Kamis, 03 September 2009

RENUNGAN SURAT AN NAAS

Surat ini menurut sebagian para mufasir merupakan surat yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW karena beliau konon kena sihir (santet). Sehingga kebanyakan masyarakat muslim menganggap surat an Naas adalah "obat" bagi mereka yang terkena sihir, santet maupun tenung. Saya sendiri setelah mencoba mencermati message yang ada didalamnya semakin tidak percaya kalau surat ini "dihadiahkan" Allah kepada manusia hanya sebatas hal tersebut. Kalau memang betul surat ini berkait dengan tukang sihir, maka surat yang ke 114 ini menjadi kurang fungsional. Mengapa? Ya, karena bukankah di jaman sekarang walaupun masih banyak tukang sihir tetapi jauh lebih banyak persoalan-persoalan yang tidak melibatkan hal itu.

Surat an Naas di-nuzulkan jauh lebih luas dari pada menjawab dunia santet-menyantet. Yang pasti surat ini menyadarkan kita bahwa dalam hidup kita selalu ada "kekuatan-kekuatan jahat" yang mengitari kita. Kekuatan jahat itu paling tidak menurut surat an Naas ini terbagi dua. Pertama, kekuatan jahat yang disebabkan faktor tak terlihat (al Jinnat). Sedangkan kekuatan jahat yang kedua adalah faktor yang terlihat dan regular (an Naas). dari dua model kekuatan itu semuanya bisa bersifat merusak (destruktif) terutama dari sisi psikologis manusia. Pusat kesadaran manusia (shudhurin naas) menjadi sangat terganggu akibat pressure yang bisa dilakukan dua kekuatan jahat tersebut.

Kita ambil contoh misalnya media massa. Sebagai pembuat public opinion, dia bisa memfitnah, melakukan black campaign bahkan bisa sampai melakukan stigmatisasi sehingga seseorang menjadi hancur reputasinya (character assasination). Mass media menjadi kekuatan tak terlihat (al Jinnat) karena bergerak pada dunia informasi dan komunikasi yang terlalu abstrak. Kekuatan ini menurut surat al Lahab disimbulkan dengan simbol "pembawa kayu bakar" (hamalatal khatob). Secara fisik mungkin perlawanannya tidak frontal, tetapi melalui "jalur tersembunyi" yang justru lebih berbahaya. Sedangkan kekuatan al Naas, pressure yang dilakukan lebih frontal dan terlihat. Dalam dunia preman dengan selalu menunjukkan kekuatannya ototnya. Dalam sebuah negara barangkali dengan memperlihatkan kekuatan militer beserta mesin-mesin perangnya. Semua itu dilakukan untuk melakukan perang urat syaraf (psywar) agar lawan takut sebelum bertarung.

Dari uraian diatas maka saya melihat surat ta'awudz ini dipersiapkan guna menghadapi perang urat syaraf yang dilakukan oleh musuh-musuh Rasulullah SAW ketika berdakwah. Goncangan-goncangan jiwa bisa terjadi akibat intimidasi dan teror sehingga menimbulkan perasaan ragu-ragu (al waswas) pada pusat kesadaran manusia. Perasaan bimbang terhadap terhadap ajaran Allah yang dibawa Rasulullah SAW itulah yang ingin di bidik oleh musuh-musuh dakwah.

Didalam surat an Naas ini juga dijelaskan sifat al waswas yang selalu hilir mudik datang (al khonnas). Dalam salah satu kamus dinyatakan itulah yang disebut pikiran/inspirasi jahat (fikrun sirirun) yang selalu datang dan pergi menghinggapi pikiran dan hati manusia. Nah menghadapi musuh yang model inilah yang kan membuat kita sebagai manusia kesulitan. Mengapa ? Ya karena musuh itu telah merasuk dan melekat pada psikologi diri kita.

Dalam tarikh dikisahkan bahwa, stigmatisasi Rasulullah SAW sebagai pribadi yang gila (majnun) cukup efektif, sehingga Muhammad bin Abdullah yang dulunya dikenal sebagai orang yang sangat kredibel (al Amin) menjadikan orang ragu untuk mendukungnya. Dalam kaitan ini, apabila tak kuat menghadapinya maka seseorang akan bisa mengalami stress maupun depresi.
Untuk mengantisipasi hal tersebut Allah SWT memberikan "obat" yaitu surat an Naas ini. Dan hanya dengan melakukan semacam auto sugesti dengan cara"'menyandarkan" hidup kepada rabb , malik dan ilah manusia maka "perebutan" kawasan hati dalam tubuh manusia bisa dimenangkan. Dari sinilah insya Allah akan hadir kemantapan hati (liyathmainal qalbi).
Selanjutnya dengan modal itu, semangat dan optimisme muncul kembali.

Inilah bukti pernyataan, La takhof wala tahzan innallaha ma'ana, (Jangan takut dan jangan bersedih Tuhan bersama kita).

Wallahu 'alam bi al showab.

4 komentar:

Abi Rara mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Abi Rara mengatakan...

Dua jempol ke atas! (two thumbs up!)

Abi Rara mengatakan...

Maaf.Tulisan ini saya link-kan ke Facesbook. Mudah2an bisa menebar manfaat lebih banyak.

Ajib Setya Budi mengatakan...

Silhakan saja monggo biar bermanfaat