Ketika bumi bergetar dahsyat.
Gunung-gunungpun tremor.
Gempa mengguncang-guncang bumi.
Magma dari perut bumi sontak keluar.
Erupsi membuncah ke permukaan bumi.
Manusia saling bertanya, "Mengapa bumi begini?"
Saat itulah tiba masanya: "Bumi menyampaikan kabar beritanya".
Itulah saat sunnatullah musti dilaksanakan bumi.
Pada saat itu, segala apa yang terpendam di dalam dada manusia,
tampil mewujud menjadi berbagai macam perilaku.
Barangsiapa yang berbuat baik, walaupun seberat partikel terkecil sekalipun, akan tampak hasilnya.
Begitu juga barangsiapa yang berbuat jahat,
walau seberat debu yang sangat kecil,
akhirnya akan kelihatan akibatnya.
(inspirasi dari QS Al Zalzalah)
Bumi ibarat hati manusia. Didalamnya tersimpan magma berupa aspirasi-aspirasi yang terus bergejolak. Sewaktu-waktu aspirasi ini akan "menggetarkan" jagad perpolitikan kita. Bahkan, bila sampai "meledak" tak terkendali, akan membuat setiap insan di republik ini bertanya:"Apa yang sebenarnya telah terjadi?, Mengapa konstelasi perpolitikan kita jadi begini ?"
Itulah saatnya pembuktian, "Siapa yang emas tetaplah emas dan siapa yang loyang tetaplah loyang". Hati-hatilah, karena "magma panas" menerjang kemana-mana.
Sementara itu, "gempa-gempa susulan" terus akan terjadi.
Tetaplah ingat firman Allah:
"Takutilah oleh kalian kehidupan yang bagaikan api yang bergejolak,
yang penyulutnya manusia-manusia yang berhati dan kepala batu !"
Ya Allah...lindungilah bangsa ini. Amiiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar