahulu maka  bahagia akan mengikutinya”.
            Mudah-mudahan dengan kembali menghayati dan mengamalkan Islam (bersyukur) secara sungguh-sungguh, rakyat menjadi bahagia dan akhirnya tercipta negara yang bahagia pula.

Selasa, 19 November 2013

HUKUM SEBAB AKIBAT

                KARENA hilang sebuah paku lepaslah tapal kuda. Karena lepas tapal kuda, kuda tak bisa berlari. Karena kuda tak bisa berlari, pesan tak tersampaikan. Karena pesan tak tersampaikan, jadilah kalah perang. Karena kalah perang, negara hancur lebur. Itulah kisah yang konon pernah populer di masa perang dunia I dan II. Dalam kisah tersebut terkandung maksud agar setiap orang (prajurit) hendaknya dapat menjalankan tugas sebaik-baiknya. Ya, walaupun hanya sebuah paku sekalipun, perannya tak boleh diabaikan.
                Di alam ini, berlaku berbagai hukum yang banyak sekali. Salah satunya adalah hukum sebab-akibat.  Hukum sebab-akibat lebih mudah dipahami, bila yang menjadi penyebabnya jauh lebih besar. Sebuah pernyataan,  “Ketika gunung Merapi meletus penduduk kota Yogyakarta  menjadi pilek”, lebih mudah dipahami dibanding bila pernyataan itu dibalik, “Ketika penduduk Yogyakarta  pilek, maka  akibatnya gunung Merapi meletus”. Tetapi, dalam ilmu cuaca (Klimatologi) fenomena ini bisa dipahami. Dalam sebuah teori yang disebut Butterfly Effect dinyatakan, “Karena kepak sayap kupu-kupu di Brazilia maka terjadilah Tornado di Amerika”.
                Saling berkait, tidak berdiri sendiri dan saling mempengaruhi itulah esensi dari hukum sebab-akibat. Sang Pencipta alam telah memberi kita bumi, yang terus menerus berputar pada porosnya (rotasi), yang mengakibatkan terjadinya pergantian malam dan siang. Dalam Alquran dinyatakan,  “Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha” (QS. Alfurqan: 47). Begitu juga Tuhan kita yang Maha pemurah, telah memberi kita bumi yang selalu berputar mengelilingi matahari (revolusi). Proses itu mengakibatkan terjadinya silih bergantinya musim, yang amat bermanfaat bagi seluruh makhluk.
                 Allah SWT adalah sebab dari segala sebab (causa prima). Dalam Alquran Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya jadilah,  maka jadilah ia” (QS. An-nahl : 40).  Sebagai pencipta alam semesta (khaliqul alam), Bagi-Nya tak ada yang mustahil. Tak ada yang sulit. Dan, semuanya itu untuk diberikan kepada kita, manusia. Walaupun demikian,  Allah SWT senantiasa mengingatkan kita untuk selalu bersyukur, baik itu melalui shalat maupun berbagi (berkorban). “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah”, (QS. Alkautsar: 1-2).

