Senin, 30 Desember 2013

MENULIS RESOLUSI 2014

            Beberapa hari lagi kita memasuki tahun 2014. Dalam menyambut tahun baru , seringkali kita mendapat nasehat agar pada momentum seperti ini hendaknya kita melakukan evaluasi diri (muhasabah) sekaligus membuat membuat rencana untuk  tahun yang akan datang.
                Rencana yang ditulis dan berisi sebuah penegasan keinginan   itu disebut resolusi. Oleh karena itu sebuah resolusi merupakan sebuah rencana sekaligus juga harapan (doa). Sebagai sebuah rencana  maka resolusi perlu disusun sebaik-baiknya. Para motivator menjelaskan resolusi yang baik adalah yang memenuhi kriteria  SMART:  Spesifik, Measurable (dapat diukur), Attainable (dapat dicapai), Relevan, Time-bound (dalam  ikatan waktu tertentu).
                Resolusi yang berkualitas harus  ditulis secara spesifik, khusus, fokus  sehingga menjadi mudah untuk dicapai. Resolusi  akan efektif bila  tujuan dirumuskan tidak terlalu luas  (nggladrah-bhs Jawa). Sebaiknya resolusi ditulis singkat , padat  tetapi tetap jelas.  
                Resolusi  mestilah mudah diukur tingkat keberhasilannya dan mudah dievaluasi. Maka sebaiknya  resolusi jangan terlalu abstrak. Resolusi harus juga melihat kemampuan kita untuk mencapainya, sehingga realistis dan tidak idealistis.
                Resolusi hendaknya menyentuh hal-hal yang memang relevan dengan kegiatan yang telah kita lakukan selama ini. Dengan rumusan yang relevan tentu akan  lebih memudahkan tercapainya sebuah resolusi.
                Pada hakekatnya, resolusi sebenarnya sebuah niat ataupun janji. Oleh karena itu, sebaik apapun resolusi itu disusun, tetapi kalau tidak dilaksanakan akhirnya akan sia-sia belaka. Maka, dalam rangka memenuhi janji tersebut sebagai orang beriman, mestilah kita senantiasa berdoa dan berusaha  dengan ikhlas, sabar dan tawakal. Kita sadar bahwa manusia memang bisa membuat rencana tetapi akhirnya Allah jua  yang menentukan.
                Allah mengingatkan kita dalam Alquran, “Dan jangan sekali-kali engkau  mengatakan: ‘Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini esok’, kecuali (dengan menyebut): insya Allah...” (Al-Kahfi : 23-24). Dari ayat tersebut  terkandung  pesan, agar orang beriman  dilarang untuk memastikan apa yang akan terjadi di masa datang kecuali dengan menyandarkannya kepada kehendak Allah. Sebab , segala yang berlaku di alam semesta ini hanya bisa terjadi  apabila dikehendaki oleh Allah SWT. Semoga dengan begitu resolusi yang kita buat untuk tahun 2014 senantiasa dimudahkan oleh Allah SWT.

Minggu, 29 Desember 2013

SYARAT KE SURGA

                 

                 SEMUA orang beriman ingin masuk surga. Tetapi masuk surga  tidaklah mudah . Bahkan  tempat yang sangat membahagiakan tersebut  selalu diselimuti dengan  sesuatu yang tidak disukai. Sebaliknya, neraka justru dipenuhi  oleh hal-hal yang menarik hati. Rasulullah SAW bersabda:  Surga itu dihiasi dengan perkara-perkara yang dibenci sedangkan neraka dihiasi dengan hal-hal yang disukai.” (HR Bukhari dan Muslim).
                Masuk surga hanya dengan bersantai ria adalah tidak mungkin. Dalam Alquran, secara retoris Allah SWT bertanya, “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad  diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar” (Ali-‘Imran: 42).
                Selain modal kesungguhan (jihad) dan kesabaran,  seseorang yang merindukan surga mestilah membuang jauh-jauh  sifat sombong . Sifat tercela tersebut merupakan penghalang  masuk ke surga. “Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan” (Al-A’raf : 40).
                Dari gambaran di atas tampak bahwa meraih surga itu tidak mudah.  Barangkali karena itulah orang jawa menyebutnya sebagai munggah suwarga.   Munggah artinya naik. Digambarkan naik, karena surga ibarat sebuah tempat bagi hal-hal yang tinggi dan mulia. Dan untuk meraih surga tersebut diperlukan usaha yang sungguh-sungguh seperti seseorang yang sedang menaiki sebuah tangga. Sebaliknya, masuk neraka  sering diistilahkan dengan kecemplung  atau gejegur neraka. Neraka diibaratkan sebuah jurang yang penuh dengan nyala api. Apabila manusia tidak berhati-hati maka  bisa  tergelincir lalu terjatuh ke dalam neraka.
                Dari istilah munggah dan kecemplung neraka, jatuh ke  neraka jauh lebih mudah dibandingkan naik ke surga. Walaupun demikian, kita tidak boleh berkecil hati. Menurut  Nabi Muhammad SAW, paling sedikit ada empat hal yang bisa  dilakukan agar kita bisa munggah suwarga.  ”Engkau mengabdi kepada Allah dan tidak menyekutukan sesuatu dengan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan menyambung tali silaturahmi.” (HR.Bukhari dan Muslim).
                Semoga kita termasuk orang-orang yang dapat munggah suwarga dan tidak kecemplung neraka. Aamiin !