Barangkali Rasulullah sedang mengajarkan teknik aikido, teknik beladiri dengan memanfaatkan tenaga lawan. Atau mungkin sedang mengajarkan adversity quotient, suatu model kecerdasan yang dipakai tatkala menghadapi kesulitan. Tetapi yang pasti, kanjeng nabi Muhamammad itu sedang mempraktekkan isi prinsip "inna ma'al 'u'sri yusra, fa inna ma'al 'usri yusra".
Secara pandangan orang kafir Qurays,nabi keturunan dari silsilah Ismail ini seolah terusir dari negrinya. Padahal, hijrah adalah langkah yang sejak awal sudah direncanakan. Konsep trilogi: iman (pandangan dan sikap hidup), hijrah dan jihad adalah sesuatu yang built in dalam dakwah. Saat hijrah hanyalah masalah pemilihan momentum yang tepat. Sebab Mekah sudah diketahui bukanlah lahan subur untuk tumbuh kembangnya dakwah. Ibarat menyemai benih padi di bedengan, maka ketika dianggap cukup, tanaman padi-padi yang mulai berdaun itu harus dipindahkan (hijrah) ke tempat yang lebih luas dan diatur jaraknya agar "keadilan" terdistribusi dengan baik.
Peristiwa hijrah bukanlah adegan kekalahan dakwah di Mekah, melainkan justru dengan "metode pembiaran" dengan cara hijrah (ditinggalkan) itulah konstruksi masyarakat jahiliyah Mekah akan ambruk dengan sendirinya. Dengan hijrah "kebaikan-kebaikan" yang ada dimasyarakat itu turut pergi. Karena mereka yang turut hijrah adalah mereka-mereka yang terbaik di masyarakat itu. Akibatnya, masyarakat itu menjadi tanpa harapan akan ada perbaikan. Hal ini persis seperti ratapan ibu nabi Isa bernama Maryam yang menyatakan "Kehidupan sudah bagaikan pohon kurma yang sudah tak berpucuk lagi".
Itulah Nabi kita Muhammad al Musthafa, yang mampu merubah "tantangan" menjadi "peluang". Mengganti "semangat pengusiran" menjadi " semangat kelahiran babak baru", sehingga telah lahir sebuah kota yang becahaya gilang gemilang (Madinatul Munawwarah).Peristiwa ini analog dengan proses kelahiran jabang bayi. Kontraksi perut sang Ibu betapapun sakitnya, tetapi justru itulah rahasia kekuatan yang akan mendorong kekuatan bayi untuk lahir. Itulah berkah tersembunyi yang selalu hadir bersama kesulitan ataupun kesakitan.
Dari fakta-fakta sejarah hijrah, rasanya tak mungkin kalau nabi panutan umat Islam sedunia ini tak mengerti analisa SWOT seperti yang dikuasai ahli-ahli manajemen strategi. Nabi Muhammad adalah nabi yang selain sidik (jujur ilmiah), amanah (kredibel), tabligh (komunikator yang baik) juga fathonah (memiliki kecerdasan).Kekuatan ini makin berkilau tatkala berpadu dengan bimbingan Allah berupa wahyu Al Qur'an. Nah, kalau sudah begini Abu Lahab, Abu Sofyan atau yang lain.....tak akan mampu mengalahkannya.
Benarlah kata Nabi Musa, benarlah nasehat Nabi Muhammad untuk umatnya, "La takhof wa la takhzan innallaha ma'ana (jangan gentar, jangan takut. Sungguh Allah dengan ilmu-Nya bersama kita". Selamat tahun baru Hijriyah 1 Muharram 1431 H. Hakuuna matata....innallaha ma'ana.
2 komentar:
Mas Ajib,
Jadi ... pada saat itu sendiri, Hijrah itu tidaklah direkayasa oleh Kanjeng Nabi atau bisa dikatan bukan ide awal dari beliau. Tetapi sebagai respon dari tantangan keadaan baik keadaan di Mekkah dan tawaran dari beberapa tokoh Yatsrib sendiri.
Seiring dengan tulisan Mas Ajib, bukanlah Hijrah dalam arti fisik itu sendiri yang menjadi pokok, tetapi bagaimana Kanjeng Nabi dengan pemahamannya mampu menjawab tantangan dan mengolahnya menjadi hasil yang gilang gemilang ...
Bagaimana?
Salam,
Toro
Benar dik Toro. Saya menangkap intinya pada "menjawab tantangan dan mengolahnya menjadi hasil yang gilang gemilang" seperti kata panjenengan. Itu semua ujud dari "Inna ma'al 'usri yusran". Dan juga pembuktian dari "Wa kana Allah khairul makirin". Trim's tanggapannya.
Posting Komentar