Seperti juga an Naas, al Falaq merupakan bentuk ta'awudz yang lain. Dalam surat ini kita oleh Allah diingatkan bahwa dalam hidup itu selalu mengintai empat "bahaya (kejahatan)" besar. Agak berbeda dengan surat an Naas yang cenderung menghadapi "bahaya (kejahatan) psikologis", maka dalam surat yang ke 113 ini lebih mengarah ke kejahatan (bahaya) fisik.
Bahaya (kejahatan) yang pertama adalah yang ditimbulkan oleh apa saja yang telah menjadi ciptaan Allah (ma khalaq). Bahaya jenis ini cenderung alami misalnya: bencana alam, kecelakaan, diserang binatang buas dll.
Bahaya (kejahatan) yang kedua adalah yang timbul akibat "malam apabila semakin gelap gulita". Semakin malam semakin berbahaya. Mengapa ? Ya, karena pada saat seperti itu akan keluar binatang-binatang malam. Tetapi saya menduga, kalimat "malam apabila semakin gelap gulita". Ghasiqin idza waqab merupakan ungkapan untuk menunjukkan bahaya kehidupan sosial, politik dan ekonomi yang semakin tidak menentu. Ketika kehidupan semakin kacau maka apapun bisa terjadi. Apabila terjadi kesenjangan ekonomi yang tajam maka kriminalitas meraja lela. Begitu juga apabila konflik-konflik politik itu semakin menjadi-jadi, maka pembunuhan politik pun akan sangat mungkin terjadi. Bila dalam dakwah bertemu suasana demikian, maka akan sulit membedakan mana kawan mana lawan. Persis kalau kita ditimpa kegelapan di malam hari. Kita akan sangat sulit melihat dan membedakan wajah orang. Oleh karena ketidak mampuan inilah, maka kita perlu berta'awudz kepada Allah SWT.
Bahaya (kejahatan) ke tiga adalah bahaya yang diakibatkan berhembusnya provokasi, agitasi yang cenderung menghasut sehingga menimbulkan fitnah dimana-mana. Antara bahaya kedua diatas dan bahaya ketiga ini sering terjadi secara bersamaan. Munculnya manusia-manusia yang suka "meniup-niup buhul tali" adalah awalnya sebuah lemparan gagasan yang mampu merusak sendi-sendi kemasyarakatan berupa kontrak sosial. Bila ini berketerusan maka akan terjadi masyarakat tanpa hukum (lawlessness). Ibarat benang, tali temali kemasyarakatan sudah terlanjur kusut sehingga sulit diurai. Dan ini tentu saja suatu kondisi yang sangat berbahaya.
Bahaya (kejahatan) yang keempat adalah bahaya yang ditimbulkan oleh orang yang dengki bila orang tersebut mewujudkan kedengkiannya (hasidin idza hasad). Kalau yang dengki itu seorang penguasa, maka akan terjadilah tirani ala Fir'aun menindas Nabi Musa. Dan ini terjadi lagi pada masa Nabi Muhammad dengan munculnya sepak terjang Abu Jahal dan konco-konconya. Situasi ini tentu saja sangat berbahaya. Permusuhan sudah dilakukan terang-terangan. Kedengkian yang semula masih terpendam di dalam dada sudah mewujud menjadi sebuah konflik yang terbuka.
Dari ke empat bahaya (kejahatan) tersebut, kapankah akan terjadi ? Jawabannya adalah selama "dakwah kebenaran ajaran Allah itu dikumandangkan" maka ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan akan terjadi. Intensitas itu akan semakin meninggi terutama bahaya ke 2,3 dan 4 seiring dalam kehidupan ini sedang terjadi proses transsisi. Transisi semisal Orde penjajahan ke orde merdeka, orde lama ke orde baru, orde baru ke orde reformasi dan seterusnya merupakan tempat suburnya bahaya tersebut.
Transisi atau peralihan itulah falaq (pecah, membelah). Peristiwa ini mirip dengan proses pergantian dari malam hari yang gelap menuju fajar yang terang. Dan kita tahu pemroses kejadian itu tidak lain adalah Allah selaku Rabbul Falaq.
Menghadapi berbagai macam bahaya (kejahatan) yang seperti uraian diatas selain berusaha menghindar, tentu saja juga senantiasa mohon perlindungan dari Allah SWT.
Wallahu 'alam bi al shawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar