Kamis, 20 November 2008

SENYUM PRAMUGARI


Pramugari biasanya murah senyum dan tampak sumringah. Sehingga orang yang memandang biasanya kesengsem dan sangat seang dengan suasana itu.

Suatu ketika saya berkunjung ke Jogja Expo Center di bulan Nopember 2008. Bersama anak dan istri mengunjungi berbagai stand yang ada. Tepat disebuah stand kosmetika tangan saya ditarik oleh seorang pramuniaga laki-laki. Sambil terus menawarkan produknya tersebut pramuniaga itu mengoleskan produk kosmetikanya di lengan saya sambil merawat (membersihkan) tangan saya dengan produknya itu. Dia kelihatan ramah dan murah senyum.

Setelah selesai berkunjung di tempat tersebut saya bilang sama istri saya.
"Bu...mengapa ya...dia kok mau-maunya membersihkan tangan saya sambil tersenyum. Bukankah saya ini bukan orang penting dan tak ada yang kenal.."
"Itu senyum dengan pamrih Yah..., karena dilihat Ayah mungkin punya uang dan mau membeli produknya", kata istri saya.
"Kalau begitu beda ya dengan senyum mbah Uti kalau melihat dik Tama cucunya..?" tanya saya ke Istri.
"Ya jelas beda to, senyum mbah Uti itu berangkat dari hati yang tulus, sedang senyum pramuniaga maupun para pramugari senyum kapitalisme." jawab istri saya.
"Berarti Ayah harus hati-hati lho, sekarang ini banyak orang ramah, suka senyum, suka bikin janji muluk tetapi dibalik itu semua ada kepentingan-kepentingan tertentu", istri saya terus menasehati.
"Wah repot ya...senyum saja kok banyak rekayasa, pasti capek senyumnya..." jawab saya.

Tidak ada komentar: