ADA sebuah kisah nyata yang menarik dari Jepang. Pada suatu hari, ketika seorang tukang bangunan sedang merenovasi sebuah rumah telah menemukan seekor kadal yang kakinya tertancap paku. Paku itu bisa tertancap di sana karena dinding kayu (triplek) rumah itu runtuh dan menimpa sang kadal. Menurut si pemilik rumah, dinding kayu itu runtuh sudah sepuluh tahun yang lalu. Berarti, kadal itu merana hingga tidak bisa bergerak kemana-mana sudah sangat lama. Anehnya , kadal itu masih hidup dan bahkan malah terkesan segar bugar. Bagaimana mungkin kadal itu masih hidup? Bukankah binatang melata itu tak bisa pergi mencari makan? Siapakah yang membantunya selama ini?
Karena
penasaran, diintiplah peristiwa ganjil itu. Ternyata, pada saat-saat
tertentu ada kadal lain yang datang membezuknya. Kadal yang baik hati
itu datang bukan sekedar dengan tangan hampa, melainkan juga membawa
oleh-oleh berupa makanan untuk sang kadal malang itu. Itulah rahasianya,
mengapa kadal yang tertimpa musibah itu masih hidup .
Akhir-akhir ini, bencana (musibah) seolah terjadi susul-menyusul di negri kita. Banjir, tanah longsor, erupsi gunung berapi, gempa bumi dan
bahkan juga kebakaran walaupun di musim hujan. Bencana itu seolah antri
hadir satu persatu. Banyak orang bertanya-tanya, apakah ini akibat kita
menempati kawasan yang disebut Ring of Fire sehingga bencana (khususnya alam) menjadi sesuatu hal yang lumrah?
Menurut Allah SWT dalam Alquran, “Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu (Muhammad SAW) menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi”. [QS. An-Nisa’:79]. Dari
ayat tersebut wajar bila Mbah Marijan (almarhum) menyebut gunung Merapi
ketika meletus (erupsi) dengan kalimat: “Merapi lagi nyambut gawe, lagi
mbangun”. Dan memang benar, bila dihitung manfaat Merapi dengan madharatnya jelas banyak manfaatnya. Material
Merapi selain sangat menyuburkan juga bermanfaat untuk bahan bangunan.
Begitu pula Ki Sujiwo Tejo (dhalang dan budayawan) berpendapat: “Alam
tidaklah memberi bencana, melainkan sedang mencari keseimbangannya. Oleh
karena itu kita tidak boleh menyalahkan alam”.
Nah, agaknya Allah SWT dengan
adanya bencana seolah sedang mendidik sekaligus mengingatkan kita, agar
senantiasa ramah terhadap alam dan selalu menjaga kelestariannya.
Sambil terus bersikap sabar dan tawakal marilah kita terus berusaha dan
berdoa. Kita tolong saudara-saudara kita yang tertimpa
bencana agar tidak semakin menderita. Kita pastilah bisa lebih baik dari
kadal. Kalau kadal saja bisa membantu sesama, mengapa kita tidak?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar