Senin, 09 Januari 2012

SAATNYA BERUBAH

SETIAP pergantian tahun kita selalu gembira dan sedih sekaligus. Gembira, karena kita melihat anak-anak semakin besar dan semakin bisa bertanggung jawab. Kita juga bahagia karena masih diberi peluang menikmati hangatnya sinar matahari. Tetapi, dengan masuknya tahun 2012 ini kita juga sedih. Tambah satu tahun berarti diri kita semakin bertambah tua. Dan itu berarti kesempatan kita berbuat baik semakin berkurang. Penyakit-penyakit degeneratif akibat aging process (proses penuaan) tentu akan segera terjadi. Dan sekali lagi, berarti waktu yang tersedia untuk kita tidak terlalu banyak.

Sayang, pendakian-pendakian prestasi yang selama ini dilakukan, rasanya masih berputar-putar di situ saja. Apakah memang kita sebagai bangsa tak berbakat menjadi seorang climber (pendaki) sejati? Atau apakah nasibnya memang hanya menjadi seorang camper (orang berkemah untuk berhenti) yang stagnan lalu gulung tenda dan pulang?

Saya jadi teringat kisah “Kucing Ngurag”. Apabila seekor kucing sudah merasa tua dan merasa tak mampu lagi menangkap tikus maka kemudian pergi ke sebuah tempat untuk menyepi dan menunggu kematian. Tetapi kalau itu yang dilakukan, bukankah itu keputusasaan? Dan seperti kita tahu putus asa itu apapun alasannya tak boleh dilakukan.

Hidup itu adalah perubahan, begitu kata para filosof. Dan kalau ada yang abadi dalam hidup, maka dia dalah perubahan itu sendiri. Jadi, hidup itu ada dan hadir adalah untuk menciptakan perubahan. Pastinya perubahan kearah yang lebih baik. Tetapi kadang-kadang melakukan perubahan itu ibarat menguras lautan dengan tangan-tangan kecil. Hasilnya tak signifikan. Dan yang didapat hanyalah lelah dan penat. Tapi ingatlah, walaupun kita tak mampu mengubah arah angin, kita masih bisa mengubah arah layarnya untuk ke pantai cita.

Matahari terbit memang bukan akibat ayam berkokok. Meskipun lirih kokok ayam jago, tidak berarti matahari tidak akan terbit. Sang pusat tata surya itu punya hukum tersendiri, kapan harus terbit. Dan kelihatannya ayam jago itu tahu, bahwa tugasnya bukanlah menerbitkan matahari. Dia berkokok hanyalah memberitahu seluruh makhluk bahwa sebentar lagi hari akan segera pagi. Seperti itulah sunnatullah perubahan. Manusia berusaha dan Allah yang memastikannya.

Sebuah nasehat mengatakan: “Mengajilah dari alif dan menghitunglah dari satu, dan satu itu adalah dirimu sendiri”. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Mulailah dari dirimu sendiri (ibda’ binafsik)”. Nah, mulailah melakukan perubahan, sekecil apapun asalkan bermanfaat!

1 komentar:

Rina Khusnawati mengatakan...

We're on the road
We move from place to place
And oftentimes when I'm about to call it home
We'd have to move along
Life is a constant change...

The friends we know we meet along the way
Too soon the times we share form part of yesterday
'Cause life's a constant change
And nothing stays the same, oh no

Clouds that move across the skies
Are changing form before our very eyes

Why couldn't we keep time from movin' on?
Hold on to all the years before this moment's gone?
Why must we live the days at such a frightening pace?

We're all like clouds that move across the skies
And changing form before our very eyes

Have we outgrown our Peter Pans and wings?
We've simply grown too old for tales of knights and kings
'Cause life's a constant change
And nothing stays the same (Constant Change, Jose Mari Chan)