Ulama khususnya founding fathers
pendiri bangsa telah mengajukan sekurang-kurangnya tiga konsep persatuan. Persatuan kemanusiaan
(basyariah), kebangsaan (wathaniah), keislaman (islamiyah). Dalam konsep
tersebut diwadahi dalam sebuah istilah
ukhuwwah (persaudaraan).
Suasana setelah usai pemilihan
presiden dan wakil presiden 9 Juli 2014 cenderung memanas. Masing-masing
kandidat capres-cawapres mengklaim kemenangan. Dengan argumentasi yang didukung
oleh lembaga survey (quick count) acuannya, kedua belah pihak yakin sebagai
pemenang. Ucapan selamat, sujud syukur dan berbagai bentuk perayaan kemenangan
dilakukan.
Untunglah suasana munculnya surya
kembar (dua presiden) yang bisa memicu konflik ini mulai diredakan oleh
kandidat kedua kubu. Bahkan Presiden SBY pun menghimbau agar rakyat tetap sabar
menunggu perhitungan manual yang sedang dikerjakan Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Adapun dalam menyikapi banyaknya QC (Quik Count) yang berbeda-beda hasilnya,
anggaplah semua itu sebagai bumbu-bumbu dalam alam demokrasi.
Negara Indonesia ini sangat luas
dan kaya. Oleh karena itu tidak mustahil ada pihak-pihak yang diam-diam
mengincar dan mencari saat yang tepat untuk memecah belah bangsa Indonesia dan
mengambil keuntungan. Negeri yang bersifat kepulauan tentu tidaklah mudah untuk
mempertahankan persatuan dan kesatuan di dalamnya. Alat utama sistim pertahanan
kita belumlah ideal untuk bisa mengayomi dan mempertahankan kedaulatan negara
kita. Untuk itu modal utama kita adalah rakyat Indonesia yang harus tetap utuh
dan bersatu. Tentara boleh saja
persenjataannya bukan yang paling canggih, tetapi musuh-musuh negara Indonesia
akan gentar bila bangsa yang dikenal ramah ini tetap bersatu padu.
Benarlah ungkapan nenek moyang kita,
“bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”.
Dalam Alquran Allah SWT
mengingatkan kita bahwa perpecahan itu
adalah sifat Jahiliyah. “Dan berpeganglah kalian semuanya kepada tali (agama)
Allah, dan janganlah bercerai-berai. Dan ingatlah akan nikmat Allah kepada
kalian ketika kalian dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah
mempersatukan hati kalian, lalu jadilah kalian karena nikmat Allah orang-orang
yang bersaudara......”. (Ali-Imran:103).
Nah, marilah di bulan penuh barakah
ini, kita kendalikan nafsu amarah dan ego kita masing-masing, kita pererat tali
persaudaraan dan persatuan di antara kita yang berbeda pilihan. Jangan sampai
negri kita cerai-berai hanya gara-gara pemilu!