Jumat, 13 Februari 2009

PEMILU = PEMBUAT PILU ?


Bisa jadi judul diatas ada benarnya. Paling tidak bagi mereka yang tak berhasil memperoleh kursi jabatan, padahal sudah terlanjur keluar uang banyak. Ibarat berjudi, mereka kalah. Akibatnya, mereka uring-uringan, membuat onar bahkan ada seorang calon bupati yang stress dan gila karena tak siap menghadapi kenyataan kekalahannya.

Bagi mereka yang menang dan berhasil meraih kursi kekuasaannya, mungkin juga akan membuat pilu rakyat. Ini bisa terjadi bila orang yang telah berhasil meraih kedudukannya tersebut mulai berpikir tentang bagaimana mencari “ganti rugi” biaya yang dikeluarkan selama kampanye sebelumnya. Maka bukan tak mungkin, bila program utama yang dilakukannya adalah bagaimana secepat mungkin dapat mengembalikan seluruh biaya politik yang tak sedikit itu.

Di tempat saya, - menurut salah seorang tim sukses salah seorang kandidat caleg DPRD kabupaten, uang yang dikeluarkan kandidat tersebut untuk biaya kampanye sampai 60 hari sebelum pemilu, jumlahnya sudah mencapai 270 juta rupiah. Untuk ukuran desa tempat tinggal saya, uang sebesar itu bisa untuk kegiatan ekonomi banyak hal. Bandingkan dengan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang dikucurkan pemerintah yang hanya 5 juta rupiah.

Uang itu habis untuk spanduk yang mubadzir, kain bendera yang terlalu banyak, kaos-kaos yang hanya dipakai saat kampanye, brosur-brosur yang tak mendidik apapun serta kegiatan-kegiatan yang cenderung hanya foya-foya. Inilah barangkali makna sesungguhnya “pesta demokrasi” yang sangat ditunggu itu.

Kalau memang itu yang dianggap baik maka saya ucapkan selamat berpesta dan bersiaplah untuk berhati pilu.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

seandainya mereka sudi mempelajari Al-Quran, mereka pasti tahu bahwa Allah mempersilakan para penentang ajaranNya untuk "memelihara" neraka ... (2: 21-24) yang mereka bikin sendiri. Sayangnya mereka tidak mau, sehingga kebanyakan manusia menjadi penghuni neraka (7: 179).
Terus menulis Sobat. Mari banjiri internet dengan dakwah QMSR.