SUATU
anugerah yang sangat besar, proklamasi kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus
1945 jatuh tepat pada hari Jumat di bulan Ramadan. Jumat adalah induknya hari bagi umat Islam. Begitu
juga Ramadan, merupakan bulan yang sangat ditunggu umat Islam. Momen yang bersamaan ini menjadikan proklamasi selain kental dengan semangat
kebangsaan sekaligus juga ghirah
keagamaan. Maka, konon pada hari raya Idul Fitri pada tahun tersebut dirayakan
selain untuk silaturahmi para pejuang
kemerdekaan, sekaligus juga dimanfaatkan sebagai ajang rekonsiliasi berbagai kekuatan pro
kemerdekaan. Dari tradisi itulah akhirnya
halal bil halal mulai tumbuh subur di negara kita.
Kemerdekaan
adalah sebuah karunia besar yang harus senantiasa kita syukuri. Dengan
perjuangan gigih yang mengorbankan segenap jiwa,raga,harta benda dan juga doa,
ikhtiar ingin memiliki negara merdeka akhirnya terkabul. Andai kata pada tanggal 14 Agustus 1945, dua kota
besar di Jepang Nagasaki dan
Hiroshima tidak jadi di bom atom oleh
Amerika Serikat, mungkin ceritanya akan lain. Tetapi alhamdulillah, Allah
ternyata punya cara tersendiri menjawab doa-doa rakyat Indonesia. Sesuai
Pembukaan UUD RI tahun 1945, kemerdekaan betul-betul rahmat yang diberikan
Allah kepada bangsa Indonesia.
Kita
semakin yakin bahwa siapa lagi kalau
bukan Allah yang menggerakkan hati pilot-pilot Amerika Serikat itu sehingga
pengeboman dua kota di Jepang itu berhasil. Begitu juga, kita juga haqul yakin
bahwa Allah jualah yang menggerakkan hati para pemuda untuk menculik Bung Karno
dan Hatta agar segera memproklamasikan kemerdekaan. Allah adalah yang maha
membolak-balikkan hati manusia ( muqolibal qulub). Bila Sang Khalik berkehendak, maka tak ada kekuatan apapun di
alam ini yang sanggup menggagalkannya.
Puasa Ramadan bulan lalu telah memberikan pelajaran tentang bagaimana
mengelola hawa nafsu. Sedangkan peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan RI, semakin mempertebal jiwa nasionalisme. Semoga dengan begitu lahir generasi yang
berjiwa nasionalis sekaligus pandai
mengendalikan hawa nafsunya. Manusia yang tak mau dijajah dan dikuasai
oleh hawa nafsunya. Abu Bakar Asshidik RA sahabat Rasulullah SAW mengingatkan, “Beruntunglah orang yang akalnya menjadi penguasa dan hawa
nafsunya menjadi tawanan. Dan celakalah orang yang hawa nafsunya menjadi
penguasa dan akalnya menjadi tawanan”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar