Jumat, 12 Desember 2008

SALAH YANG BENAR


Beberapa waktu yang lalu Tama mengikuti latihan ulangan mid semester di SD Muhammadiyah Sidoarum Yogyakarta. Sepulang dari sekolah, Tama bercerita pada saya bahwa dalam ulangan mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas III dia mendapatkan sebuah pertanyaan sebagai berikut :
Untuk memenuhi kebutuhan keluarga, Ayah membanting .......................

Kemudian saya bertanya kepada Tama,
"Lantas kamu menjawab apa Tam dari soal tersebut ?".
Tama pun menjawab,
"Gini Yah.., Tama menjawab ... Ayah membanting celengan. Tapi kok disalahkan Bu Guru ya Yah. Kata Bu Guru yang betul Ayah membanting tulang."
"Bukankah Tama sering melihat Ayah membanting celengan gerabah kalau pas nggak ada uang !?", jelas Tama sambil meminta konfirmasi dari saya.
Dari pertanyaan Tama itu saya pun bingung jadinya.

Hal serupa pernah dialami oleh sahabat saya mas H Yuswanta aktivis PPM (Pusat Peranserta Masyarakat). Suatu hari putrinya yang sulung bernama Asa, pulang dari sekolah membawa hasil ulangan IPS. Lembar ulangan itu diberikan ayahnya (Mas Yuswanta) dan ada sebuah pertanyaan dalam lembar ulangan sebagai berikut.
Tugas Polisi adalah ................
Lantas pada lembar jawab putri Mas Yuswanta menjawab:
Tugas Polisi adalah meminta uang
Karena penasaran sahabat saya itu bertanya pada putrinya.
"Kenapa kamu menjawab seperti itu ?".
Kemudian dengan mata berbinar Asa yang masih lugu dan polos (Klas II SD) itu menjawab.
"Lho kan benar, kemarin itu Asa ikut Bapak (Mas Yuswanta) kemudian dicegat polisi dan dimintai uang to...!?"
Sahabat saya Mas Yuswanta itu bingung seperti saya. Beliau bertanya kepada saya, sebenarnya siapa yang salah dalam situasi yang seperti ini. Sayapun bingung juga.
Bagaimana para pembaca...?!!!!

3 komentar:

Unknown mengatakan...

Anak saya, Rakin Fatahillah Siraj, sewaktu masih kelas 2 SD mendapatkan soal Ulangan Umum yang menurut saya sudah masuk dalam kategori pertanyaan "Filosofis".
Betapa tidak, pertanyaan dalam soal Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam itu sbb.:
Nasihat orang tua yang baik kita ....
a. ikuti
b. turuti
c. taati
Saya sebagai orang tuanya saja bingung, apalagi anak saya yang masih kelas 2 SD? Hopo tumooon???!!!
Apa nggak sekalian ditambahi pilihan jawaban d. patuhi. Biar para gurunya yang menjawab. Saya jamin "mganti bothak rambute" nggak akan pernah ketemu jawabannya.

Kesimpulan:
Betapa berkualitasnya pendidikan kita ?! Hmmm....

Salam untuk Dik Tama dari Pak Dhe.

Ajib Setya Budi mengatakan...

Wah makasih Pak Dhe atas tanggapannya. Mungkin Pak Dhe Adib bisa menghubungi Pak Dhe Muthaib agar menceritakan putranya tentang jawablah dengan singkat. Ternyata menjawabnya dengan kata-kata yang semuanya disingkat.
Salam dari Wetan Progo.!

A Husein mengatakan...

Ha ha! Lucu tapi juga ironis! Mungkin benar kata Kak Seto bahwa para orang tua kadang menganggap anak-anak sebagai orang dewasa mini. Anggapan itu, antara lain, terbukti lewat kecenderungan mengajak anak-anak berpikir abstrak. Contoh yang diberikan bapake Rakin malah lebih parah. Mengesankan orang tua (guru lagi!) yang bingung dan membingungkan. Padahal, anak-anak selalu berpikir nazhariyah (naluriah?), yaitu berdasar yang dilihat. Contonya ya seperti Tama yang melihat bapake membanting celengan, dan temannya yang melihat polisi itu!