Kamis, 14 November 2013

GETUN


IBUNYA memberi  nama  Getun Tri Anea. Diberi nama Getun, karena ibunya sangat kecewa  (getun) ketika tahu bahwa putrinya lahir tanpa kedua tangan. Tetapi itu dulu. Sekarang ibunya sangat bangga dengan putrinya yang tumbuh menjadi  gadis pintar di SD Negri Clapar, Banjarnegara . Bahkan, Getun selalu menjadi inspirasi bagi teman-temannya. Dari hasil kerja kerasnya, Getun sering meraih rangking I dan juga pandai memainkan  pianika.
Getun memandang kekurangan bukanlah sebagai  sebuah kekurangan. Sudut pandang  anak istimewa ini  berbeda. Baginya kekurangan bukanlah hambatan untuk berbuat dan berprestasi. Getun  tak pernah terlalu lama larut  dalam kesedihan untuk  meratapi nasibnya.  Gadis yang masih duduk di kelas V SD ini memiliki semangat pantang menyerah dan tak pernah berprasangka buruk terhadap Tuhan yang menciptakannya. Gadis yang lahir dari keluarga buruh tani Suwandi dan Sarinem ini,  benar-benar gambaran dalam lirik lagu Pantang  Menyerah yang dinyanyikan Ryan dari band  DMasiv. “Syukuri apa yang ada, tetap jalani hidup ini. Hidup adalah anugerah dan lakukan yang terbaik”.
Dari sekelumit kisah di atas, kita bisa belajar dari Getun bahwa dimanapun dan kapanpun hendaknya kita selalu husnudhon (berbaik sangka) terhadap  Allah SWT. Sangka baik terhadap Allah, akan menumbuhkan pikiran dan perasaan positip yang akan menjadi modal untuk  membangkitkan  semangat hidup. “Dan boleh jadi apa yang kamu benci itu baik bagi kamu, dan boleh jadi juga apa yang kamu sukai itu buruk buat kamu. Dan Allah itu Maha Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui apa-apa.”  ( Al-baqarah : 216).
Sebagai orang beriman, kadang kita bertanya-tanya  terhadap peristiwa-peristiwa yang kurang berkenan di hati. Semuanya itu mestilah kita hadapi dengan ikhlas, sabar dan syukur. Allah sudah menetapkan bahwa setiap orang beriman  mestilah mendapatkan ujian. “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ’Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi ? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.( QS Al-‘ankabut: 2-3).
Dari gadis manis Getun, kita bisa belajar tentang banyak hal. Seorang gadis belia yang  pantang menyerah,  selalu berpikiran dan perasaan positif, menerima keadaan, bisa member makna bagi kehidupannya  serta  mampu membebaskan diri dari belenggu mental yang menghalanginya. Bukankah semuanya itu merupakan  bekal yang amat kita perlukan untuk menghadapi berbagai masalah kehidupan ini ? Dan dalam hal ini Getun bukanlah gadis yang patut  disesali (digetuni) melainkan justru amat dibanggakan.

Senin, 04 November 2013

Ikhlas dan Kesederhanaan

 
            Akhir-akhir ini, para tokoh elite politik kita gemar melontarkan berbagai pernyataan. Lontaran pernyataan tersebut berupa kritik, kecaman bahkan terkadang fitnah. Konon semua itu marak karena tahun 2013-2014 ini adalah tahun politik, tahun yang tak lama lagi bangsa Indonesia akan melaksanakan Pemilu.
            Di negri Pancasila ini model berpolitik dengan menghalalkan segala cara jelas ditolak. Akan tetapi faktanya di berbagai mass media, rakyat disuguhi sebuah tontonan yang tidak elok. Terkesan antar para elit politik saling regejegan (gontok-gontokan). Sumpah pemuda yang diikrarkan tahun 1928 seolah hanya sayup-sayup terdengar. Para elite saling berlomba menebar citra,        saling rebut simpati, kasak-kusuk, tebar fitnah dan sogok sana-sini demi cita-cita ingin menjadi pemimpin dan penguasa. Ujung-ujungnya semua bermuara untuk  mendapatkan uang sebanyak-banyaknya. Uang dan kekuasaan telah menjadi ideologi dan tujuan hidup.
            Nun jauh di sana, seorang presiden negara kecil Uruguay memberi contoh kepada kita, bahwa menjadi pemimpin atau penguasa bukanlah sebuah kemewahan. Dengan tulus ikhlas  presiden Jose Mujica menyumbangkan  90 % gajinya untuk beramal. Baginya jabatan menjadi presiden adalah pengabdian tanpa pamrih. Presiden yang berusia 77 tahun itu mencukupkan dirinya ke kantor kepresidenan hanya  dengan mobil butut yang sudah tua. Tetapi meskipun sederhana, prestasi presiden yang digelari  Presiden Termiskin di Dunia  ini patut dibanggakan. Karena keteladanan dalam kesederhanaan dan keikhlasannya, rupanya menginspirasi  pemimpin-pemimpin lain dibawahnya,  untuk tidak hidup bermewah-mewah. Hasilnya, negara Uruguay mengalami penurunan tindak pidana korupsi yang sangat signifikan.
            Kita hidup di negara Pancasila. Banyak agama hidup subur di tempat ini. Anehnya, justru Jose Mujica yang nota bene atheis, mampu memberi contoh moral, keikhlasan dan kesederhanaan. Membaca biografi Jose Mujica, terngiang kembali nasehat Imam al-Ghazali tentang pentingnya ikhlas dalam segala hal. "Semua orang akan rusak kecuali orang-orang yang berilmu, semua orang yang berilmu akan rusak kecuali orang yang beramal, semua orang yang beramal akan rusak kecuali orang yang Ikhlas". Ya, dengan ikhlas semuanya akan menjadi lebih sederhana.

Jumat, 04 Oktober 2013

HAPPY RELIGION


DALAM sebuah acara Talk Show di salah satu acara TV swasta, KH. Abdul Muhaimin, Pengasuh PP Nurul Ummahat, Kota Gede, Yogyakarta, menengarai ada kecenderungan global bahwa generasi sekarang banyak yang condong kepada agama senang-senang (happy religion). Istilah tersebut beliau peroleh ketika mengikuti sebuah pertemuan internasional yang melibatkan berbagai tokoh agama yang beliau ikuti belum lama ini.

Agama senang-senang atau happy religion ini memiliki tempat ibadah berupa  pusat-pusat perbelanjaan (mall), pusat hiburan maupun tempat-tempat yang memuja kenikmatan lainnya. Dari tahun ke tahun, jumlah pemeluk happy religion semakin meningkat. Bila seseorang merasa gundah, galau, penat dan bosan dengan rutinitas kerja, maka mall maupun tempat hiburan lainnya menjadi tujuan utama untuk melepas semua problem itu. Mereka menganggap tempat-tempat ibadah agama sudah  tidak mampu lagi menyegarkan jiwanya.

Semua itu bisa terjadi karena agama dipahami hanya sebatas sebagai aturan berisi perintah dan larangan, sehingga akan semakin menambah beban hidup mereka. Akibatnya kegiatan agama yang ada dilaksanakan sekedar formalitas belaka. Pelaksanaan agama seperti ini tentu saja terasa kering dan kurang bermakna. Padahal menurut Dr. Nurcholis Majid (alm), manusia modern di jaman ini sangat membutuhkan agama,  karena mereka umumnya  mengalami spiritual hungry (kelaparan jiwa).

Agama Islam itu apabila dipahami dan dilaksanakan dengan benar, sejatinya mampu menyejukkan jiwa dan membuat bahagia bagi pemeluknya. Hal itu bisa diperoleh bila beragama (beriman) bukanlah sekedar apa yang di lidah maupun gerakan anggota badan saja, melainkan juga hati.  Rasulullah SAW  bersabda, “Iman itu meliputi tambatan hati, yang diucapkan dengan lisan dan di amalkan oleh semua anggota badan”.

Allah berfirman, bahwa Alquran sebagai sumber utama agama Islam, diberikan oleh-Nya  agar manusia tidak susah. “Thaha . Kami tidak menurunkan Alquran ini kepadamu agar kamu menjadi susah” (Thaha: 1-2). Begitu juga ayat, “Dan Kami turunkan kepadamu Alkitab (Alquran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (An-Nahl: 89).

Senang-senang di mall maupun tempat hiburan boleh-boleh saja. Tetapi tetap harus sadar bahwa kebahagian sejati, hanya bisa diperoleh dengan beragama secara benar. Nah, marilah beragama dengan segenap jiwa dan raga kita, sehingga insya Allah kita senang (bahagia) di dunia dan akhirat.

Sabtu, 21 September 2013

ANAK

 
DALAM  Alquran kedudukan anak  itu unik. Anak yang sering disebut  buah hati oleh orang tuanya,  ternyata bisa menjadi musuh. Allah berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman. Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka, dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh Allah Maha Pengampun Maha Penyayang.”(QS At-taghabun: 14).  
Anak juga merupakan ujian (fitnah) bagi orangtuanya. Alquran menegaskan, “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah ujian (bagimu) , dan di sisi Allah pahala yang besar.” (QS At-taghabun: 15).   Tragedi anak membunuh orang tuanya  hanya gara-gara masalah sepele, merupakan bukti  benarnya kedua ayat  tersebut.
Selain dua tipe anak di atas yang cenderung negatif, Allah menyebut  anak merupakan  perhiasan dunia. “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (Al-Kahfi  : 46).
Disamping itu, anak  disebut juga sebagai penyenang hati (qurrata a’yun).  “Dan orang-orang yang berkata: Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami) dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS Al-Furqon :  74).
Kasus tabrakan maut yang menewaskan 7 orang dan  melibatkan anak musisi kondang Ahmad Dhani  bernama AQJ (13 tahun), benar-benar  menjadi ujian kesabaran bagi semua pihak. Peristiwa tersebut bukti bahwa anak hakekatnya tetaplah anak. Dia bukan sekedar manusia kecil. Menghadiahkan sesuatu kepada anak barang yang sekiranya dapat membahayakan bagi dirinya maupun orang lain, bukanlah langkah yang bijak. Biarlah mereka berkembang sesuai umurnya.  Anak sangat membutuhkan bimbingan dari orang-orang yang lebih tua. Biar bagaimanapun, anak polah bapa kepradah. Tingkah laku anak itu akhirnya yang bertanggung jawab adalah  orangtuanya.
Marilah kita para orang tua hendaknya bisa berperan sebagai guru yang dapat dicontoh sekaligus sahabat  bagi anak-anak kita. Kita harus membantu dan mendampingi mereka menuju kedewasaannya. Jangan kita relakan anak tumbuh sendiri sehingga akhirnya anak justru menjadi fitnah bagi kita. Anak adalah penerus generasi keluarga kita. Oleh karena itu marilah kita ukir tinta emas untuk membentuk kepribadian mereka.

Jumat, 13 September 2013

UNIVERSITAS GOOGLE



    

              ADALAH sangat masuk akal jika lembaga-lembaga nirlaba seperti Google, Amazon, Barnes dan Nobles atau bahkan Starbucks, mulai mempertimbangkan mengajukan permohonan akreditasi universitas, dan menawarkan standar kualitas  mereka sendiri. Jelas, dikelola untuk keuntungan yang jauh lebih ekonomis efisien daripada perguruan tinggi atau universitas non-profit. Efisiensi merupakan konsekuensi dari mengikuti prinsip ekonomi dasar yang konsumen informasi akan selalu membeli nilai terbaik untuk uang sedikit.
Saya, seperti kebanyakan orang tua, dengan senang hati akan mengirim anak saya ke Google Universitas jika saya tahu mereka akan belajar lebih banyak di sana daripada harus membayar mahal  uang kuliah pada universitas.

            Google bisa melepaskan diri dari perangkap kepemilikan dengan tidak mempekerjakan fakultas sama sekali. Alih-alih mempekerjakan fakultas sendiri, lembaga-lembaga seperti Google cukup hanya membeli sebuah perpustakaan besar yang berkualitas tinggi untuk direkam secara digital, serta menayangkan kuliah yang diberikan oleh superstar akademisi atau guru dengan performa terbaik yang bersedia untuk menjual serangkaian materi kuliah mereka!). Profesor Ini akan beroperasi sebagai agen bebas di dunia digital. Profesor tersebut disebut Professor Without Border.

            Universitas Google tidak hanya akan mengurangi biaya pendidikan kepada siswa, tetapi juga menciptakan persaingan antara dosen untuk menghasilkan ceramah terbaik akan menghasilkan kuliah yang jauh lebih unggul.
Selanjutnya persaingan antar lembaga nirlaba untuk menarik siswa akan menghasilkan manfaat yang baik bagi siswa, dan karena itu bahkan akan membantu perusahaan-perusahaan Amerika, seperti Google sendiri, yang sering membutuhkan karyawan yang sangat kompeten.


Diterjemahkan secara bebas oleh Ajib Setya Budi dari tulisan James D. Carmine,
Profesor Filsafat di US College dan  penulis lepas untuk Google.

Senin, 09 September 2013

JALAN LURUS



Dalam arti harfiah jalan lurus adalah jalan memanjang hanya dalam satu arah, tanpa belokan atau lengkungan (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Dalam arti kiasan, jalan lurus adalah jalan hidup yang benar, jujur, adil. Dalam surat Al-fatihah, jalan lurus merupakan jalan orang-orang yang pada akhirnya akan memperoleh kenikmatan, yaitu jalan hidup yang dipilih dan ditempuh para nabi dan rasul utusan Allah SWT (shirath al-anbiya wal wursalin). Selain itu dalam surat tersebut diterangkan bahwa jalan yang lurus adalah lawan dari jalan yang dimurkai (maghdhub) dan sesat (dhallin).
Dalam Alquran jalan lurus disebut sebagai shirathal mustaqim, shirathillah, sabilillah, sabilirasyad. Semuanya berhubungan dengan arti jalan. Jalan lurus juga dipakai sebagai penyebutan dinul qayyim (agama yang lurus kuat), millata Ibrahim (agama nabi Ibrahim). Allah berfirman “Katakanlah: Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus  (yaitu) agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus  dan Ibarahim itu bukanlah termasuk orang-orang musyrik"  (Al-an’am : 161). Disamping itu, mengabdi kepada Allah disebut juga  jalan lurus (Maryam: 36).  Begitu juga Al-quran, kitab ini sering disebut sebagai  jalan yang lurus (Al-ahqaf : 30).
Meniti jalan lurus tentu tidaklah mudah. Para nabi dan rasul Allah telah membuktikannya. Nabi Nuh AS harus berdakwah siang dan malam tanpa henti. Tetapi hasilnya hanya sedikit pengikutnya. Maka lantaran manusia tidak kunjung sadar terhadap dakwah nabi Nuh, akhirnya umatnya  yang ingkar ditenggelamkan oleh Allah.  .
Lain lagi ujian yang harus dilakoni nabi Yusuf. Nabi yang dikenal rupawan ini untuk menjadi berhasil harus melalui berbagai episode jalan hidup. Nabi Yusuf dimasukkan ke sebuah sumur di padang pasir  oleh saudara-saudaranya yang dengki (Yusuf : 15). Tetapi akhirnya, beliau  diselamatkan oleh Allah melalui pertolongan rombongan kafilah yang kebetulan melintas di sumur tersebut.  Berikutnya ujian dan fitnah menerpa. Semua dihadapi beliau dengan sabar dan tawakal kepada Allah. Dan akhirnya nabi Yusuf berhasil menuai keberhasilan dengan menjadi pembesar di Mesir serta bertemu dengan ayah dan saudara-saudaranya (Yusuf : 100).
Nabi Muhammad SAW berdakwah menghadapi ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan yang besar. Tetapi semuanya dihadapinya sebagai bagian ujian dari Allah. Bukankah Allah berfirman bahwa hidup itu hakekatnya untuk menguji siapakah diantara manusia itu yang paling baik amalnya  (Al-mulk : 2). Memang Jalan lurus sering  tidak mudah. Kadang-kadang jalan tersebut mendaki lagi sukar (Al-balad : 11).  Walaupun begitu, insya Allah dengan ikhlas, sabar dan tawakal kepada-Nya semuanya akan berakhir dengan kebahagiaan.