SAHABAT Abu Dzar al-Ghifari tidak
sedang memiliki kapal ketika nasehat itu diberikan kepadanya oleh Rasulullah SAW. Maka bisa
dipastikan, ucapan beliau itu adalah sebuah metafor yang musti haruslah
dipecahkan maknanya. Dalam Alquran maupun Alhadits, pemakaian istilah safinah
maupun fulk yang semuanya berarti kapal atau perahu banyak kita temukan. Nabi Nuh
bahkan sangat terkenal dengan peristiwa banjir besar dan pembuatan kapal.
Rasulullah sendiri kadang-kadang menyebut Madinatul Munawarah ibarat sebuah
kapal besar.
Penggunaan
istilah kapal, bahtera ataupun perahu juga dapat ditemukan dalam bahasa
keseharian kita. Wejangan bagi sepasang pengantin baru sering digunakan istilah
bahtera untuk menunjuk sebuah keluarga.
Ada
beberapa tafsir yang mencoba mengurai makna tersembunyi dari kapal. Tafsir
pertama menyebut bahwa kapal yang dimaksud adalah niat. Perbuatan apapun (termasuk
beribadah), apabila niatnya rusak maka hasilnya akan rusak pula. Shalat yang
seharusnya diniatkan hanya untuk mengabdi kepada allah SWT, akan menjadi rusak apabila
niatnya untuk pamer (riya’) agar disebut sebagai orang saleh. Maka, perintah perbaikilah
kapalmu dapat berarti perbaikilah niatmu!
Tafsir
yang kedua menjelaskan bahwa kapal itu merupakan iman, takwa dan amal saleh. Alasannya,
ketiganya merupakan sesuatu yang amat penting dalam menghadapi berbagai
problematika kehidupan. Hidup akan mencapai tujuannya bahagia di dunia dan
akhirat apabila ketiganya tidak ditelantarkan. Perbaikilah kapalmu berarti
perbaikilah iman, takwa dan amalmu!
Kapal,
merupakan wahana yang akan mengantarkan pemakainya mengarungi lautan untuk menuju
pantai cita. Oleh karena itu, wahana tersebut tidak boleh bocor atau rusak. Apabila
kehidupan adalah sebuah tahap awal perjalanan menuju akhirat, maka harus dipastikan
bahwa perjalanan kita akan selamat sampai tujuan. Supaya perjalan selamat, marilah
kita perbaiki niat, iman, takwa dan amal saleh kita sebaik-baiknya.
Selain
kapal yang harus diperbaiki, Rasulullah SAW juga menjelaskan kelengkapan lainnya.
Berikut sabdanya seperti yang ditulis oleh Syekh Nawawi Al-Bantani dalam kitab Nashaihul
Ibad: “Wahai Abu Dzar perbaikilah kapalmu, sesungguhnya lautan itu sangat dalam.
Ambillah bekal yang cukup karena perjalananmu sangat jauh. Ringankanlah bebanmu karena rintangan-rintangan itu sangat
sulit. Dan ikhlaskanlah dalam beramal karena yang menilai baik dan buruk adalah
Allah yang Maha Melihat.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar