Rabu, 25 Februari 2009

BAHASA ABU BAKAR



Bahasa Abu Bakar adalah kejujuran yang benar-benar smart.

Kisah ini saya temukan ada pada ilmu Badie' Tauriyah yang menjadi salah satu pembahasan dalam ilmu Balaghah.

Konon suatu hari Abubakar menemani Nabi Muhammad SAW untuk berhijrah. Dalam perjalanan yang sangat mencekam itu tiba-tiba beliau berdua dicegat oleh seorang pemuda yang menaiki kuda sambil membawa pedang terhunus. Tiba-tiba dengan bersuara lantang pemuda itu bertanya,

"Wahai Abu Bakar, siapa orang disampingmu ini? Saya mau mencari Muhammad yang mengaku Nabi dan memecah belah bangsa Qurays akan saya bunuh".

Abu Bakar sempat terdiam. Bapaknya Aisyah ini mulai berpikir keras tentang bagaimana dapat menyelamatkan sahabatnya (Nabi Muhammad) yang berada disampingnya itu tetapi tetap dalam bingkai kejujuran.

Kemudian dengan tanpa ragu-ragu sahabat Nabi yang terkenal As Shiddiq ini menjawab,
"Orang yang disampingku ini adalah Penunjuk Jalanku!".

Dengan kecewa mendengar penegasan Abu Bakar maka pemuda itu sambil pergi berkata,
"Ya sudah..., kalau dia sekedar penunjuk jalanmu. Yang sedang saya cari itu Muhammad si pembuat onar itu !"

Dari peristiwa ini ada hal yang menarik. Sahabat Nabi yang kelak menjadi khalifah yang pertama itu tetap berhasil mempertahankan integritas kejujurannya, senyampang dengan itu beliau berhasil menyelamatkan manusia yang paling dihormatinya (nabi Muhammad).

Bagi Abu Bakar makna kata kata "Penunjuk Jalanku" adalah penunjuk jalan kehidupan dunia dan akhirat. Itulah sebutan lain untuk Nabi Muhammad yang sangat berarti bagi kehidupan Abu Bakar. Sedangkan bagi pemuda yang mau membunuh itu, "penunjuk Jalanku" dimaknai sekadar guide pasang pasir agar seseorang tidak tersesat dalam perjalanan.

Abu Bakar memahaminya dengan makna yang jauh (ba'id), dan itulah memang yang sejatinya yang dimaksudkan. Sedangkan sang Pemuda yang tergesa-gesa mau membunuh Nabi Muhammad itu memahaminya dengan makna dekat (qarib). Akibatnya maka kelirulah dia.

Barangkali seperti itulah bahasa Al Qur'an yang sudah menjadi bahasa Abu Bakar. Ada unsur kecerdasan sekaligus kejujuran disana. Dan tentu saja untuk mendalaminya bukan sekedar pandai ilmu alat (ilmu bahasa dan lain-lainnya). Modal pandai ilmu alat saja tak cukup. Bukankah waktu itu Abu Jahal maupun pendukungnya sangat pandai bersyair dan menguasai bahasa Arab?. Toh mereka akhirnya tersesat juga.

Saya kira layak direnungkan kembali penegasan Allah dalam al Qur'an, "Dan tak akan menyentuhnya (pesan terdalam al Qur'an) kecuali orang-orang yang bersih (dari berbagai motivasi jahat)".

Wallahu a'lam bi al shawab.

2 komentar:

Safina Irchami mengatakan...

Ada sedikit koreksi untuk tulisan bagus ini, yaitu tentang Fathimah, yang di sini diposisikan sebagai putri Abu Bakar. Yang benar, putri Abu Bakar adalah Aisyah, yang menjadi istri Rasulullah. Sedangkan Fathimah adalah putri Rasulullah, yang menikah dengan Ali.

Ajib Setya Budi mengatakan...

Trim's mbak Syafina atas koreksinya. Dan pada artikel sekarang sudah saya betulkan. Menulis bagi saya itu sulit. tetapi dengan adanya tanggapan dari mbak Syafina maupun Bang Hussein semoga saya menjadi tetap bersemangat untuk menulis.