Presiden RI Ir. H Joko Widodo telah dilantik dan diambil
sumpahnya. Hal pertama yang beliau lakukan sebelum melaksanakan tugasnya
memimpin negri ini adalah memilih calon mentri sebagai pembantunya.
Ternyata, walaupun hak prerogatif adalah sepenuhnya hak bagi presiden, tetapi tetap saja memilih bukan pekerjaan
yang sederhana. Beliau harus beberapa kali menunda agar hasil pilihannya
benar-benar tepat. Beliau sadar memilih perlu kecermatan dan kehati-hatian.
Untuk itulah presiden yang getol kampanye revolusi mental ini harus
berkonsultasi kepada KPK, PPATK maupun pimpinan partai-partai pengusungnya.
Memilih merupakan pekerjaan yang kadang-kadang mudah tetapi juga seringkali sangat sulit. Apalagi bila pilihan itu bersifat dilematis. Dalam khazanah bangsa kita dikenal ungkapan “bagai makan buah simalakama”. Yang pengertiannya adalah bila buah itu dimakan ibu mati dan andai tidak dimakan ayah yang akan mati. Padahal ibu atau ayah adalah orang-orang yang yang harus kita jaga keselamatannya. Itulah pilihan yang sulit dan semuanya beresiko.
Menghadapi persoalan memilih orang, Rasulullah Muhammad SAW bersabda, "Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi." Ada seorang sahabat bertanya, “Bagaimana maksud amanat disia-siakan?”. Nabi menjawab; "Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu." (HR Bukhori). Dari sabda Rasulullah SAW ini tampak bahwa memilih orang haruslah sesui dengan keahliannya. Hal ini paralel dengan prinsip manajemen modern, “The right man on the right place” (orang yang benar berada di tempat yang benar).
Memilih hampir mirip dengan meramal. Keduanya bisa dilakukan dengan cara-cara ilmiah yang disandarkan pada aspek-aspek yang bisa terlihat dan terukur seperti catatan masa lalu (rekam jejak), prestasi, kredibilitas dan semacamnya. Tetapi, walaupun langkah-langkah logis di atas telah dilakukan, kadang-kadang dalam memilih masih muncul keraguan. Alhamdulillah, sebagai orang beriman, solusi menghadapi persoalan ini telah dicontohkan Rasulullah SAW yaitu dengan melakukan salat istikharah.
Salat istikharah termasuk kategori salat sunah yang dilakukan ketika seseorang
memohon petunjuk Allah SWT untuk memilih
keputusan yang tepat ketika dihadapkan kepada beberapa pilihan. Pada
zaman jahiliyah (sebelum turunnya Alquran),
masyarakat jahiliyah melakukan istikharah (menentukan pilihan) dengan
azlam (undian dengan mengambil anak panah yang
telah diberi tulisan atau tanda). Setelah Islam datang, cara-cara
jahiliyah tersebut diganti dengan salat dua rakaat yang dikenal sebagai salat
istikharah. Seusai salat istikharah biasanya
Rasulullah SAW
menyempurnakannya dengan doa
memohon petunjuk Allah SWT agar dapat menentukan pilihan yang terbaik.