Rabu, 25 Februari 2009

REJEKI CICAK

Seorang Ustadz yang dulu sering tampil di TV pernah berkata,
"Bapak dan Ibu tak usah khawatir, rejeki itu sudah ditentukan oleh Allah sehingga ada bagian dan ukurannya sendiri-sendiri. Tinggallah bisa tidak kita menjemput rejeki itu dengan ikhtiar".
"Lihatlah cicak yang hidupnya menempel pada dinding rumah sedangkan nyamuk makanannya bersayap dan bisa terbang. Toh cicak tak pernah protes, Ya Tuhan kenapa engkau mendisain calon makananku bisa terbang sedangkan aku tidak?".

Selanjutnya sang Ustadz menyimpulkan,
"Dari pelajaran tersebut maka kita bisa kita petik pelajaran, bahwa rejeki kita itu sudah ada yang mengatur. Sehingga kita tak perlu protes kepada Tuhan. Semua makhluk itu sudah disiapkan rejekinya oleh Allah."

Itulah pandangan sang Ustadz yang selalu dicoba ditanamkan kepada seluruh jamaah yang hadir maupun menonton televisi.

Memang benar, Allah telah mengatur rejeki masing-masing makhluk. Nyamuk dimakan cicak sehingga nyamuk adalah rejeki cicak. Sedangkan makanan nyamuk adalah darah, maka darah adalah rejeki nyamuk.

Yang dilupakan sang Ustadz itu bahwa analogi kehidupan cicak dibandingkan dengan manusia dalam mengais rejeki adalah dua hal yang berbeda. Cicak jelas bukan manusia. Kemampuan cicak jauh dibawah kemampuan manusia. Kalau cicak mencari makan sebatas hanya sesuai kebutuhannya. Sedangkan manusia bisa serakah, monopoli, kapitalistik bahkan menjajah dan memperbudak manusia lain. Oleh karena itu penyikapan mencari rejeki seperti cicak adalah kesalahan fatal.

Mungkin pandangan analogi cicak tersebut muncul dari pemahaman yang salah tentang tawakkal (berserah diri kepada Allah). Tawakkal bukanlah seperti cicak dalam mencari makanannya. Tawakkal adalah membiarkan diri kita diatur oleh Allah (ajaran Allah) sehingga hal itu berarti kita menyerahkan seluruh kehidupan kita dikelola sesuai ajaran Allah. Dan itupun tetap harus dilukukan usaha yang maksimal kemudian soal hasil kita serahkan kepastian Allah.

Allah menugaskan Nabi Musa a.s. agar membebaskan Bani Israil dari perbudakan Fir'aun. Manusia tidak dibolehkan membiarkan ketidak adilan, penjajahan maupun pendzoliman manusia lain. Bersikap hanya seperti cicak tak mungkin dilakukan dalam kehidupan manusia. Manusia mampu memiskinkan manusia lain. Makhluk cerdas ini juga mampu membuat manusia lain tak punya peluang dan kesempatan mengais rejeki. Oleh karena itu maka manusia memerlukan pengaturan. Dan itulah fungsi ajaran Allah mengatur kehidupan manusia agar tercapai keadilan.

Yang pasti manusia memerlukan iman, hijrah dan jihad termasuk dalam hal pencarian rejeki Allah, sedangkan cicak tidak.

Tidak ada komentar: