DALAM Alquran kedudukan anak itu unik. Anak yang sering disebut buah hati oleh orang tuanya, ternyata bisa menjadi musuh. Allah berfirman,
“Wahai orang-orang yang beriman. Sesungguhnya
di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka
berhati-hatilah kamu terhadap mereka, dan jika kamu maafkan dan kamu santuni
serta ampuni (mereka), maka sungguh Allah Maha Pengampun Maha Penyayang.”(QS At-taghabun: 14).
Anak juga
merupakan ujian (fitnah) bagi orangtuanya. Alquran menegaskan, “Sesungguhnya
hartamu dan anak-anakmu
hanyalah ujian (bagimu) , dan
di sisi Allah pahala yang besar.” (QS At-taghabun: 15). Tragedi anak membunuh orang tuanya hanya gara-gara masalah sepele, merupakan
bukti benarnya kedua ayat tersebut.
Selain dua tipe
anak di atas yang cenderung negatif, Allah menyebut anak merupakan
perhiasan dunia. “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan
dunia tetapi amal kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di
sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (Al-Kahfi : 46).
Disamping itu, anak disebut juga sebagai penyenang
hati (qurrata a’yun). “Dan
orang-orang yang berkata: Wahai
Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai
penyenang hati (kami) dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang
bertakwa.” (QS Al-Furqon : 74).
Kasus
tabrakan maut yang menewaskan 7 orang dan melibatkan anak musisi
kondang Ahmad Dhani bernama AQJ (13
tahun), benar-benar menjadi ujian
kesabaran bagi semua pihak. Peristiwa tersebut bukti bahwa anak hakekatnya tetaplah
anak. Dia bukan sekedar manusia kecil. Menghadiahkan sesuatu kepada anak barang
yang sekiranya dapat membahayakan bagi dirinya maupun orang lain, bukanlah
langkah yang bijak. Biarlah mereka berkembang sesuai umurnya. Anak sangat membutuhkan bimbingan dari
orang-orang yang lebih tua. Biar bagaimanapun, anak polah bapa kepradah.
Tingkah laku anak itu akhirnya yang bertanggung jawab adalah orangtuanya.
Marilah kita para orang tua hendaknya bisa berperan
sebagai guru yang dapat dicontoh sekaligus sahabat bagi anak-anak kita. Kita harus membantu dan
mendampingi mereka menuju kedewasaannya. Jangan kita relakan anak tumbuh
sendiri sehingga akhirnya anak justru menjadi fitnah bagi kita. Anak adalah
penerus generasi keluarga kita. Oleh karena itu marilah kita ukir tinta emas
untuk membentuk kepribadian mereka.