Senin, 14 Juli 2014

TETAP BERSATU


Ulama khususnya founding fathers pendiri bangsa telah mengajukan sekurang-kurangnya  tiga konsep persatuan. Persatuan kemanusiaan (basyariah), kebangsaan (wathaniah), keislaman (islamiyah). Dalam konsep tersebut diwadahi dalam sebuah istilah  ukhuwwah (persaudaraan).
Suasana setelah usai pemilihan presiden dan wakil presiden 9 Juli 2014 cenderung memanas. Masing-masing kandidat capres-cawapres mengklaim kemenangan. Dengan argumentasi yang didukung oleh lembaga survey (quick count) acuannya, kedua belah pihak yakin sebagai pemenang. Ucapan selamat, sujud syukur dan berbagai bentuk perayaan kemenangan dilakukan.
Untunglah suasana munculnya surya kembar (dua presiden) yang bisa memicu konflik ini mulai diredakan oleh kandidat kedua kubu. Bahkan Presiden SBY pun menghimbau agar rakyat tetap sabar menunggu perhitungan manual yang sedang dikerjakan Komisi Pemilihan Umum (KPU). Adapun dalam menyikapi banyaknya QC (Quik Count) yang berbeda-beda hasilnya, anggaplah semua itu sebagai bumbu-bumbu dalam alam demokrasi.
Negara Indonesia ini sangat luas dan kaya. Oleh karena itu tidak mustahil ada pihak-pihak yang diam-diam mengincar dan mencari saat yang tepat untuk memecah belah bangsa Indonesia dan mengambil keuntungan. Negeri yang bersifat kepulauan tentu tidaklah mudah untuk mempertahankan persatuan dan kesatuan di dalamnya. Alat utama sistim pertahanan kita belumlah ideal untuk bisa mengayomi dan mempertahankan kedaulatan negara kita. Untuk itu modal utama kita adalah rakyat Indonesia yang harus tetap utuh dan  bersatu. Tentara boleh saja persenjataannya bukan yang paling canggih, tetapi musuh-musuh negara Indonesia akan gentar bila bangsa yang dikenal ramah ini tetap bersatu padu. Benarlah  ungkapan nenek moyang kita, “bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”.
Dalam Alquran Allah SWT mengingatkan kita bahwa  perpecahan itu adalah sifat Jahiliyah. “Dan berpeganglah kalian semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah bercerai-berai. Dan ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian ketika kalian dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hati kalian, lalu jadilah kalian karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara......”. (Ali-Imran:103).

Nah, marilah di bulan penuh barakah ini, kita kendalikan nafsu amarah dan ego kita masing-masing, kita pererat tali persaudaraan dan persatuan di antara kita yang berbeda pilihan. Jangan sampai negri kita cerai-berai hanya gara-gara pemilu!

Selasa, 08 Juli 2014

DOA UNTUK YANG TERBAIK

RASULULLAH SAW bersabda, “Doa adalah intisari ibadah” (HR Abu Daud dan Tirmidzi). Bahkan beliau juga menyatakan, “Doa adalah senjata orang beriman dan tiang agama serta cahaya langit dan bumi ”  (HR Abu Ya’la). Dari penjelasan Rasulullah SAW tersebut, doa merupakan kegiatan yang sangat penting bagi setiap orang yang beriman.
Bahkan begitu hebatnya, doa dapat dipakai untuk penolak bala dan sekaligus untuk mengubah takdir. Bersabda Rasulullah SAW, “Tidak ada yang dapat menolak takdir (ketentuan) Allah SWT  selain doa. Dantidak ada yang dapat menambah (memperpanjang) umur seseorang selain (perbuatan) baik.” (HR Tirmidzi).
Semenjak kampanye pilpres dan wakilnya beberapa waktu yang lalu, kelompok-kelompok doa mulai bermunculan di berbagai tempat. Masing-masing kelompok dengan yakin memohon kepada Allah SWT agar calon yang diusungnya bisa memenangkan pemilu  pada tanggal 9 Juli 2014. Untuk memperkuat legitimasi, mereka berani menyatakan bahwa pilihannya itu sudah didahuli dengan shalat istikhoroh meminta petunjuk Allah SWT. Perang ayat dan fatwa kiai  masing-masing pihak akhirnya terjadi. Kalau sudah begini maka persatuan dan kesatuan bangsa seolah menjadi di ujung tanduk.
            Sebenarnya ada suatu cara agar kita bisa tetap berdoa tanpa harus mengorbankan persatuan dan kesatuan bangsa. Doa ini mengacu bahwa apapun yang kelak nantinya menjadi keputusan Allah SWT maka itulah yang terbaik. Salah satu contoh doa tersebut misalnya,  “Ya Allah..., jadikanlah siapapun yang kelak akan memimpin bangsa ini menjadi presiden dan wakil presiden,  adalah merupakan hambamu yang saleh, beriman dan bertakwa  kepada-Mu.”  Dalam contoh doa tersebut, kita tidak menyebut sebuah nama karena kita yakin  bahwa pilihan Allah adalah pilihan yang terbaik.
Doa itu akan semakin baik kalau ditambahkan paragraf berikutnya, “Ya Allah, jadikanlah siapapun yang kalah dalam pemilihan presiden dan wakilnya nanti, agar Engkau karuniai keikhlasan, kesabaran  serta keridhaan dan mau turut serta meneruskan membangun negri ini. Dan jadikanlah pula para para pendukungnya agar bisa menerima kekalahan tersebut dengan lapang dada dan legawa”.
Mudah-mudahan dengan berdoa yang terbuka tanpa harus mengunci sebuah nama tertentu maka akan dikabulkan oleh Allah SWT. “Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. (QS Al-Mu’min 60).
Nah, marilah kita gunakan hak pilih kita untuk masa depan yang lebih baik. Insya Allah!